BAB 13 (Revisi)

1K 65 26
                                    

Happy Reading!
***
sebelumnya di Valaraya...

Tangisan Naraya semakin menjadi, lalu ia  mengusap air mata nya.

"Brengsek kamu." tegasnya penuh luka.

"Kesabaran aku ternyata percuma. Putus. Aku mau kita putus."

"Buat apa aku bertahan kalo kamu ga ada kemauan buat perubahan?"

***

Sebelum Naraya benar benar pergi dari halaman belakang, Vala buru buru menyentak tubuhnya menempel ke dinding. Cengkraman di lengannya menguat, membuat Naraya meringis.

Vala menatapnya bengis. Tidak ada perasaan sayang apa lagi khawatir seperti kemarin. Itu membuat dadanya bergejolak merasakan sakit.

"Lepasin!!" teriak Naraya memberontak.

"Lepasin? lo pengen di lepasin?" Naraya semakin takut melihat Vala yang kembali menggila. "Nggak sayang," tangan Vala mengusap lembut pipi Naraya hingga ke dagunya. Senyumannya yang hadir tidak membuat Naraya tenang, tapi secara naluri Naraya merasa waspada.

Naraya tersentak begitu dagunya di cengkram.

"Sampe kapanpun gue ga bakal pernah mau putus! Gue ga bakal lepasin lo?! Barang kali lo lupa tentang yang gue ucapin kemarin malam. Lo itu punya gue! PUNYA GUE!!" sentak Vala membuat Naraya memejamkan matanya, ikut serta pula air matanya yang jatuh menelusuri pipinya.

Vala mengusap air mata itu pelan, "Gausah nangis."

Naraya mengigit bibirnya, perih. Dadanya terasa perih. ia menatap Vala yang sibuk mengusapi air matanya yang justru semakin deras menetes.

"Ga mau, Ray, aku ga mau putus. Ga mau. Kamu punya aku. Kamu udah janji kalo kamu itu punya aku. Kamu punya aku." Vala berucap parau sembari memeluk tubuh Naraya. Memeluk tubuh pacarnya erat, takut kehilangan.

Lagi. Vala lagi-lagi memeluk setelah menyakiti Naraya dengan ucapannya.

Entah mengapa tangan Naraya terasa berat untuk membalas pelukan Vala. Terasa sesak juga, entah karena di peluk dengan erat atau memang dadanya yang bergemuruh bersiap untuk runtuh.

"Aku harus gimana Val sama kamu?" lirih Naraya.

"Terima kurangnya aku, Ray. Kamu tau aku kayak gini karna aku itu cinta sama kamu, kan? Kenapa terus ngomong putus kalau kita lagi berantem? Kenapa kamu selalu mengakhiri percakapan kita dengan kata putus?! KENAPA RAY?!" teriak Vala frustasi. Ia terlihat kecewa, dan sakit.

"KARENA AKU GA MAU DIKEKANG VAL!!" balas Naraya dengan teriakan. ia mendorong dada Vala agar menjauh dari nya.

Vala terhuyung kebelakang, ia mengacak-acak rambutnya frustasi, kesal, emosi, pokoknya perasaan Vala tidak jelas. Ia akan membuka suara namun telunjuk Naraya yang mengacung padanya membuat Vala mengurungkan niatnya.

"Kamu selalu marah dan bikin aku sakit dengan ucapan kamu. Padahal kemarin hubungan kita udah membaik." Naraya menarik nafasnya dalam dalam, menarik kembali telunjuknya ia mencengkram roknya untuk mengumpulkan keberanian. Air matanya berhenti menetes, ia menatap Vala sepersekian detik.

"Aku butuh waktu Val."

"Apa aku harus memaklumi sekali lagi, atau aku harus mengakhiri hubungan ini."

***

Abay menyentak bahu Vala menggunakan bahunya, ia menggeram. Menatap Vala tak suka atas sikapnya.

"Apasih bangsat!?" teriak Vala kesal. rambutnya acak acakan, seragam yang lecek tidak karuan membuat semua anak kelas tak berani mendekat.

Sejak kejadian di jam istirahat tadi, omongan dari orang yang satu dan yang satu terus menyebar dengan ditambah bumbu bumbu berlebihan. Membaut ceritanya jauh dari fakta.

ValarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang