BAB 17 (revisi)

1K 54 10
                                    

Happy Reading!
***
"Cantiknya aku ga boleh ke gores."

Naraya menatap Vala tanpa kedip, pipinya semakin memerah. Jantungnya berdegup kencang, otaknya mulai tidak waras. Karena sekarang Naraya menahan diri untuk tidak berteriak.

Kenapa cowo itu bisa sesweet inii??!!

Vala terkekeh, ia mengecup pipi kiri Naraya. Naraya tersentak, kesadarannya kembali, ia pegangi bekas kecupan Vala pada pipinya.

"Bengong mulu, kamu kenapa sih sayang? Awas kena pecahan kaca. Minggir dulu," kata Vala segera bertindak. Ia berdiri lalu mengambil kresek yang ia pinta dari salah satu stand terdekat. Ia punguti kaca bekas gelas teh manis yang jatuh berserakan. Setelah selesai ia buang pada tong sampah yang tak jauh dari tempat ia duduk. Lalu kembali lagi duduk di sisi Naraya.

Naraya memalingkan wajahnya. Tangannya mengaduk-aduk asal bakso miliknya. Ketika ia akan menyuapkan sesendok bakso beserta mie ke dalam mulutnya, Vala mencegah.

"Nanti sakit perut, Sayang. Jangan makan bakso yang pedes, nih makan punya aku aja yang belum aku kasih saos sama sambal." ucapnya lalu mengambil alih.

Naraya menoleh, ia memberengut. Namun menurut, bukan karena Naraya luluh. Tapi karena sebagai balas budi tadi Vala sudah membantunya.

Vala menahan senyumnya, menahan gemas pula melihat tingkah Naraya yang salah tingkah karena ia tatapi sejak Naraya memakan baksonya.

"Kamu ga makan?"

Vala menggeleng, ia menopang kepalanya dengan satu tangan, full menghadap Naraya. "Kenyang liatin kamu makan."

Naraya mencebikan bibir, "Apasih."

"Awas rambutnya kemakan." Tangan Vala terulur untuk memegangi rambut Naraya yang terurai agar tidak ke makan. Naraya lagi lagi di buat berdebar, ia bergerak gelisah, salah tingkah. Lalu mengeluarkan ikat rambut dari sakunya. "Lepas, aku mau iket rambut."

"Biar aku aja, kamu lanjut makan." Vala mengambil alih ikat rambut itu.

"Biar aku aj-"

"Nurut."

Naraya mencebikan bibirnya.

"Ngadep kesamping bentar, Yang."

Naraya menghadap ke samping sesuai dengan apa yang Vala minta. Ia menutup wajahnya begitu tersadar kalau sekarang mereka menjadi pusat perhatian.

Malu. malu banget.

Telinganya menjadi merah, menahan malu karena di perhatikan oleh hampir seluruh siswa siswi yang berada di kantin.

"Udah. Kan enak kalo gini." Vala menaikan satu alisnya, menatap Naraya heran. "Kenapa, Yang?"

"Malu." cicit Naraya pelan. "Diliatin sama orang orang."

Vala mengedarkan padangannya, namun semua yang tadinya melihat ke arah mereka berdua langsung mengalihkan padangan dan skembali sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Vala tertawa pelan, ia membuat kepala Naraya agar menoleh padanya. Di bukanya telapak tangan yang menutupi wajah cantik Naraya itu, sedikit memaksa karena Naraya terlalu malu untuk membuka wajahnya.

"Udah nggak, Sayang. Cantiknya ga keliatan kalo di tutupi gini."

"Diem deh. Malu tau di liatin."

"Tapi suka kan aku gituin?" goda Vala membuat Naraya kesal tapi memang kenyataannya ia suka.

"Tau ah nyebelin. Ga napsu makan, mau ke kelas aja." Katanya langsung bangkit dan berlari menjauhi Vala.

Vala tertawa melihat tingkahnya yang lucu. Lalu mengekori setelah menaruh selembar kertas berwarna merah di atas meja.

ValarayaKde žijí příběhy. Začni objevovat