BAB 14 (Revisi)

1.1K 65 9
                                    

Happy Reading!
***

Naraya turun dari motor Farthan lalu mengembalikan helm begitu Farthan sudah menstandarkan motornya. Ia Membenarkan rambutnya yang acak-acakan lalu memegangi ujung tali tasnya seraya tersenyum.

"Makasih udah nganterin gue. Btw, sori sekali lagi gue ga bisa anter lo ke toko buku."

Farthan melambaikan tangan cepat, "Gapapa anjir. Sante aja kali."

Naraya tersenyum sungkan, "Lain kali deh, kalo gue free."

"Gampangg!" seru Farthan semangat. "Sini deh Ray deketan." pinta Farthan dengan tubuh yang masih duduk di motor.

Naraya mengerutkan dahinya, namun ia mendekat.

Naraya tersentak. Matanya melirik ke arah mata Farthan.

Farthan hanya balas senyuman, lalu berdeham guna menetralkan detak jantungnya yang berpacu.

"Kemarin ga sengaja lihat ini, jadi gue beli buat lo."

Naraya memegang jepitan rambut bermotif kupu-kupu di rambutnya. Ia menelengkan kepalanya, tak paham.

"Kenapa gue?" tanya Naraya tak mengerti.

Farthan mengedikan bahunya, "Kebetulan aja keingetnya sama lo. Kupu-kupu itu ingetin gue sama lo, yang bisa terbang bebas di luar. Karena itu gue harap lo bisa lebih berani dalam berekspresi, Ray."

Maksud Farthan berekspresi dalam berpendapat, ataupun mengungkapkan perasaannya.

Naraya terdiam.

"Sedihnya jangan berkepanjangan ya? Walaupun sekarang lo ngerasa sendiri. Tapi ada gue yang selalu ada disaat lo sedih. Inget gue, oke?  kalo lo ngerasa ga punya siapa siapa."

Seketika mata Naraya memanas. Bagaimana bisa ia menjauhi Farthan yang sebaik ini padanya?

Tapi...

"Than,"

"Hm?"

"Apa lo suka sama gue?" tanya Naraya yang langsung membuat Farthan gelisah. Tidak sampai terlihat, karena cowo itu pintar menyembunyikannya.

"Kenapa?"

"Karena kalo lo suka sama gue, gue ga bisa buat selalu terbuka sama lo, Than." helaan nafas Farthan dengar. "Gue ga mau manfaatin rasa suka seseorang. Entah itu di sengaja atau nggak. Gue gak mau." Naraya menggeleng.

"Jadi gue tanya sekali lagi. Apa lo suka sama gue? Sebagai lawan jenis."

Butuh beberapa detik untuk Farthan menjawabnya, hingga...

"Gue anggep lo kayak adek gue sendiri. Jadi jangan sungkan buat cerita apapun ke gue. Karena gue pastiin gue bakalan selalu ada buat lo."

"Gue pamit balik duluan." usai Farthan menlakson motornya sebagai salam perpisahan, Naraya menatap punggungnya yang perlahan menghilang dari pandangannya dengan tatapan lega.

"Gue harap itu adalah kejujuran. Karena kalo lo bohong, gue mau percaya manusia siapa lagi, Than?"

***
Vala tersentak, terkejut tangannya di pegang.

"Eh, sori sori. Ga sengaja." Nava yang ada di sampingnya mengangkat tangan.

Vala menghela nafasnya, mengurut pelipisnya pelan. Ia pening. Pikiran nya terus terusan melayang pada Naraya. Tidak bisa fokus.

"Kenapa Val?"

Vala menggeleng. "Gimana keadaan lo? udah membaik?" tanyanya sembari melirik ke arah bekas tusukan itu.

ValarayaWhere stories live. Discover now