Bab 32|Final chapter of us

1.8K 69 0
                                    

Siap untuk akhir ceritanya?
Akhir dari perjalanan cinta ini?

Ehehyy, siapkan hati!
Siapa tahu gak sesuai ekspektasi

✨Mari mulai✨

🦊🦊🦊

Seharusnya Angeli senang, bisa melihat laki-laki itu setelah hampir 2 tahun hidup bermain petak umpet dengan Teungku. Harusnya ia juga melakukan hal yang sama, bercerita panjang lebar tentang hidupnya yang masih membutuhkan kedatangan laki-laki itu. Harusnya begitu bukan? Mencintai kan harus berjuang, setidaknya miliki dulu orangnya baru bisa move on kan!

Tapi, Angeli tetaplah Angeli.

Kepalanya bergerak setelah ia tak lagi mendengar suara laki-laki itu. Tidak lagi menghirup wangi laki-laki itu. Angeli rasanya ingin mengabulkan apa kata hatinya, menyusul laki-laki itu lalu berteriak kalau dirinya membutuhkan laki-laki itu di sisa hidupnya. Atau melakukan apa yang sudah dirancang otaknya. Tapi, Angeli tetap diam. Tetap duduk, tidak menurut pada satu pun, baik hati maupun otaknya.

Angeli susah payah untuk bisa bernafas dengan benar selama dua tahun ini, tapi kedatangan laki-laki itu membuat sesaknya kembali kambuh. Bagaimana bisa ia kembali pada orang yang meninggalkan penyakit ini walaupun nyatanya ia juga punya obat asma itu. Angeli tidak ingin bergantung pada obat-obatan, ia ingin hidup benar. Itu saja. Jadi ia memilih membiarkan laki-laki itu menjauh darinya.

Bukankah ia sudah berbohong? Untuk apa berkata jujur, biar saja. Nanti juga terbiasa. Ikhlas kan omong kosong! Hanya membiasakan diri, lalu terlupakan. Mudah kan? Itu saja kok ribet!

Airmata sudah menganak sungai, Angeli berjalan dengan lunglai, kemudian langsung memeluk ayahnya. Tidak tahu kemana seharusnya ia menumpahkan keluh kesah, bukannya tadi ia sudah membuang tempat itu? Ini kan kemauan dari dirinya sendiri.

"Maafin aku, Yah. Kalau nyatanya aku masih jadi anak super cengeng," ucap gadis itu, ia sesenggukan. Ayah kelabakan, perasaan anak gadisnya tadi masih ceria ceria saja, kenapa sekarang jadi mewek gini?

"Iya," hanya itu yang bisa Ayah ucapkan, laki-laki itu mengelus punggung anak gadisnya itu. Ia tahu masih akan ada banyak beban yang akan gadis itu tanggung. Ia sudah bergerak sejauh ini, bertarung dengan pikiran yang selalu merusak mental anaknya itu.
"Bagaimana pun keadaan mu, apapun yang kau alami, boruku. Tetapnya bangga kami samamu, kalaupun ada apa-apa inang, bilang sama kami. Kami ada untukmu, boru. Aku, mamakmu, adekmu, semuanya kami ada. Itu yang perlu kau tanamkan dalam otakmu itu ya inang," meski terdengar kasar tapi itulah suku Batak yang sesungguhnya. Ayah, aku mencintaimu dengan sangat.

"Selesaikan apapun yang belum kau selesaikan di kota ini, inang. Jangan bawa dendam dan sakit hati dari sini. Kalau nanti kau ke sini lagi yang ada hatimu sakit dan kota ini tak lagi menerima mu, pulangkan apa yang kau ambil, tinggalkan apa yang kau pakai." Kata ayah sebelum akhirnya pelukan itu terlepas, meski selanjutnya mereka semua berpelukan, ditambah dengan sahabat-sahabat Angeli.

🦊🦊🦊

Kalimat terakhir ayah lah yang membuat Angeli berada di sini. Di kos dengan kamar yang dominan warna biru, tidak ada yang berubah. Semua tetap sama, bahkan setelah dua tahun sudah berlalu. Hanya saja perasaan canggung itu yang membuat Angeli tampak gelisah dan gugup.

"Apa kabar, Ku?" Ucap gadis itu, berbasa-basi kepada laki-laki yang kini duduk berhadapan dengannya.

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik aja,"

Kos Deverio (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang