BAB 25 (Revisi)

1.6K 86 24
                                    


Happy reading!
***

"Bunda marah?" Vala menoleh ia dapati sang Ayah dengan jas lengkap serta raut wajah lelahnya datang dari arah pintu, duduk di sofa sebrang menatap anak sulungnya dengan tatapan selidik.

Pasalnya, tadi bibi art rumahnya sudah mengabari tentang keributan beberapa jam silam. Buru-buru ia langsung pulang, meredakan amarah sang istri. Tapi, istrinya justru lari ke kamar, mearajuk pada anaknya karena tidak mau mendengarkan.

Vala berdeham, ia duduk tegap. "Iya. Bunda marah." akunya jujur. Mau bagaimanapun terlalu banyak telinga dan mata untuk Vala sembunyikan dari Ayahnya.

"So? Kamu mau bertindak gimana?" tanya Ayahnya santai, seolah tidak terlalu mempermasalahkan. "Tapi kamu harus tahu Val, bunda sekalinya ga suka susah buat suka lagi."

Vala mendesah lelah. "Aku tau, yah." jawabnya seraya mengurut dahi yang terasa pusing.

"Lalu?"

"Ya gimana, aku cinta sama Naraya. Tapi aku juga sayang dan cinta sama Bunda. Dan jujur aja yah, Naraya kayak gitu emang lagi ada problem."

"Kamu udah selesai kan?"

"Hah?"

"Hubungan mu dengan gadis itu sudah selesai bukan? Kalau begitu, ya udah putuskan dan ganti dengan yang lain." Ayahnya berkata dengan enteng seolah Naraya adalah barang yang bisa di ganti dan ditukar sesuka hati.

"Yah!" kesal Vala, dengan menahan emosi.

Ayahnya menaikan satu alis, bertanya heran pada anak semata wayangnya. "Apa? Bener kan kata ayah. Tinggal jauhin, ganti yang baru kalau emang udah selesai."

Ya, memang benar hubungan Vala telah usai dengan Naraya. Tapi ia tidak ada niat sedikitpun untuk mengakhiri selamanya. Karena selama ajal belum memisahkan, Vala akan terus mengejar kalau perlu ia akan mengikat kaki Naraya tanpa sungkan agar bisa terus di dekatnya.

Vala menggeleng, "Gak bisa yah. Cuma Naraya orangnya."

"Terus kamu mau bikin bunda kamu bunuh diri? Kamu rela bikin bunda kamu sakit? Kamu tau, Val? Bunda kamu bahkan ga bisa tidur nyenyak dua hari ini karena tingkah kamu yang aneh dan bikin khawatir. Bunda kamu stress mikirin anak laki lakinya yang gak bisa bersyukur udah dipikirin sama wanita yang udah ngelahirin dia!"

Vala termenung, melamun ia memikirkannya.

"Kamu hadir di dunia karena bunda kamu, Vala. Jangan lupa, gadis itu emang cinta kamu. Tapi tanpa restu bunda dan Ayah, kamu gak bakalan bisa bersama. Jadi, keputusan ayah juga sama kayak bunda."

"Mending akhiri atau kamu yang ayah anggep anak durhaka?"

"Yah!"

"Pilih Vala!" sentak Ayahnya. "Lagipula, sahabatmu yang perempuan yang selalu ada di sisimu itu ayah pikir dia lebih baik. Kenapa kamu gak mencoba sama dia aja? Gak jauh beda hubungan dekatnya dengan mantanmu kan?"

"Tapi yah, dia sahabat aku sedangkan Naraya itu cintanya aku. jelas ga bisa!"

"Halah. Nanti lama kelamaan juga terbiasa! Coba aja dulu, kalau dalam jangka waktu satu bulan kamu ga bisa, Ayah bakalan kasih kamu restu buat lanjutin hubungan sama Naraya atau ngejar gadis itu ya terserahlah." Ayah Vala mengedikan bahu tak peduli. "Kalau sama siapa itu namanya, Naba, Nata, oh Nava iya kalo sama Nava, bunda udah lumayan suka. Anaknya pinter ambil hati orangtua." lanjutnya dengan angukan.

"Yah!" Vala ingin membantah tapi gerakan telunjuk ayahnya serta kepala yang menggeleng membuat mulut Vala bungkam. "Ga mau dibantah. Nurut!"

"Nava lebih baik. Pilihan ayah sama bunda ga pernah salah."

ValarayaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora