Bab 26|Dulu kau nada dan aku iramanya

2.9K 87 23
                                    

Halow anak-anak bundaa
Ketemu lagi sama bunda
Oh iya, dari mulai bab ini
Kita menuju konflik

Gak sedap kan? Aman-aman aja selama ini
Mari kita lihat bagaimana sebenarnya hubungan dua arah ini

Hope u enjoy tht:)

Setelah kepulangan teman-temannya dari kos berukuran sedang itu, Angeli langsung membersihkan diri. Tubuhnya lumayan lengket karena keringat. Setelah selesai mandi dan keramas gadis itu membuka pintu kos nya, angin malam memang tidak baik tapi serius kos nya panas banget.

Tapi setelah pintu berwarna hijau itu terbuka lebar, gadis itu dapat melihat Teungku dengan jelas, berdiri dengan tegap dan wajah yang....lelah?

"Kamu kenapa?" Tanya gadis itu tapi hanya gelengan yang ia dapatkan sebagai jawaban, bahkan ketika laki-laki itu masuk dan langsung duduk, Teungku hanya diam.

Lalu ia menatap gadis itu dengan tatapan penuh tanya. Sesekali ia hembuskan nafas kasar, entah untuk alasan apa. Sebenarnya Teungku juga ragu, untuk apa dia kesini? Mencerca gadis itu dengan pertanyaan yang hampir membunuhnya selama seminggu ini? Mereka memang tidak banyak menghabiskan waktu, gadis itu banyak sekali kesibukannya, rapat sampai tengah malam, menginap di kos teman hingga Teungku tak punya kesempatan untuk berbicara.

Teungku menggenggam Tata sebagai tumpuan, boneka kecil berwarna kuning cerah itu ingin sekali ia gigit, lalu perlahan ia menatap lurus perempuan yang kini menatapnya dengan lembut dan penuh tanya.

"Aku boleh nanya sesuatu?"

"Boleh,"

"Kamu ada temen cowo?"

"Oh Gosh, pertanyaan kamu aneh banget, aku punya banyak, gak mungkin aku gak punya. As same as you, right?"

"Kamu tau arah pertanyaan aku kan?"

"Temen cowo? Boyfriend? Gila ya, mana ada? Aneh banget tiba-tiba nanya gitu!"

"Aku lihat kamu, seminggu yang lalu disini," cerca laki-laki itu.

Oh Angeli tau perbincangan ini mengarah kemana. Raja. Laki-laki itu emang perlu dibikin gepeng. Perempuan itu juga mendesah pelan, menatap laki-laki yang kini juga menatapnya.

"Raja, dia temen seangkatan aku,"

"Dia cium kamu!" Ucapnya langsung, tegas dan membara. Ada batas yang sudah laki-laki itu lewati secara paksa, ternyata.

"Itu gak berarti apa-apa Ku, dia udah sering ngelakuin itu ke aku. Dia sepupuku," sebentar wajah laki-laki itu tampak bersinar, terpatri kelegaan diwajahnya.
"Tapi aku sama Raja itu sepupu yang bisa nikah. Kamu masih ingat? Aku pernah bahas ini sama Eki, di suku Batak, sepupu ada yang bisa nikah." Jelas Angeli, dia tidak ingin ada kesalahpahaman diantara mereka, biarkan Teungku menilai sejelek apa dirinya.

"Oh jadi gak berarti apa-apa ya? Can you repeat again? About you and him?"

"Raja gak ada apa-apanya sama apa yang kamu pikirkan,"

"Really? Selain kamu jago bela orang lain, sekarang kamu juga jago baca pikiran aku ya?" Laki-laki itu menatapnya dengan penuh selidik.

"What's wrong whit you? Kamu kayaknya kecapean, laprak kamu sebanyak itu! Kita bisa bicara besok, masih ada waktu sebelum aku balik ke Riau."

"Angel, can we talk about us? Sampai finish," laki-laki itu berusaha menampilkan senyumnya, tapi Angeli menggeleng.

"Sebanyak apa lagi kamu harus nyakitin aku? Tiap hari ada banyak cowo yang datang ke kos kamu, yang buat aku berpikir tidak tidak. Aku selalu berpikir hanya aku satu-satunya, but? This so hurt to me! Angel!" Laki-laki itu semakin mengenggam kuat Tata. Ia butuh pegangan agar tidak menyakiti hati gadis itu, sedikit saja, jangan sampai.

"Really? Aku seburuk itu dimata kamu? Oh ayolah, bukannya aku yang harus ngomong itu duluan? Temen cowo yang datang ke kos aku pasti bawa cewe, mereka gak akan datang sendiri, karena aku sudah bilang aku lagi dekat sama orang, kamu tau hah?! Tapi, how about you? Dijemput pagi, siang, sore, sama cewe, boncengan sama dia bahkan kamu kadang gak nyapa aku ketika kalian pergi, menurut kamu itu gak nyakitin aku? Hah? Ngelihat barang-barang cewe yang tertinggal di kos kamu bahkan sampai berbulan-bulan, menurutmu aku gak sakit hati? Kamu selalu lihat berdasarkan sudut pandang kamu sendiri, gak lihat aku sebagai pihak yang mungkin juga tersakiti. Teungku, semuanya gak akan berjalan sesuai sama rencana kalau kamu gak lihat pihak pihak yang ada disekitar kamu, karena mungkin aja mereka akan menjadi penahan," gadis itu tidak menangis tidak pula berseru tegang, dia mengutarakan hal itu dengan halus sampai bisa menikam laki-laki yang duduk di dekat pintu itu.

Lalu diam mengambil alih kamar itu, bahkan suara kipas tidak lagi menjadi kebisingan yang menyenangkan.

"Aku pulang dulu, ternyata kita orang yang beda jalur," ucap laki-laki itu final, ia berdiri dan pergi tanpa kata, tanpa ekspresi. Angeli tak ambil pusing, hatinya juga sakit dengan kasar ia tutup pintu itu hingga menyebabkan dentuman yang lumayan keras. Biar saja Teungku anggap ini sebagai api di hubungan mereka. Biar saja.

Tapi 30 menit kemudian ia sudah mengirimkan pesan pada laki-laki itu. Sejak awal memang dirinya yang menginginkan laki-laki itu, sejak awal dirinya yang paling keras berakting sejauh ini hanya untuk dilihat oleh Teungku. Sejak awal dirinyalah yang menyukai Teungku, bukan laki-laki itu.

Angeli
Maaf kalau semisal kata-kata aku menyinggung atau bahkan menyakiti hati kamu. Aku benar-benar minta maaf, itu bukan hal yang pengen aku ucapkan hanya saja, aku terbawa emosi. Aku minta maaf, Ku.

Tapi ternyata api itu masih membelenggu laki-laki itu, hingga hari kepulangan gadis itu ke Riau, Teungku tak membalas pesannya. Tidak bertatap muka dengan dirinya dan tidak ada sapa-menyapa antara mereka. Teungku memilih pergi dan mengasingkan diri, pergi pagi pulang juga pagi, tidak ada kesempatan berbicara yang ia berikan pada gadis itu.

Hingga ketukan itu membuat Teungku terkejut, suara gadis itu mengalun indah, tapi ia masih enggan untuk bertemu bahkan untuk saling menyapa.

"Ini baju kamu, dan kentang," hanya itu yang gadis itu ucapkan. Lalu setelah berterimakasih kepadanya, Teungku langsung menutup pintu, tidak ingin mendengarkan, menunjukkan wajah saja tidak.

Angeli menahan ngilu di dadanya, ia seperti gadis murahan yang meminta atau lebih cocok mengemis cinta laki-laki itu. Cukup. Ini sudah terlalu mengecewakan.

Tapi sungguh meski disakiti berkali-kali, dikecewakan dan diacuhkan. Angeli tetap saja peduli pada laki-laki itu. Setelah pagi tadi ia serahkan baju dan kentang, laki-laki itu langsung pergi entah kemana. Padahal ia ingin laki-laki itu ada saat ia pergi pulang nanti, tapi biarlah. Ia membuka pintu itu dengan susah payah, ditangannya dia pegang dua kresek hitam berisi kerupuk, satu ia letakkan pada kos Teungku dan satu lagi didepan pintu Abang yang selama ini baik padanya.

Lihat? Rasa yang dimiliki Angeli sangat kuat, ketika laki-laki itu seperti tidak ingin ada hubungan diantara mereka, ia masih tetap berbaik hati. 

Angeli
Aku pulang hari ini, di atas meja ada kerupuk. Jangan lupa makan di sini, sesekali pulang ke rumah kamu

Sial, aku udah kangen sama kamu.

Angeli benar-benar tidak punya harga diri. Chat seminggu yang lalu saja belum dibalas laki-laki itu tapi lihat sekarang, ia jatuhkan harga diri, lagi. Tapi biar saja, sudah kepalang basah, kenapa tidak berenang sekalian?

Maybe in another life, huh?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang