Bab 16|Kawan kamu rame

3.1K 89 6
                                    

Holaaa
Setelah baca sampai Bab 15, kalian udah punya shiper belum?

Angeli x Teungku
Angeli x Edkayasa
Angeli x Eki

Acara hari ini berjalan lumayan lancar, pesertanya banyak, penjelasannya lumayan masuk banyak, menurut Angeli. Setelah selesai, dirinya langsung bergabung ke tempat ketiga temannya duduk. Sebenarnya ini kelas khusus anak oseanografi hanya saja anak geo dan instrumen boleh datang, sekalian nambah ilmu juga bukan hal yang merugikan.

"Capek banget, gue ogah disuruh jadi MC di sini lagi," gadis dengan kemeja baby pink duduk dan langsung mengeluh.

"Minum dulu," tawar Tiara, gadis berhijab mocca itu menawarkan tumbler miliknya yang segera diminum oleh Angeli.

"Kita juga ogah jadiin lo MC lagi, susah banget dihubungi," sambar Tia. Dirinya mengambil divisi acara dalam kepanitiaan kali ini, mengurus rundown dan mencari setiap pengisi acara bukan hal yang mudah.

"Santai dong mbak. Ini udah bisa balik, gak? Cape banget,"

"Boleh, tapi gue gak bisa anterin, masih harus beres-beres," Tia meminta kunci motornya dari Angeli. Ketiga temannya ini memang tidak mengambil kepanitiaan di acara ini, hanya dia saja.

"Ya udah, kita boti aja," ucap Sefti yang sedari tadi memakan bingkisan acara. Sebenarnya Sefti tidak terlalu suka acara ini, membosankan, hanya teori, tidak ada praktek. Tapi mendengar ada snack gratis, dirinya pasrah diajak Tiara.

"Balik duluan, bro," ucap ketiganya ke arah Tia, yang dibalas dengan lambaian oleh perempuan berdarah jawa itu.

Angeli selalu menjadi pengemudi, kini ketiganya sudah berada di kos Tiara, gadis itu mengantarkan Tiara lebih dulu. Karena Angeli dan Sefti kan satu pondokan.

"Thanks, bro," kata Tiara yang dibales anggukan kecil dari keduanya. Kemudian Angeli menancap gas menuju kos an mereka.

Sesampainya di pondokan dengan gerbang hitam itu, Angelina memarkirkan motor di depan kos Sefti. Ia langsung memberikan kunci itu ke Sefti, setelah mengucapkan terimakasih, Angeli langsung masuk ke kos begitupula dengan Sefti.

Hening mengambil alih kos berwarna pink itu, sudah hampir dua tahun dirinya berada di tempat ini. Kos nya tidak terlalu besar bahkan kamar dirinya lebih besar dari kos ini. Angeli melihat sekeliling dengan detail, lemari kecil bergambar My Little Pony berwarna biru itu berada paling pojok, diikuti oleh keranjang merah dimana banyak sekali barang disana, terakhir rak buku berwarna senada dengan lampu lalu lintas. Lalu di ujung dekat pintu kamar mandi, terletak dua meja, biru dan merah. Tempat berlabuhnya kompor gas dan juga rak piring, dibawahnya ada bahan makanan dan beras. Disamping meja itu akan selalu ada galon Aqua, beralih ke sampingnya ada rak sepatu berwarna hijau. Dirinya tidak pernah rindu dengan kamar ini, tidak akan-tidak tahu kalau tahun ini.

Angeli tipe orang yang kangenan, tapi tidak semua orang bisa melihat sifat manjanya ini. Hanya kepada orangtuanya dan keluarga dekat yang sering kali ia teror jika kangen.

"Ayah, kangenn," ucap gadis itu, kini ia memilih menelpon sang ayah, ini jam 1 jadi ayah ada di rumah.

"Ya mau gimana?" Jawab ayah, sebenarnya ini salah satu alasan kenapa dirinya tidak bisa menunjukkan hal hal yang bersifat manja. Karena sejatinya orang tua mereka tidak menanamkan hal itu.

"Lagi apa, Yah?"

"Tidur, nak." Tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya gadis itu larut dalam kesepian. Walau ia sangat bangga dengan keluarganya yang aman aman saja, tidak ada keretakan bahkan orang tua mereka tidak ringan tangan.

Tapi meski begitu keluarga ini terlalu hening untuknya, mungkin karena dirinya tidak pernah bergabung di tempat yang seharusnya ia jadikan rumah. Dulu sekali, ketika orangtuanya memilih untuk menikah di umur yang masih terbilang muda, 20 tahun. Ia lahir sebagai anak pertama di keluarga ini, tapi perekenomian bukan hal yang mudah untuk dicari. Mungkin karena hal tersebutlah yang membuat keluarga dari Ayah meminta anak pertama mereka untuk dirawat oleh mereka.

Angeli menggelengkan kepalanya kuat-kuat, masih bersyukur ia kembali ke rumah ini tidak lagi menerima omelan tiap hari seperti di kampung. Angeli diam-diam mengulas senyum, ada kepahitan yang tertera di sana.

"Yah, aku kelas nih, udah dulu ya," bohong. Entah sudah berapa kali sebentar gadis itu berbohong pada sang Ayah karena percakapan mereka selalu tak nyaman bagi gadis itu.

"Iya, jaga kesehatan ya boru*, Shaloom," di keluarga gadis berdarah batak ini sang Ayah memang punya panggilan khusus bagi anak perempuannya kalau tidak 'inang' ya 'boru' yang sama-sama berarti anak perempuan.

"Shalom," ucap Angeli kemudian dari seberang sudah dimatikan. Dulu sebenarnya dia rajin sekali menelpon sang Ayah, kadang sehari bisa dua kali. Tapi karena respon dari seberang sana biasa aja, gadis itu mengerti dan mulai paham dengan kondisinya. Mungkin orangtua dan adik-adiknya kaget karena tak pernah mengalami hal seperti ini...mungkin saja kan?

Angeli memijit kepalanya, masa lalu itu mulai berputar dan menguasai pikirannya. Gadis itu memejamkan mata, membiarkan kepalanya berisik, membiarkan otaknya bernarasi tinggi. Hingga, setetes, dua tetes, air mata itu pun menganak sungai.

Angeli tidak bisa mendeskripsikan keluarganya dengan baik, dirinya tidak mengenal mereka luar dalam. Ia hanya menanamkan dalam otaknya, keluarganya pasti mencintai dirinya, semua keluarga seperti itu kan?

"Gue mau pulang, tapi gue masih bingung, rumah gue dimana?" Gadis itu memiringkan tubuhnya menghadap tembok, rasanya berat tapi dia tidak memikul apa-apa. Ingin pergi tapi belum ada panggilan.

"Ini runyam banget sih kehidupan gue, share lock napa sih, Tuhan," ucap gadis itu yang kemudian menghapus jejak air matanya. Ia memilih untuk segera tidur, tidak baik menyia-nyiakan waktu tidur ini.

🦊🦊🦊

Teungku baru saja menyelesaikan tugas DPI miliknya, itu mata kuliah singkatan dari Daerah Penangkaran Ikan, masuk ilmu kelautan ternyata susah-susah mudah, layaknya jurusan lain.

Tak jarang dirinya harus bolak-balik masuk lab untuk melihat perkembangan tugasnya, ada sangat banyak sampai-sampai ia tidak balik ke kos hari ini. Sebenarnya ini sudah biasa terjadi, jika dulu ia memilih untuk pergi pergi dan tidak pulang ke kos. Sekarang agak berbeda, bahkan 30 menit jeda matkul setelahnya kuliah hari ini, ia sempatkan mampir ke kos. Entah mengapa kos barunya kali ini lumayan nyaman.

"Mau kemana?" Tanya Aji, laki-laki dengan wajah paling kalem diantara teman-temannya.

"Balik bentar, ada yang harus gue ambil ke kos,"

"Hilih, bilang aja mau ngapel dulu, sok banget sih," Radia mendelik tajam ke arah laki-laki yang berada diujung pintu itu, sedang memakai sepatunya.

"Lo punya pacar, bro?" Ucap Ija, perempuan dengan outfitnya yang selalu hitam itu menajamkan telinganya.

"Percaya banget lo semua sama si ratu bucin itu," sambar Teungku, ia bersiap-siap untuk pergi kala Radia sudah ngacir duluan menuju motor milik Teungku.

"Kalau lo semua gak percaya sama gue, mending kita ke sana aja, sekalian minum, haus gue,"

"GAK BOLEH"

"Gas"

Maybe in another life, huh?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang