Bab 30|Ku jantung dan kamulah hatinya

2.1K 66 0
                                    

Holaw anak-anak bunda

Meskipun udah completed, aku mau coba buat extra part

Extra part penyelesaian masalah dan konflik antara keduanya.
Karena gak mungkin kan dalam kurun waktu dua tahun, keduanya gak ketemu. Di satu kota dan kampus yang sama. Gak mungkin gak ketemu

Jadi, aku sebagai orang baik, akan menyelesaikan sampai tuntas. Tapi tetap aja, GAK ADA RUANG UNTUK MEREKA BERSAMA!!
G BOLEH YA!!


Riuh gemuruh para peserta wisuda menyambut baik kehadiran para petinggi kampus. Wisuda kali ini meriah sekali, ada banyak papan bunga yang menghiasi jalan-jalan sekitar Universitas Bengkulu, disetiap fakultas pun terisi penuh. Ini memang rekor bagi Universitas Bengkulu setelah meluluskan banyak sarjana muda. Kali ini ada begitu banyak mahasiswa yang lulus bersamaan. Dari ribuan peserta, gadis berusia 22 tahun itu duduk disalah satu kursi wisuda, disampingnya ada 4 manusia yang sudah menemani kehidupan kampusnya dengan penuh warna. Ia menatap layar di ujung sana, rasanya begitu menyenangkan dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan orang-orang yang tepat juga.

2 tahun ini bukan waktu yang mudah untuk dijalani. Selain mata kuliah dan penelitian yang semakin membuat pikirannya runyam. Masalah-masalah lain pun sebenarnya ikut bermunculan, tapi ternyata ia bisa melalui itu semua. Ia dengan bangga tersenyum ke arah kamera ketika benda itu tak sengaja menyorot kursi mereka. Senyumnya lebar sekali, seperti telah menanggalkan setiap beban yang sudah ia pikul selama 4 tahun ini.

"Angeli Silaban S.Si dengan IPK 3,56," wajahnya sumringah, dengan lenggok khas Batak, ia berjalan di karpet merah yang telah disediakan. Rasanya ia ingin menangis, sungguh ini semuanya adalah hasil nampung air mata selama 4 tahun. Gadis itu melambaikan tangannya ke arah keluarganya diseberang sana.

Setelah acara penting itu selesai, Angeli langsung memeluk kedua orangtuanya, bersujud di kedua pasang kaki yang sudah mulai renta itu. Ada banyak kikisan disela-sela hatinya yang bahagia. Ia tumpahkan semua beban yang ia bawa selama ini di sujud nya. Kaki surga itu ia cium bergantian lalu kembali memeluk dua tubuh yang telah ia penjarakan dalam kuliahnya ini.

"Makasih untuk semuanya, Yah, Ma. Aku bisa punya gelar ini hanya karena kalian dan kupersembahkan segala yang kupunya kepada kalian." Gadis itu membuka toga dan baju wisudanya, ia pakaikan itu ke kedua tubuh milik orangtuanya, kemudian dengan senyum paling tulus, mereka mengabadikan momen ini dalam bingkai paling besar di hidupnya.

"Ayah sama mama berasa lagi wisuda," ucap ayah mengalihkan topik karena sedari tadi mereka hanya menangis haru. Melihat putri kecilnya memiliki nama tambahan diujung marganya membuat Ayah merasa bangga. Ternyata keinginannya untuk menyekolahkan anak pertamanya itu bisa sampai selesai. Meski kadang gali lubang tutup lubang, ia pateni semuanya hanya untuk memberikan apa yang tidak bisa diberikan keluarganya dulu.

"Iya, sekarang kan ada 3 orang yang wisuda, aku, ayah, sama mama. Kita sama-sama punya gelar S.Si." ucap Angeli, rangkulannya pada sang mama belum lepas, masih berlama-lama memeluk tubuh yang kini sudah mulai kurus itu.

Keenamnya tergelak, humor keluarga ini memang sereceh uang logam, Angeli ditarik paksa oleh teman-temannya agar mau berfoto ria. Sebenarnya gadis itu malas, ia ingin langsung pulang. Kaki dan pantatnya kebas semua.

"Selamat girls, akhirnya wish list kita terpenuhi. Wisuda bareng, yeyy!!" Heboh?? itu pasti Tia. Gadis kalem itu sudah banyak berubah, mengenal Tia selama ini ternyata membuat banyak plot twist yang fantastis. Gadis penakut itu punya banyak pribadi dalam dirinya. Gadis itu ternyata adalah seorang yang berubah malu-maluin kalau sudah kenal dan bersahabat lama. Tapi tetap saja Tia paling best.

"Selamat juga, lamarannya," sahut Tiara. Gadis berhijab biru itu menggandeng tangan keempat sahabatnya. Tia memang sudah sold out. Sidang skripsi kemarin, pacarnya yang sudah hampir 10 tahun itu akhirnya melamar Tia, tentu saja gadis itu tak menolak, ia sudah menunggu momen itu pula. Tia tertawa, ia angkat tangannya, jari manis gadis itu terisi cincin yang sangat cantik.

"Pamer ihh, nanti tak rebut, nangisss," oh pelakor ini mulai menjalankan aksinya, Sefti, gadis yang sudah diselingkuhi sebanyak dua kali itu akhirnya mendapatkan pria yang sungguh luar biasa baiknya. Dulu waktu pertama kali Sefti kenalkan laki-laki yang sedang menjalani pdkt an bersamanya, langsung mendapatkan lampu hijau dari sahabat-sahabatnya.

"Halahh, nanti doi ngambek karena dengerin kata-kata lo, lo nya panik setengah mati,"

"Waduh sebenarnya bisa berabe sih, tapi mau gimana, saya pacarannya sama bocil," Yap, benar saja, Sefti sekarang sedang menjalani hubungan bersama adik tingkat nya, 3 tahun dibawahnya. Menarik kan? Sefti yang sifatnya sangat manja ketemu pria yang manjanya double dari Sefti, meski banyak pertengkaran, belum sekalipun Sefti menangis dibuat pria itu. Itu keahliannya, good job, boy!
"Tapi daripada dua tahun belum move on padahal cuma HTS-an, lebih baik gue sih daripada si itu," tambah gadis itu langsung melirik ke arah Angeli.

"Wah, parah lu, Sef. Gue gak ikut-ikutan ya,"

"Whopp, angkat tangan gue, gue gak mau kena karma, ngatain orang kan gak bagus,"

"Gue cuma diam loh yah!!"

Wah bangsat ketiga manusia ini, Tiara, Tia dan Menty tidak setia kawan, padahal mereka mengatakan hal itu tertawa juga, tapi sok merasa tidak ikutan.

"Cot, lo pada," gadis itu kesal setengah mati, tapi hanya dihadiahi tawa yang lebih kencang dari sahabat nya itu.

Angeli tidak ambil pusing perkataan Sefti. Karena sejujurnya gadis itu ada benarnya. 2 tahun ini dirinya lewati tanpa kehadiran pria itu lagi dalam hidupnya. Padahal dulu laki-laki itu pernah berjanji akan datang saat ulang tahunnya, saat sempro, semhas, sidang dan juga wisuda. Tapi nyatanya satu pun dari janji itu tidak terpenuhi.

Lagi-lagi sesi galau gadis itu terhenti karena tangan Menty segera menarik dirinya, kembali berswa foto entah untuk ke berapa kalinya. Sebenarnya sekuat apa sih keempat mahkluk ini, mereka semua memakai high heels, tapi sepertinya tidak ada rasa kebas seperti yang kini dialami oleh Angeli.

Gadis itu akhirnya memilih untuk duduk di trotoar dekat parkiran, sudah tidak tahan. Meski rok batiknya sedikit tertarik yang menampilkan sedikit lebih banyak kulit gadis itu.

Angeli menatap lapangan yang kini dipenuhi oleh banyak mahasiswa yang memakai toga, mereka semua sibuk mengambil foto, mengabadikan momen sekali seumur hidupnya.

Gadis itu terlonjak kaget ketika satu jas berwarna hitam itu terlampir di kakinya seolah menutupi bagian yang mulai terekspos, dan satu buket bunga matahari yang begitu indah. Tapi yang membuat gadis itu menahan nafasnya adalah sang pemberi. Laki-laki yang sudah lama tak muncul di kehidupannya itu, memberikan buket bunga matahari, satu-satunya janji yang terpenuhi.

Kos Deverio (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang