BAB 27 (revisi)

2K 86 12
                                    

Happy Reading!

***

"Raya ada tamu nyariin!" teriak Kakeknya dari halaman rumah, sibuk memberi makan peliharaan burung. Naraya yang tengah memasukan buah yang beku ke dalam blender untuk ia buat smoothie jadi terhenti. Naraya mengelap tangannya yang kotor, melepaskan celemeknya lalu berlari keluar rumah.

"Rayaaa!" Kakeknya berteriak lagi.

"Iya kek, ini lagi otw jalan. Sabar ih!" Naraya memberengut begitu sampai, ia berdecak menatap sosok yang mencarinya sebal. "Tinggal masuk aja pake mencet bel bilang nyariin gue. Kan repot, kakek manggilin mulu dari tadi." decak Naraya seraya membuka gerbang.

Lawannya menggaruk tengkuk yang tak gatal ia terkekeh. "Biar di bukain sama kamu." Naraya mencebikan bibir membalasnya.

"Naik apa kesini? kok gak liat mobil lo sih?"

"I took a taxi."

Naraya membulatkan mulutnya manggut-manggut, mempersilahkan tamunya masuk. Berjalan beriringan ke dalam rumah.

"Hello grandpa! masih ingat, aku?" tamu Naraya menyapa begitu melihat Kakek Naraya yang sibuk memberi makan burung.

Kakek Naraya menyipitkan mata seolah berusaha mengingat-ingat, lalu melotot ia taruh wadah makan burung, berlarian kecil ke arah dimana tamu Naraya berhenti.

"Calon mantuu!!"

Naraya membulatkan mata, 'Calon mantu?' beonya dalam hati.

Sedangkan orang di sampingnya yang di peluk rindu oleh sang Kakek justru mesem-mesem sembari menepuki punggung Kakeknya.

"Valrezo kapan datang?"

"Seminggu atau dua minggu yang lalu kalau tidak salah, saya lupa." balas Valrezo dengan senyuman.

Kakek Naraya tertawa, "Masih muda kok mudah lupa."

"Maklum, ingatan saya kalah dengan ingatan grandpa."

"Halah, bahasamu itu. Belum bisa bahasa gaul di Indo ya?"

Valrezo menggeleng. "Belum lancar, tapi bisa. Asal di ajarin cucu grandpa." ia melirik ke arah Naraya yang diam memperhatikan.

Mata Naraya menyipit memasang raut wajah seolah ingin muntah, "Carmuk." gumamnya yang mendapat respon kedipan genit Valrezo.

Kakek Naraya tertawa pelan, menepuki bahu Valrezo seolah memberi semangat. "Anak gadis kalau lagi keras harus di bujuk biar luluh." bisiknya membuat Valrezo terkikik geli.

"Sana masuk ke dalem, nanti kakek nyusul."

Valrezo mengangguk, "Siap!" balasnya seraya hormat. Kemudian lanjut berjalan ke dalam rumah.

"Akrab banget lo sama kakek. Gue aja ga seakrab itu." celetuk Naraya heran.

"Kalau mau dapetin cucu nya deketin dulu kakeknya."

"Dih dih dih apaan deh!"

Valrezo balas tertawa kecil, ia menaruh bingkisan berupa makanan ringan ke meja. "Kesukaannya, Madu." Naraya melirik bingkisan itu sejenak, lalu mengangguk. "Makasih. Gue buatin smoothie, mau?" tawar Naraya.

Valrezo mengangguk.

"Sip, tunggu bentar."

Selang beberapa menit Naraya kembali dengan nampan berserta dua gelas smoothie. Menaruhnya di meja, lalu duduk di samping Valrezo yang duduk anteng memperhatikan gerak gerik Naraya.

"Jadi gimana? Udah ketemu siapa yang nyebarin?" tanya Naraya. "Gue, ga lama di Bali. Kemungkinan besar lusa gue balik lagi ke jakarta. Masa skorsing gue udah mau abis."

ValarayaWhere stories live. Discover now