BAB 20 (Revisi)

1.5K 51 25
                                    

Happy Reading!
***
"Ini apa Naraya?!" bentak Bu Tina—Guru BK. Sembari menunjukan selembar foto yang tadi Naraya lihat dari perempuan yang menjambaknya.

Naraya menunduk, menautkan kesepuluh jari jarinya, air matanya berjatuhan tak henti-hentinya sedari tadi. Tepatnya sejak 5 menit yang lalu.

dugh!

Bahu Naraya di toyor menggunakan penggaris kayu. Terhuyung, menegakan kembali tubuhnya yang hampir terjatuh. Naraya mengusap air matanya.

"JAWAB IBU!" bentak Bu Tina lagi, geram melihat kelakuan anak didik nya yang sangat tidak sopan dan diluar norma. Naraya harus segera ia luruskan. "Kamu itu ngapain pergi kesana? Apa alasan kamu? Jawab! dari tadi nangis terus. Kamu mikir gak, kamu malu-maluin nama baik sekolah!! Sekolah kita jadi tercoreng gara-gara kamu."

"Otak kamu itu dimana sih, Ray?" decaknya tak habis pikir. "Bisa bisanya pergi ke sana? Udah gitu memakai baju yang kurang bahan dirangkul cowok yang bukan muhrimnya."

"Orang tua mu kemana? Sampe sampe anaknya bisa berkelakuan kayak gini."

"Ibu ga mau tau, pokoknya besok orangtuamu harus ketemu ibu!"

"Bu, orangtua say—"

"Gapeduli! Gimana caranya orangtuamu harus ada." keukeh Bu Tina tak ingin di ganggu gugat.

Air mata Naraya semakin deras, ia memohon untuk tidak dan memilih dihukum saja atau di skors Naraya terima. Asalkan tidak dipanggil orangtuanya.

"Pantesan tiga cewek kemarin ngebully kamu, orang kamu nya aja kayak gini. Dasar anak ga bener! Vala pacaran sama kamu aja udah patut kamu sukuri." cercanya membuat Naraya tak tahan. Ia balas ucapan guru BK nya itu.

"Ibu ga berhak komentarin hidup saya! Hubungan saya sama Vala itu urusan saya. Ibu panggil saya kesini cuma mau ngehina saya? Saya daritadi diem ngehargain ibu yang lebih tua dari saya. Saya ga takut kalo emang harus di keluarin. Ibu nyudutin saya, bilang saya yang nggak nggak. Padahal, saya punya alasan kenapa saya ada disitu." balas Naraya.

"BERANI YA KAMU NYANGGAH UCAPAN SAYA?!"

"Bu!" sentak Naraya. "Keluarin saya atau skors saya aja, tapi jangan panggil orangtua saya kesini. Saya mohon. Mohon dengan sangat." pintanya melas.

Bu Tina menatapnya sinis, "Seterah saya. Kasus kamu udah di alihin ke saya. intinya kalau besok orangtua mu ga bisa kesekolah, kamu bakalan saya keluarkan."

Air mata Naraya sedari tadi sudah berhenti mengalir, ia menatap Bu Tina tanpa ekspresi. "Kalo gitu keluarin. Keluarin saya."

***

Nava berlarian memanggil Vala yang mencuri atensinya. Ia harus segera memberitahukan informasi hangat yang sedang menyebar luas di sekitar sekolah. Senyumnya yang dari jauh lebar kini surut tergantikan mimik wajah khawatir dan syok.

"Vala!" serunya.

Vala membalikan tubuh begitu namanya terpanggil. Ia berniat membawakan pacarnya nasi kuning seusai bel istirahat berbunyi terbukti dengan tangan yang menenteng bingkisan nasi kuning berserta susu kotak strawberry kesukaan pacarnya.

Bucin!

"Kenapa, Nav?" Nava menarik nafasnya, akibat berlarian menuju Vala ia jadi kekurangan oksigen. Setelah ia rasa sudah kembali normal, Nava membuka mulutnya.

"Lo udah cek hape lo?" Nava menyelipkan sejumput rambut ke sela telinga. "Gue tahu lo pasti ga buka kan? Makannya ga samperin pacar lo yang sekarang lagi di sidang sama guru BK."

Vala mengerutkan dahi, satu tangannya yang lain merogoh ponsel di dalam saku celana. "Naraya ke ruang BK? Kok?"

Setelah melihat berita terhangat dalam ponselnya barulah Vala paham apa yang Nava maksud. Ia tatapi layar dengan tak percaya.

ValarayaWhere stories live. Discover now