BAB 26 (Revisi)

1.5K 91 14
                                    


Happy reading!
*

**
"May I accompany you, Madu?"

Naraya tatap Valrezo dengan kaos putih beserta celana panjang dengan tatapan tak percaya. Naraya bahkan mengucek matanya, guna membenari penglihatannya. Barangkali ia salah lihat.

Valrezo tertawa, ia duduk di samping Naraya, lama tak mendapat jawaban dari gadis itu. "Hey? Sekaget itu lihat aku?" Valrezo menjentikan jari. Naraya mengedipkan matanya beberapa kali, lalu menganga.

"Valrezo? That's you?"

Valrezo mengangguk semangat, "That's me! Do you miss me, madu?" tanyanya dengan senyuman manis.

Wah gila! Bisa bisanya mereka bertemu di pantai malam hari begini. Takdir macam apa yang mempertemukan Naraya dengan Valrezo huh?

"Bukannya lo di Belanda?" Naraya bertanya heran, ia awalnya ingin melepas jaket milik Valrezo namun, Valrezo menggeleng dengan mencebikan bibir. "Jangan di lepas." perintahnya.

Pandangan Valrezo kembali menatap manik mata Naraya. "I'm back to indonesia, because yeah, study ku sudah selesai disana."

Mata Naraya membulat. "Seriously?!"

Valrezo terkekeh,"Yeah! I'm serious."

"Wow. Gue pikir kita seumuran, eh gue lupa kalo lo tua satu tahun dari gue. Eh, bukannya kalo tua setahun berarti lo harusnya kelas tiga?"

Valrezo mengedikan bahu, "Aku smart, u know that."

Naraya berdecih. "Sombong." Valrezo balas tertawa.

"Madu."

Naraya menoleh seraya balas berdeham. Ia tatap Valrezo dengan tatapan tanda tanya.

"Mau ikut aku ke Belanda?"

deg.

Jantung Naraya seketika berdetak lebih cepat. Apa maksud dari Valrezo sekarang? Mengajaknya ke Belanda bersama? Maksudnya?

"What do you mean?" tanya Naraya dengan alis menyatu.

"Yeah, aku pikir di Belanda lebih baik daripada di Indonesia. U know, di sana tidak ada yang jahat padamu, Madu. I mean, disini mulut-mulut nya tidak di sekolahkan. Aku hanya, hanya ingin kamu bahagia." jelas Valrezo dengan tangan yang merapikan anak rambut Naraya yang menganggu wajah cantiknya. "Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, madu. Aku tidak memaksa untuk hubungan kita kembali seperti dulu. But, as long as you know, aku masih punya rasa yang sama seperti dulu. Do you feel it?" Valrezo tersenyum hangat.

Jantung Naraya dibuat berdebar, kenangannya melayang di tiga tahun silam. Kenangan dengan Valrezo, yang membuat Naraya merasa di ratukan. Valrezo adalah laki laki sempurna untuknya. Ia akui, Valrezo adalah idamannya. Tapi, kembali lagi dengan kenyataan, itu tiga tahun silam. Kalau sekarang Naryaa tidak yakin itu.

Jantung Naraya berdebar karena ia merindukan Valrezo tidak lebih seperti mencintainya atau apalah. Tidak. Naraya bukan gadis yang gampang jatuh hati.

Kalau boleh jujur, dengan Vala juga sebenarnya adalah pelarian. Itu, adalah kenyataan pertama yang belum pernah Naraya ceritakan pada siapapun.

Jatuh cinta dengan Vala memang tidak di rencanakan.

"Madu?"

Naraya mengerjapkan matanya, kesadarannya kembali. Ia mengigit bibir dalamnya, menahan perasaan yang sulit untuk ia deskripsikan.

Bibirnya di sentuh pelan, dengan khawatir Valrezo mengecek bibir dalamnya dengan kerutan dahi. "Jangan kamu gigit. Itu membuat bibirmu berdarah, madu."

ValarayaKde žijí příběhy. Začni objevovat