BAB 2 ( revisi)

2K 138 9
                                    

Happy reading!

***

Sialan! Naraya selalu berhasil membuat emosi Vala memuncak. Naraya selalu berhasil membuat hati Vala tercabik. Kenapa? Kenapa dia tidak menjaga jaraknya dengan laki-laki lain? Kenapa setelah ia mengatakan 'Break' justru Naraya semakin leluasa mendekati laki-laki.

Bangsat! Maki Vala dalam hatinya.

"Val, Naraya pingsan!" teriak teman sekelas Raya dari belakang. Membuat Vala berbalik dan berlari menuju kelas Naraya.

***

Sakit. Kepalanya sakit sekali. Untuk membuka mata saja, Raya rasa terlalu berat.

"Ada yang sakit?" Suara tak asing di telingannya itu membuat Raya mengerjabkan matanya, lalu menoleh ke arah kanan.

"Val?" panggilnya setengah tak percaya.

Vala menghela nafasnya, kembali mendorong bahu Raya ketika gadis itu ingin duduk. "Diem!"

Menurut, Naraya diam di tempatnya. Ia bingung ingin mengucapkan apa.

"Maaf..."cicit Raya lirih.

Vala menghela nafas pelan, ia sudah tak emosi lagi. "Untuk?"

"Karena udah buat kamu emosi." jawab Raya pelan. Ia menunduk dengan kedua tangan yang saling bertaut.

Vala menganggukan kepala. "Bagus kalo sadar diri." ucapnya membenarkan.

Raya tersenyum pahit.

"Kenapa pingsan?" tanya Vala, usai hening tiga menit.

"Gak tau, mungkin ke capekan." Raya tersenyum, menatap Vala dengan pandangan rumit yang tak dimengerti Vala.

"Makannya, aku bilang jangan main habis pulang sekolah. Tetep aja kamu main sama sepupumu itu. Jadinya gini kan? Sakit. Sampe pingsan lagi." omel Vala.

Raya terkekeh mendengarnya, sedikit senang ia mendapat kekhawatiran Vala. "Tapi aku bantuin dia, Val. Gak enak kalo  aku nolak."

"Ck. Dasar! Nakal banget dibilangin. Kayak bocah!" decak Vala, ia mengusap kepala Raya lembut.

"Maaf juga buat tadi, Ray. Aku udah kasar sama kamu." Raya tersenyum tulus ia mengangguk. "Gak papa. Aku yang salah." ucapnya.

Vala menatap Naraya seperkian detik, lalu mendekatkan bibirnya di kening Naraya. Mengecupnya.

"Aku ke kelas dulu. Nanti kita pulang bareng." Naraya mengangguk. Lalu Vala pergi dari uks.

Naraya menatap kedepan dengan pandangan kosong. Ia melamun. Memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu.

"Vala! Kamu kenapa sih, main pukul aja? Kenapa gak nanya dulu? Kenapa main bogem mentah Farthan? Ken—"

"Brisik bangsat!"

"Brisik bangsat!"

"Brisik bangsat!"

Kalimat itu terus-menerus mengulang di dalam otaknya. Hatinya ngilu mendengar makian Vala. Sakit. Naraya jelas lebih sakit hati ketimbang fisiknya yang tengah tidak fit.

"Rayaaa!! Omaygat! Ini semua gara-gara si setan Valak! Dia ngapain lo, Ray? Bilang sama gue! Biar gue komat kamitin dia!" heboh sepupunya. Dibelakangnya ada Farthan.

Raya tertawa, "Gue gak papa Rein. Gak usah lebay deh."

Rein melirik sinis, "Ga usah bohong sama gue deh Ray! Gue tuh tau watak lo itu kek gimana."

ValarayaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum