BAB 7 (Revisi)

1.1K 84 14
                                    

Happy reading!
***
"Btw Val, parfum kamu kok baunya beda ya?"

Deg.

Apalagii ini tuhan??

Naraya bertanya dengan tatapan penasaran, ia bertanya karena memang baunya agak lain dari yang tadi pagi.

"Val?" panggil Naraya lagi, karena Vala lama menjawab.

Vala mengerjabkan matanya, melihat ke arah Naraya yang juga menatap dirinya tanda tanya. "Tadi ga sengaja dempet-dempetan di kantin, kan ngantri tuh buat beliin jajanan jadinya baunya kecampurr." jawabnya.

Masuk akal sih, Naraya manggut-manggut saja membalasnya. Tak ingin memperpanjang urusan, Naraya keburu lapar lalu memakan jajanan yang Vala bawa.

Vala menghela nafas lega begitu Naraya sudha tak lagi curiga. Ia mengacak rmabut Naraya gemas.

"Jangan banyak-banyak makannya, ga sehat." katanya memperingatkan.

Naraya cemberut, namun ia mengangguk. "He'em. Kamu ga mau?" tawarnya yang mendapat gelengan.

"Ga suka."

"Enak padahal. Keinget jaman SD." ucap Naraya seraya menerawang kenangan lama.

"Masa sih? Emang ada ya? Jajanan di SD aku dulu bukan ginian." tanya Vala heran.

Naraya berdecih, "Anak sultan ya gitu, makanan aja ada kastanya." nyinyir Naraya yang mendapat kekehan Vala.

"Dih malah ketawa."

Vala hanya geleng-geleng kepala membalasnya. "Tiga menit lagi mau bel masuk. Minum air mineralnya mana? bawa kan?" tanyanya.

Naraya nyengir kuda, ia menggeleng pelan. "Tadi abis kayaknya waktu berangkat aku haus terus aku minum tinggal setengah, setengahnya lagi Dera sama Rein minta jadinya ya abis."

"Terus kamu minumnya gimana?"

"Ya gimana lagi, ga usah minum, kalo nggak paling minta sama anak kelas."

"Punya siapa?"

"Si ketu biasanya bawa dua," jawab Naraya seraya memasukan cup bekas cilor dan juga rujak ke dalam kresek untuk di buang, karena isinya memang sudah habis ia makan.

"Nanti aku yang buang," cegah Vala saat Naraya bersiap untuk membuang sampah keluar kelas. Naraya membentuk mulutnya menjadi huruf 'O' lalu kembali duduk.

"Ga pedes?" tanya Vala seraya memperhatikan raut wajah Naraya yang memerah.

Naraya tersenyum lebar, "Pedes,"

"Ck. Tau gitu aku balik lagi aja beli susu kotak." sesalnya. Naraya tertawa, "Gapapa, kayaknya Dera masih di kantin deh. aku titip aja, ntar aku chat." ucapnya, lalu memainkan ponsel mengetikan sesuatu disana. Sampai-sampai membust dahinya mengerut, lalu melirik ke arah Vala dan kembali lagi menatap ponselnya.

Sedari tadi memperhatikan membuat Vala penasaran, ia bertanya, "Gimana?"

Naraya diam sejenak, ia menelan ludahnya karena rasa panas yang menjalar di bagian tenggorokan. Pelan-pelan ia bersuara, "Susu kotak tadi beneran jatoh kan?" tanyanya meminta keyakinan.

Vala terdiam selang beberapa detik saja karena selepasnya, ia menghela nafas. "Beneran, Ray. Apa perlu lain kali aku bawa kamera kemana-mana biar bisa kamu percaya?" tanyanya sedih.

"Salah aku juga tadi belinya cuma satu, maaf ya, udah bikin kamu jadi kehausan gini." sesalnya lagi.

Mau tak mau Naraya jadi tak enak hati mendengar ucapan Vala yang terdengar tulus. "Maaf Val, aku ga curiga kok ga perlu sampe segitunya jugaa. Cuma masalah sepele gapapa sebenernya kalo misal susu kotaknya mau jatuh kek, mau bocor kek atau mau kamu kasih ke orang juga gapapa. Aku ga keberatan, Val. Aku cuma pengen kamu jujur aja, cuma itu. Udah ya, aku ga mau hubungan kita jelek lagi gara-gara susu kotak." ucap Naraya penuh sesal, ia melengkungkan bibirnya kebawah.

ValarayaWhere stories live. Discover now