Bab 5|Beda Keyakinan

6.2K 136 2
                                    

Holaa

Kembali lagi bersama akuu
Jangan bosan bosan yaww

Okey, selamat membaca

Jangan lupa vote dan comment🎉

Banyak hal akan merubah pandangan kita terhadap sesuatu apalagi terhadap manusia. Karena sejatinya manusia adalah makhluk dengan perasaan dan sifat yang bisa berubah-ubah. Dan itu yang kini Angeli rasakan, gadis itu masih terpaku melihat lekat ke arah netra milik Teungku. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul ketika kalimat itu keluar dari bibir manis milik laki-laki itu.

Tersadar, Angeli kembali tersenyum meski kini senyum itu terlalu dipaksakan. Matanya beralih melihat Al-Qur'an berada diatas meja, tertata rapi dan dibawahnya terlipat satu sajadah berwarna merah bercampur kuning.

"Ambil aja seperlu kamu," suara itu mengalihkan atensi Angeli, tersadar akan tujuannya ia kembali tersenyum kali ini cukup lebar, ia mengangguk dan mulai mengisi Tumbler pink itu.

"Sejak kapan ngekos disini?"

"November kemarin,"

"Kok kita gak pernah ketemu? Padahal aku di kos mulu,"

"Iya, kamu di kos, tapi sama temen-temen kamu yang banyak nya minta ampun, mana tiap hari ganti lagi," laki-laki itu tertawa diakhir kalimatnya.

"Biasalah, bahas PKM. Kami diwajibkan buat proposal itu, mana aku gak ngerti lagi," gadis itu menggaruk tengkuknya.

"Oh, mau buat bareng aku? Aku ada judul, cuma gak ada tim,"

"Wah, boleh tuh, PKM apa?" Angeli mendudukkan tubuhnya di lantai putih kos an tersebut, excited dengan pembahasan kali ini.

"PKM kewirausahaan,"

"Oke boleh, nanti kabar-kabaran aja kapan mau buat," sungguh sebenarnya Angeli ingin berada lebih lama berbincang dengan pria yang kini sedang rebahan itu, menatap netra Angeli penuh dengan kehangatan. Namun, dering ponsel milik laki-laki itu mengalihkan atensi dua mahluk yang sedang asik bercakap-cakap.

"Iya, bentar lagi gue nyampe kok, riweh amat sih,"

"Dari tadi lo bilang gitu, cok. Otw otw, tapi udah 15 menit gak nyampe nyampe, gue capek mimpin latihan ini," suara penelpon seberang misuh-misuh membuat Teungku sedikit terkekeh. Sedetik kemudian laki-laki itu mematikan panggilan itu secara sepihak.

"Kita lanjut kapan-kapan ya, aku ada latihan taekwondo, temen aku udah riweh,"

"Iya, makasih airnya, babayy," Angeli melambaikan tangannya yang dibalas dengan lambaian juga, Teungku mengikuti gadis itu sampai depan pintu miliknya, melihat gadis itu sudah sampai di kos miliknya, Teungku langsung menutup pintu dan mulai mandi. Sebenarnya ia sudah telat 20 menit menghadiri latihan kali ini, tapi karena pelatihnya juga gak datang jadi dia bebas datang atau tidak.

Kalau saja tidak ada panggilan dari Radia, ia pasti akan melanjutkan percakapan dengan gadis gembul yang dilehernya tergantung sebuah kalung bermotif salib. Sebenarnya sejak November lalu, ia sudah memperhatikan gadis itu. Suara keras dan wajahnya yang lumayan manis selalu merebut atensinya. Gadis itu akan selalu keluar di jam jam tertentu, melihat ke arah langit memperhatikan dengan seksama bintang ataupun bulan, atau hanya menengadah saja. Teungku sudah mencoba beberapa kali ingin menyapa gadis yang selalu menjadi topik utama yang akan Eki bicarakan ketika dulu ia masih nge kos ditempat lama.

Sebenarnya Eki dan dirinya dulunya nge kos ditempat yang sama. Tapi karena terlalu jauh dari kampus, Eki memutuskan untuk pindah kos tepat bulan Agustus lalu. Meski begitu, laki-laki itu kadang datang dan menginap di kos miliknya. Dan setiap kali laki-laki itu datang ia akan selalu membawa nama seorang gadis kedalam pembicaraan mereka.

"Dia punya tahi lalat dekat bibir, makanya cerewet banget. Tapi orangnya asik, dia punya humor sekecil biji bayam. Apa aja diketawain, awalnya gue kira dia gila," Eki tertawa diakhir kalimatnya.

"Lo suka sama tu cewe?" Tajam banget, kalimat itu membuat Eki terdiam. Ia kemudian tertawa terbahak-bahak akibat melihat wajah Teungku yang penasaran yang agak aneh karena laki-laki itu tak biasanya menimpali omong kosong Eki.

"Wah, kayaknya gue buat lo penasaran sama dia nih,"

"Gue gak penasaran sama cewe itu, gue cuma nanya lo suka dia atau gimana, soalnya udah beberapa hari ini, lo ceritain dia mulu, kuping gue panas,"

"Hahaha, lucu cok. Dia cewe yang manis, cuma dia gak akan bisa buat cowok manapun jatuh cinta sama dia. Dia hanya bisa disukai, lo akan tau kalau ketemu sama dia," setelah mengatakan hal itu, Eki mengalihkan pandangannya.

"Emang kenapa gak bisa jatuh cinta sama dia? Dia, suka sama cewe ya?" Teungku ragu untuk menanyakan hal itu tapi rasa penasaran mengalahkan keraguannya.

"Hus, setan lo. Mana ada, dia gadis baik-baik ya, gue juga gak tau kenapa bisa, tapi emang gitu keadaannya. Apalagi cowo kaya lo, gak akan bisa, lebih tepatnya gak bakalan mampu untuk jatuh cinta sama anak itu. Unik ya," Eki meminum kandas teh manis yang Teungku sajikan.

Teungku tak lagi bertanya, meski sebenarnya ia masih punya banyak pertanyaan. Tapi, sepertinya Eki sudah tak nyaman membicarakan perihal gadis itu. Dan setelah hari itu pun, nama Angeli tak lagi menjadi topik di cerita Eki. Bahkan ketika Teungku menanyakan kabar atau perihal Angeli. Eki selalu menolak pembicaraan itu dan langsung mengalihkan topik.

Itulah alasan besar laki-laki itu untuk datang ke pondokan ini. Sejak saat itu, Teungku semakin penasaran dengan perempuan yang membuat Eki bercerita panjang lebar tentang gadis itu. Meski sebenarnya perbincangkan mereka kadang terfokus pada wanita-wanita, tapi topik itu akan langsung berbeda jika perempuan yang dibicarakan adalah Angeli. Sedikit lebih manis, membuat Teungku kadang geli sendiri.

"Gimana kabar si cewe yang kemarin?"

"Dia lagi cari tim buat PKM. Lo tau kan Maret nanti ada pengumpulan proposal kreativitas mahasiswa?" Laki laki itu sedang rebahan di kasur milik Teungku membiarkan sang pemilik duduk di lantai tanpa alas apapun.

"Ya terus?" Padahal sebenarnya Teungku tidak menyebut nama tapi Eki tau siapa yang sedang Teungku tanyai.

"Gue mau jadi timnya, cuma gue gak ngerti, fakultas gue kan gak terlalu mikirin tentang PKM, dia stres banget kayaknya."

"Gue lagi bikin PKM juga, bilang aja masuk ke tim gue,"

"Boleh tuh, nanti gue kabari,"

"Ki, lo suka kan sama dia?"

"Nggak cok, gue lem juga mulut lo, nanyanya itu mulu,"

"Tapi lo kayak seneng banget kalau dia jadi topik pembicaraan kita,"

"Lo gak tau dia gimana, Ku. Setelah lo kenal dan dekat sama dia, lo akan tau kenapa pertanyaan lo ini gak akan pernah bisa gue jawab,"

"Gue penasaran sama tu cewe, apa gue pindah kos aja ke pondokan lo?"

"Terserah," itu kata terakhir yang Eki keluarkan sebelum ia tertidur meninggalkan Teungku yang pikirannya berkecamuk dipenuhi pertanyaan tentang gadis itu.

Bonus pap motoran berdua, penasaran muka Teungku asli gak? Apakah part selanjutnya akan terpampang? Kecil kemungkinannya, mwheheh♥️🦊

Bonus pap motoran berdua, penasaran muka Teungku asli gak? Apakah part selanjutnya akan terpampang? Kecil kemungkinannya, mwheheh♥️🦊

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Maybe in another life, huh?! (End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin