Bab 22|Ketemu juga

2.2K 83 8
                                    

Holaw
Update lagi huwuuu
Oke sekarang gak mau curhat, soalnya udah gatel pengen kalian baca cerita ini

Kalian kangen aku gakw?
Huwuu

4 hari selesai dengan baik, penutupan acara besar besaran itu pun berlangsung dengan sangat meriah. Sebenarnya mereka masih bisa menghabiskan beberapa waktu lagi di Bogor, tapi Angeli sudah membeli tiket pulang untuk hari ini. Karena besok ada UAS yang akan ia hadapi, dia tidak ingin lengah di semester ini. Ada 5 orang yang menjadi teman gadis itu untuk pulang. Meski mengalami delay selama hampir 2 jam, bersyukur mereka sampai ke kos tidak terlalu larut.

Angeli tentunya beralih ke kos laki-laki yang sudah 4 hari ini tidak ia jumpai, sebenarnya bukan hanya sekedar melepas rindu, dia ingin meminta kunci kos miliknya dari laki-laki itu. Sebelumnya ia sudah mengabari Teungku bahwa sebentar lagi dirinya akan sampai.

"Ku, kunci akuu," ucap gadis itu didepan pintu kos yang terbuka sedikit. Sepertinya laki-laki itu juga sudah menantikan kedatangannya.

"Udah nyampe?" Pertanyaan konyol yang keluar dari bibir manis itu. Angeli hanya mengangguk sebagai jawaban. Dirinya mengulum senyum akhirnya bisa melihat wajah itu sejelas ini, bukan seperti kemarin kemarin hanya pap gak jelas laki-laki itu.
"Sehat kan? Aku gak bisa ke kos, kepala aku sakit banget, nyut nyut gitu," laki-laki itu memang tampak lesu, ia memijat kepalanya berulangkali.

Angeli menyentuh dahi Teungku, lumayan panas, tidak mungkin juga dirinya di kos laki-laki itu sedangkan temannya menunggu didepan pintu kos. Memang mereka ingin makan terlebih dahulu sebelum kembali ke kos masing-masing. Tadi Bang Eja sudah pergi membeli makanan.

"Gak papa, kamu istirahat aja. Dio tolong jaga dia ya, gue gak bisa soalnya, temen gue masih di kos," gadis itu mengintip ke dalam, melihat tanda oke yang diberikan laki-laki itu kepadanya membuat dirinya lumayan tenang.
"Aku pulang dulu, besok aku urut ya," kata gadis itu sembari mengelus rambut panjang milik laki-laki itu.

Setelah makan malam di kos Angeli, kelima anak LPMI itu pun pamit pulang. Angeli tidak langsung tidur, ia rapikan terlebih dahulu tas berukuran sedang itu karena 4 hari lagi Teungku akan memakainya saat pergi ke Enggano. Dirinya pisahkan baju bersih dan kotor, beberapa oleh-oleh ia letakkan di meja, setelah menyapu kos ia akhirnya bisa berbaring dengan nyaman. Memeluk Tata dan mulai tertidur setelah tadi berdoa.

Sinar matahari yang menembus kaca jendelanya tidak mengusik tidur nyenyak gadis itu, ia malah merapatkan tubuhnya ke tembok mencari daerah ternyaman. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, alarm yang sialnya lupa ia silent mengubah kenikmatan yang dari semalam ingin ia jamah.

"Sialan, lupa matiin alarm," gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, ia membuka pintu berwarna hijau itu membiarkan udara pagi bertukar dengan udara sumpek di kamarnya.

Deru motor berhenti tepat didepan gadis itu berdiri. Ada dua orang laki-laki, ia kenal betul keduanya. Kakak tingkat dari jurusan hukum, kenalnya karena sama-sama berada di organisasi kristen.
"Widih, anak bogor udah balik aja nih," ucap Bang Arka, laki-laki dengan janggut tipis.
"Oleh-oleh mana dek," sambungnya lagi. Angeli tersenyum cerah, ia kemudian mengambil bolu talas rasa macha dari atas meja, ia sodorkan dengan dua buah sendok diatasnya.

"Ini abang, dimakan ya," Arka langsung turun dari motornya, sedangkan pria satu lagi, Harun, hanya diam saja. Tersenyum manis pada gadis itu

"Padahal cuma basa-basi lo dek, ternyata aman juga, Run, cobain, enak sumpah!" Tawar laki-laki itu pada temennya yang hanya dijawab oleh gelengan. Angeli langsung cemberut.

"Cape loh aku bawanya dari Bogor, mana waktu di pesawat gak dimasukin ke kabin, abang masa gak makan, sakit loh hati aku," Harun memang pria pendiam, harus di gasak dulu baru bertindak, entah gimana nantinya nasib perempuan yang menjadi pendamping dari laki-laki itu.

"Abang makan ini," laki-laki itu kemudian menyendok satu suap kecil bolu berwarna hijau muda itu ke mulutnya, menyesap setiap rasa lumer yang sungguh mengenakkan itu. Lagi, ia ambil satu suap. Angeli cukul senang dengan itu.

"Run, ayo, kelas bentar lagi mulai. Dek, thanks banget boluny, enak banget." Arka sudah terlebih dahulu naik ke atas motor, menyuruh laki-laki yang masih duduk itu untuk cepat beranjak. Harun menghentikan makannya, setelah menandaskan satu gelas air yang juga gadis itu berikan. Ia naik ke motor itu.

"Makasih dek," ucapnya singkat lalu menghilang di balik persimpangan itu. Angeli akan membereskan semuanya, sebelum satu suara yang sangat ia rindukan menegurnya.

"Baru pagi udah ada aja yang bertandang, emang sulit banget jadiin aku satu-satunya," Angeli mengulum senyumnya mendengar pernyataan Teungku. Dengan sikap pongahnya perempuan itu malah menantang sang pria.

"Mau gimana, pesona saya memang menarik banget, Kak,"

Teungku mendengus, sepertinya laki-laki itu sudah baikan karena pagi-pagi saja sudah misuh-misuh.
"Oleh-oleh aku mana?"

"Tuh makan aja,"

"Masa aku makan bekas orang lain? Gak spesial banget aku," kata laki-laki itu sok dramatis.

"Makan aja dulu yang ada, itu enak, macha loh kesukaan kita,"

"Aduh sakit hati ku, udah tau doyan macha, malah disodorkan pertama sama orang lain,"

"Lebay ah, makan cepat, terus pulang, aku mau tidur,"

"4 hari disana, kamu berubah jadi kasar ya,"

Oh shit, Angeli memutar matanya malas, laki-laki ini sekarang jadi suka sekali cari masalah. Hal sepele saja ia besarkan.

"Ini masih jam 7 loh, jangan ngajak ribut, 4 hari gak cukup ribu sama Dio nya? Aku juga mau diajak ribut? Sekalian aja ke ring tinju sana!"

"Garang banget kayak kak Ros," ucap laki-laki itu terkekeh, dirinya sudah duduk manis sembari memakan beberapa suap bolu talas itu. Mata pria itu berbinar ketika lumernya menyentuh langit-langit mulutnya. Ia menyodorkan satu suapan kepada gadis yang masih saja mengomel didepannya ini.
"Aaaa dulu, nanti dilanjut omelannya," gadis yang ada didepannya ini menerima suapan itu, kemudian melanjutkan omelannya, menatap nyalang ke arah Teungku.

Gadis itu menutup rapat rapat bibirnya ketika dengan tiba-tiba laki-laki itu memajukan kepalanya, refleks Angeli mundur, degup jantungnya sudah tidak terkontrol.

"Nah, kan gini enak. Cukup pertanyaan Dio yang bikin aku pusing, kamu jangam dulu," ucap laki-laki itu yang malah merebahkan diri di kasur kecil.
"Aku malas balik, tidur disini aja. Dio cerewet banget,"

"Aku lebih cerewet, sana ihh," perempuan itu berusaha menurunkan Teungku dengan cara digeser geser.

"Ya kalau suara kamu mah gak apa-apa, kan enak didengar, kayak istri lagi marahin suaminya, kalau yang ini aku suka," ucap Teungku sembari menarik tubuh gadis itu untuk ikut serta tidur disampingnya. Menatap netra yang ia rindukan itu, lalu mengusap pipi gembul yang kelihatan lebih tirus daripada 4 hari lalu.

"Aku kangen banget sama kamu," bisik laki-laki itu sebelum merengkuh gadis didepannya kedalam pelukan hangatnya, tidak ada penolakan, jadi ia peluk saja semakin erat.

Kos Deverio (End)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt