Bab 19|Bogor dan Rindu

3K 89 3
                                    

Holaw girls
Kembali lagi bersama bunda
Update lagi, huwu✋✊✋✊
Bunda kangen bgt sama si Aa
Gak berani chat, soalnya relationship nya udh g ada
Tapi beneran deh, Si Aa ini yang paling dalam sakitnya (curhat doloo)
Bayangin, bunda itu berharap Aa tuh akhir tapi nyatanya g bisa (beda agama, cuii)
Aa tuh kesayangan bunda, bunda perlu satu bulan untuk akhirnya gak mengharapkan conversation sama si Aa
Aa tuh udah di kenalin ke Papi Jesus, berharap jalur langit juga ngebantu, tapi kayaknya emang g bisa deh ges

Semoga si Aa gak punya apk wp, bunda takut si Aa risiee😭😭

Tapi serius, Bunda kangen banget sama Si Aa
Love Aa banyak-banyak ♥️♥️🫶

Menjadi bagian cerita seseorang emang paling menarik, tapi jika akhirnya ada adegan menyakitkan didalamnya, kita gak bisa bilang cerita itu berakhir sia-sia, mungkin saja prosesnya emang sesakit itu.

Angeli memandang dirinya, besok dirinya akan berangkat ke Bogor, untuk melakukan pertemuan para pengikut Kristus yang diadakan oleh universitas dari seluruh pelosok Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Angeli sudah menyusun pakaian miliknya pada tas berwarna coklat yang ia pinjam dari Teungku. Sore nanti ia akan menghabiskan waktu dengan sahabatnya lalu dengan Teungku malamnya. Pokoknya jadwalnya sudah teratur, itu yang ada dalam pikiran gadis itu.

"El, ayo," teriakan dari luar membuyarkan lamunannya, ia segera keluar dengan outfit berwarna coklat dari atas sampai bawah, hanya tas selempang saja yang berbeda, berwarna maroon. Gadis itu langsung mengganti kemudi, melihat Sefti yang sudah membonceng Tiara. Ia dengan Tia sekarang. Keempatnya langsung menuju pusat perbelanjaan, tidak membeli sebenarnya, mereka hanya ingin memuaskan nafsu mata mereka. Kalau ada yang cocok bisa di gaet juga sebenarnya.

Keempatnya menghabiskan waktu cukup lama, bahkan melebihi jadwal, Angeli kesal sekali karena ketiganya belum menunjukkan raut ingin pulang padahal notifikasi dari Amel sudah memenuhi WhatsApp gadis itu. Memang mereka merencanakan masak seblak hari ini, ada Angeli, Teungku, Amel dan Dio di kos Eki, laki-laki itu sedang pergi jadi kini kos Eki mereka kuasai, hanya untuk malam ini saja.

"Woi, Amel udah chat gue dari tadi, ini kapan balik?" Entah sudah berapa kali gadis itu mengatakan ingin pulang yang samasekali tidak digubris oleh ketiga dajjal di depannya ini.
"Gue balik naik grab aja deh, gue nanti dimarahin woi,"

"Ya ampun, El. Ini cuma bentar lagi, lo selow napa, kek gak bakalan ketemu lagi aja sama Teungku," kata Tiara sembari memasukkan koin lagi ke salah satu permainan itu, mereka masih di Time Zone dan yang jadi masalahnya ini udah hampir jam 5, sedangkan dia harus ke sekre jam 8. Berapa jam nantinya ia habiskan waktu dengan Teungku dan yang lainnya?

"Udahlah woi, gue balik dulu, gue udah mesan grab, nanti call aja kalau kalian udah nyampe, gue gak bisa nemenin lebih lama lagi," Angeli bergegas keluar dari mall, setelah mengecek plat motor grab terlebih dahulu, keduanya langsung tancap gas. Dering ponselnya ia abaikan, pasti Amel atau Dio palingan. Pokoknya dia udah otw.

Setengah jam kemudian ia tiba di depan gerbang berwarna hitam itu, dirinya ngos-ngosan setelah tiba di kos bernomor 8 itu, hanya ada Teungku, dimana Dio dan Amel? Gadis itu masih mengatur nafasnya setelah melihat kejengkelan di wajah Teungku. Gadis itu cengengesan.

"Haaaaahhhh," Angeli menghembuskan nafasnya secara brutal agar merasa lega tentunya.
"Yang lain mana? Kok kamu doang?!"

"Amel di kos Okta, Dio gak tau bakalan datang atau nggak. Dari mana aja sih? Lama tau Amel nunggunya," laki-laki itu terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan nya karena keterlambatan Angeli.

"Sorry, tadi anak anak gak habis-habis main di Time Zone nya, ini aja aku balik naik grab, maaf ya,"

"Jangan ke aku, Amel tuh dari jam 4 disini, kamu datang jam setengah 6."

"Maaf sekali lagi, aku gak mungkin ninggalin temen-temen disana, kan aku berangkat bareng mereka. Ini aja udah kepepet banget,"

"Ya kan bisa ngabarin, hape digunain, Amel nunggu nya lama banget, kasihan tau,"

"Ya kan temen aku..,"

"Jangan jadiin mereka tameng," nada bicara laki-laki itu naik satu tingkat membuat Angeli terpaku, ia tak lagi menyahuti kalimat itu. Diam cukup lama, hingga akhirnya Amel datang.

"Angel, udah balik? Kok gak kedengaran suara motor?" Tanya gadis itu.

"Tadi naik grab, Mel. Maaf ya, aku jadi buat kamu nunggu, maaf banget. Tadi aku kelepasan mainnya," gadis itu tak menggunakan alasan yang sama, peka karena laki-laki yang kini menatapnya dengan sinis. Angeli berdehem lalu menghembuskan nafasnya.

"Mel, kayaknya kita beli jadi aja seblaknya, aku gak keburu, jam 8 nanti aku harus ke sekre,"

"Loh kok gitu, masih sempat kok, kita beli bahan sekarang aja baru cus langsung masak."

"Gak keburu, nanti kamu cape banget jadinya,"

"Walah, santai aja, aku mah kosong dari siang, jadi masih ada tenaga,"

"Nanti kamu...,"

"Kalau gak mau nyeblak, bilang dari awal, jangan buat orang nunggu kayak gini, terus batalin sepihak. Gak sopan banget," laki-laki itu langsung berdiri dari tidurnya, memilih untuk keluar melewati Amel dan Angeli.

Amel melirik Angeli yang hanya mengangkat bahunya seolah berkata tidak tahu menahu kenapa pria itu bersikap sarkastik seperti saat ini. Angeli tau laki-laki ini sedang merajuk, mungkin karena keterlambatan dirinya juga. Laki-laki ini memang sangat susah kalau sudah merajuk, mood nya langsung turun apapun yang terjadi, salah dimatanya.

"Kita beli bahannya sekarang aja gimana?" Amel buka suara yang diangguki langsung oleh Teungku dan juga gadis disampingnya ini.

Ketiganya lalu berjalan beriringan, Angeli berada di tengah, meski dalam keadaan marah begini, laki laki itu tidak mungkin membiarkan kedua gadis itu berjalan di waktu Maghrib seperti ini.

"Kita tanya ke sana dulu aja, Mel. Biasanya ibu itu jual bahan dapur, apa aja yang kita beli?"

"Udah aku catat, kita tanya dulu aja yang ini ada atau nggak," sahut gadis itu. Kami berdua langsung menyeberang, berbeda dengan Teungku yang malah singgah dulu di toko sandwich. Kedua gadis itu langsung bergelut dengan bumbu dapur, setelah semua bahan didapat, Amel bertugas untuk membayar. Teungku datang dengan satu sandwich ditangannya, langsung disodorkan pada perempuan yang kini duduk di sebelahnya. Roti lapis isi buah dan krim itu sudah digigit terlebih dahulu oleh sang empunya.

"Enak gak?" Yang kemudian hanya dibalas dengan anggukan oleh Teungku. Angeli memakan sandwich itu dengan satu gigitan kecil, lumayan enak.

"Bagi dong," pinta Amel, gadis itu membawa dua assoy hitam berisi belanjaan mereka hari ini. Angeli melirik terlebih dahulu pada Teungku.
"Kasih aja," sahutnya, lalu tangan Angeli langsung menyodorkan sandwich itu pada Amel. Terlebih dahulu ia ambil satu assoy dari tangan gadis itu. Angeli melirik sandwich yang kini sudah ada di tangan Teungku. Laki-laki itu memotong sandwich yang digigit oleh Amel lalu ia berikan pada Angeli. Setelahnya ia lahap semua makanan itu dalam satu suapan. Rakus.

"Udah, nih, yok balik," Amel bangkit lebih dulu, ia berjalan didepan karena emang jalan disebelah kanan ini lebih semput sedikit daripada jalan sebelah kiri. Teungku mengambil assoy hitam di tangan Angeli. Senyum terbit di bibir perempuan berambut hitam legam itu, meski dalam keadaan merajuk, laki-laki ini masih bisa berbuat manis.

Maybe in another life, huh?! (End)Kde žijí příběhy. Začni objevovat