Bab 10|Tukar kunci kos

4.6K 119 0
                                    

Holaaa
Kembali lagi bersama aku

Selamat membaca dan bersenang-senang

Jangan lupa vote dan comment♥️🎉


Angeli membuka pintu itu dengan susah payah, selain tidak jago membaca maps ia juga tidak handal dalam membuka kunci gembok seperti punya laki-lakinya ini.

"Lampu hijau dari yang punya kos, lampu merah dari kosnya, emang sialan," ucap gadis itu yang masih berusaha untuk membuka gembok berukuran sedang itu. Ceklek, akhirnya gembok itu terbuka. Angeli menarik nafas lega, gadis itu akhirnya masuk ke dalam kamar berukuran lebih kecil dari kos miliknya itu. Gadis itu berjalan perlahan menikmati kos yang wanginya sama dengan wangi laki-laki itu.

Angeli mengunci kembali pintu itu dari dalam dan memulai ritual mandinya, hanya membutuhkan waktu selama 10 menit, gadis itu telah selesai dengan daster selutut dan rambut yang kini dibalut oleh handuk berwarna peach itu. Angeli langsung saja membuka pintu, gadis itu terkejut karena Teungku terjatuh dalam posisi telentang dibawah sana.

"Ahhhrg," teriak keduanya bersamaan tapi dengan dua nada yang berbeda, Angeli dengan nada terkejut dan Teungku dengan nada meringis. Sejenak mereka terdiam, lalu Angeli tertawa kecil sementara laki-laki itu langsung berdiri dan memegangi kepalanya yang lumayan sakit.

"Kok bisa jatuh sih, Ku?" Disela-sela tawanya Angeli bertanya pada Teungku. Laki-laki itu masih meringis, tapi kemudian tersenyum lembut.

"Aku duduk disini, kamu langsung buka pintu," ucap laki-laki itu, di belakangnya ternyata ada satu manusia lagi, perempuan dan Angeli terdiam.

"Kenalin, ini Angeli, Rad." Laki-laki memperkenalkan dirinya ke gadis itu, gadis berhijab hitam itu tersenyum manis yang dibalas oleh Angeli.
"Ini temen aku, Radia," yang hanya dibalas anggukan oleh Angeli.

"Ada yang ketinggalan ya?"

"Iya, sekalian mau ngenalin kamu sama dia juga sih," laki-laki itu terkekeh, gadis disampingnya juga, sedikit geli dengan kalimat temannya itu.

"Apasih, ya udah, ini kuncinya, makasih yaa," Angeli memberikan kunci berukuran kecil itu pada sang pemiliknya.

"Pegang aja, siapa tau nanti perlu lagi," Teungku menolak, membuat Angeli semakin tersenyum.

"Udah, Yo, ambil bukunya, ini malah sok romantis romantis an," Radia memukul tengkuk laki-laki itu yang hanya cengengesan. Ia langsung masuk dan mengambil buku bersampul batik di meja. Ia lagi-lagi tersenyum ke arah gadis yang hanya menatapnya.

"Maafin temen gue ya, oh iya kenalin gue Rad, gue denger banyak tentang lo dari Ario," ucap gadis berhijab hitam itu. Angeli hanya tersenyum, ia tak sibuk memperkenalkan diri sebab gadis yang tadinya di luar itu segera masuk ke dalam karena panggilan dari Teungku. Mereka berdua sibuk mencari sesuatu selain buku itu.

"Ku, aku ke kos ya," gadis itu berniat pamit, karena sepertinya kehadiran dirinya tidak terlalu diinginkan disini.

"Jangan, dia mau lihat lo sebelum pergi, Angel," Radia terkekeh di akhir kalimatnya karena melihat Teungku yang langsung berdiri tegak ketika kalimat pamit itu disampaikan oleh Angeli. Teungku tersenyum kikuk karena perkataan Radia.

"Ahahah, Radia gak bener, tapi gak salah juga," cicitnya malu yang kini dihadiahkan tendangan dari Radia, membuat laki-laki itu terhempas semakin dekat dengan Angeli, membuat gadis itu sedikit mundur.

"Udahlah, antar aja dia ke kosnya, gue bisa cari kacamata lo sendiri, dari tadi aja cuma bongkar sana sini, kebanyakan lirik calon pacarnya," Radia sepertinya tipe orang yang blak-blakan, apalagi kini dia malah mendorong keduanya untuk keluar dari kos berukuran sedang itu.

Teungku menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia hanya cengengesan dengan kelakuan teman satu kelasnya itu. Walau sedikitpun kesal tapi laki-laki itu berterimakasih karena kepekaan Radia berada diatas rata-rata.
"Aku antar ya,"

Angeli tertawa, ia masih enggan menarik pandangannya dari pria yang pipinya sudah merona sejak tadi. Laki-laki itu sangat manis di mata Angeli.
"Gak perlu dianter juga gak apa-apa loh, jarak kos aku gak jauh, cuma beberapa meter aja," Angeli menolak dengan sopan, meski hatinya sudah dag-dig-dug parah tapi ia berusaha tetap terlihat tenang.

"Tangan kamu penuh tuh, aku yang buka pintunya aja deh, setelah itu langsung ke kos, gak bakalan ajak kamu ngobrol, seriusan," Teungku memberikan tanda peace pada gadis itu sebagai bukti perjanjian.

"Kamu gak mau ngobrol sama aku ya?" Angeli memulai sandiwaranya, gadis itu handal dalam dunia akting, apakah akan manjur kepada pria dengan segala ketelitian ini?

"Maunya sih iya, tapi yang punya kos harus istirahat," ternyata laki-laki itu tidak mempan dengan akting Angeli. Teungku langsung mendorong tubuh Angeli dari belakang membuat Angeli terkejut.
"Ayo ayo, kamu harus masuk kos, angin malam gak bagus," laki-laki itu mendorong Angeli sampai ke depan kos berwarna putih gading itu.

"Kamu juga, kalau pergi-pergi jangan kemalaman, angin malam kan gak bagus," ucap Angeli mengikuti kalimat Teungku.

"Mau gimana lagi, demi masa depan kamu nih," sahut Radia dengan nada mengejek, buku dan kacamata renang sudah ada ditangannya. Wajahnya terlihat cemberut menonton adegan memuakkan didepannya saat ini. Angeli tertawa lebar menampilkan dua buah lesung pipit di pipinya yang tembem. Sejenak dua manusia didepannya terdiam.

"Gila, manis banget," kata Radia.

"Pake banget, Rad," sahut Teungku.

"Apaan sih, sana sana, mau jam berapa lagi lo berdua kerja kelompok. Ini udah hampir jam 9," Angeli cukup tersipu dengan pujian gila dari dua manusia yang masih terdiam itu.

"Coba, lo senyum lagi ke gue, cepetan, tunjukkin dua lesung pipit lo itu, Angell," Radia menguyel pipi berisi itu, membuat perkataan Angeli sedikit tidak terlalu jelas yang membuat Teungku tidak kuasa menahan tawanya. Pipi gembul yang kini sudah memerah itu terlihat berkali-kali menggemaskan di mata Teungku, apalagi suara lucu gadis yang sedang meminta pertolongan darinya.

"Toyongon oko," gadis itu mencoba menghentikan Radia yang semakin menjadi.

"Biayin ajaw, komo loco," sahut Teungku yang sengaja menjauhkan tubuhnya dari jangkauan tangan milik Angeli.

"Ya ampon, yang lain juga harus lo kenalin ke dia, Yo, sumpah ni anak manis pake banget," Radia ingin sekali mengigit pipi yang mirip bakpao milik Angeli. Saking gemasnya. Teungku memang dipanggil dengan nama tengahnya jika di kampus yakni, Ario.

"Apasih, Rad. Ayo cepetan, yang lain pasti marah banget ke kita," akhirnya Radia melepaskan tangannya dari Angeli dengan terpaksa karena tarikan dari Teungku lumayan keras.

"Lo punya WhatsApp gak? Bagi dong," Radia berusaha semaksimal mungkin mengambil ponselnya dari ransel, tapi Teungku seolah tidak memperbolehkan hal itu, karena bagaimanapun gadis itu berusaha ia sudah semakin jauh dari pondokan tempat Angeli bernaung. Dilarikan oleh Teungku dengan menaiki motor dengan kecepatan yang tinggi.

"Babayyy," ucap Radia, Teungku dan Angeli bersamaan sebagai penutup hari itu.

Nah, buat obatin part kemarin, pap kali ini ceritanya nemenin si Aa maskeran sebelum pisah 14 hari, mukanya kelihatan kan? Hihi, si Aa maskernya pake sendok mixue😭✋

Nah, buat obatin part kemarin, pap kali ini ceritanya nemenin si Aa maskeran sebelum pisah 14 hari, mukanya kelihatan kan? Hihi, si Aa maskernya pake sendok mixue😭✋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kos Deverio (End)Where stories live. Discover now