BAB 3 (revisi)

1.6K 120 11
                                    

Happy reading!

***
Seusai mengantarkan Nava ke rumahnya, kini tinggal Vala dan Naraya yang tersisa di dalam mobil. Kesunyian menyapa mereka berdua.

Mau bagaimana lagi? Naraya enggan berbicara walau sekedar ingin bertanya perihal maksud Vala mengajak Nava. Namun ia tahu betul Vala akan menjawab apa. menutup mulut dan tidak bertanya adalah piluhan yang tepat.

"Ray..." Vala memanggilnya pelan, Naraya hanya membalas dengan dehaman tanpa menoleh.

"Pindah ke depan Ray, aku sendirian ga ada tangan yang bisa aku pegangin." rayunya agar Naraya pindah ke sampingnya.

Rasanya Naraya tidak ingin pindah kedepan, karena dari awal tempat itu bukan untuk dia kan? itu untuk sahabat Vala bukan Kekasihnya.

Dengan malas Naraya beralasan, "Nggak deh Val, bentar lagi nyampe ribet kalo harus pindah pindah, mana di luar hujan juga." Memang benar adanya juga sih. Tidak mungkin kan, Vala berhenti lalu menyuruh Naraya keluar hujan-hujanan hanya untuk sekedar pindah ke depan?

Tolong jangan tanyakan payung yang tadi di gunakan untuk menjemputnya, payung itu telah di gunakan oleh Nava, di pinjam katanya.

"Terus kamu kenapa dari tadi cemberut terus? kamu marah sama aku?"

Sontak saja Naraya langsung menoleh, ia berkerut dahi mendapatkan pertanyaan semacam itu. "Nggak, apa berhaknya aku marah Val? dan buat apa juga?" ia menumpu kepalanya dengan satu tangan yang sikutnya ia tumpu-kan pada kaca mobil, lalu tersenyum. "Percuma aja rasanya kalo marah sama kamu. Toh akhirnya kamu ga bakalan berusaha barang secuil pun biar bikin mood aku balik. Akhirnya aku juga yang harus ngalah."

"Maksudmu itu aku bukan orang yang pengertian?" tuding Vala dengan alis dinaikan, ia melirik Naraya dari kaca depan.  Balas menatap pancaran mata itu dengan tenang, Naraya menjawabnya, "Kamu berfikir kesana Val? Kenapa? Biasanya langsung ngotot kalo itu bukan sesuatu hal yang mesti di permasalahkan."

"Beda urusan Naraya." bantah Vala dengan gelengan. "Sekarang sama yang dulu itu beda pembahasan."

"Sama aja Val, sama. Kamu yang biasanya sama sekarang itu sama aja. Sama-sama ga tau apa kesalahan kamu."

"Loh, kamu nyalahin aku atas dasar apa? Kok bisa tiba-tiba nyalahin aku? Otakmu itu dimana Ray?"sungut Vala tiba-tiba.

Benar kan Naraya bilang. Vala tidak akan terima kenyataan dan tidak akan mengakui kesalahan yang telah ia lakukan, kepekaan yang tadi ia dapatkan ternyata hanya suatu kebetulan.

Heran juga Naraya bisa berpacaran dengan sesosok orang seperti Vala. Entah darimana dulu chemistry mereka berasal.

Sakit hati Naraya dapatkan dari ucapan Vala yang kasar. ia memalingkan wajahnya, berkamuflase agar mata dengan genangan itu tak terlihat.

"Liat, Val, kamu udah marah. Padahal aku tanya baik-baik tadi." Naraya berucap pelan.  Ia takut Vala menggila dan berbuat hal diluar kendali kewarasan.

"Lagian kalo punya otak tuh dipake Ray! Mikir dulu kalo mau ngomong, kesannya kayak aku cowok yang nelantarin ceweknya,  gak ngertiin, dan gak ada effortnya sama sekali."

'Kan kenyataan Val. Kamu mau nyakitin aku sejauh mana?' batin Naraya tertawa miris, lagi dan lagi seperti itu.

"Kamu itu pacar aku! Kamu itu punya aku! Dan segala hal yang aku lakuin demi kebaikan kamu. Gak mungkin aku jahatin kamu Ray."

"Lalu tentang break kita itu gimana Val?"

"Gak jadi." balas Vala cepat.

"Ken—" baru saja ingin mengajukan pertanyaan, ucapan Naraya terpotong kala Vala berkata. "Nanti kamu keenakan jadi cewek ganjen dan ga bener."

ValarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang