Bab 20|Seblak dan Kamu

2.5K 89 1
                                    

Holaw girls
Update yuhuu
Bunda mau curhat lagi, huhu, bunda hapus nomor Aa hari ini. Bunda dapet hidayah, ternyata kalau mau move on g bole setengah setengah, harus dari hati, full luar dalam.

Padahal bunda kangen banget sama Aa, cuma bisa buka arsip ig kalau lagi kangen, percakapan WhatsApp juga udah bunda hapus, kangen Aa.

Tapi bunda harus kuat, mumpung lagi libur jadi g jumpa, ntr pas ketemu harus bisa cool dan pasang muka datar. Harus tunjukin tanpa Aa, bunda juga gak apa-apa.

Fiks itu mah, dukung bunda yaw✊💌

Oke gas ke ceritanya 💌💌💌

Amel sudah mulai memasak bumbu seblaknya, Angeli bertugas dalam iris mengiris sedangkan Teungku tidur tengkurap di kasur Eki. Tanpa ada sedikitpun niatan untuk membantu, pria ini sungguh tidak berakhlak. Angeli hanya geleng-geleng kepala, tapi dirinya juga tak berniat menegur, Teungku masih dalam keadaan badmood takutnya nanti laki-laki itu kerasukan setan kalau diganggu.

Setelah hampir matang, Dio pun datang, laki-laki itu tampak beribu-ribu kali tampan ketika menggunakan outfit hitam senada seperti ini. Dio meminta maaf karena ternyata oma nya banyak cerita sebelum akhirnya ia terlepas dari jeratan pertemuan keluarga itu.

Dio temen kecil Teungku, dirinya beda universitas dengan ketiga manusia yang ada di kos Eki itu, Dio memilih universitas swasta di kawasan kampus 4, cukup jauh dari kos Eki yang berada di kampus utama. Dio gabung circle pondokan ini baru baru ini saja. Pertemuan Angeli dan Dio cukup unik, hanya karena tawa menggelegar milik Angeli lah akhirnya Dio bisa berteman dengan dirinya. Kalau dengan Amel sih, hasil ceng-ceng an dari Eki yang mengatakan keduanya cocok sebagai pasangan.

"Maaf guys, oma gue ceritanya gak abis abis, padahal mah semua cucunya udah hapal. Kalau gak masalah dia yang jalan kaki ribuan kilometer buat sekolah, yah masalah percintaan mereka sama opa. Kesel banget gue, maaf woi, telat banget gue ini,"

"Udah duduk aja, ini udah mau masak kok,"

"Beli sosis atau bakso sana, lo gak boleh makan gratis," sambar Teungku yang melihat Amel ingin memanjakan temannya itu. Teungku memang kelihatan sekali tidak terlalu suka dengan kedatangan Dio. Seperti pertemuan kucing dan tikus saja, selalu ada aja yang diperdebatkan.

"Iya ah, lo selow dong bilangnya," kata Dio.
"Angel, temenin aku beli sosis deh, ya," sambungnya, setelah mendelik ke arah Teungku.

"Gak boleh, lo gak liat? Dia lagi motong sayur, lo sama gue aja," laki-laki itu menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Sepertinya tingkat badmood laki-laki itu naik drastis karena kedatangan Dio.

"Gue nunggu aja, lo kayaknya lagi sewot banget, gue males bawa orang yang lagi badmood," tolak Dio, rasanya ingin menyumpal kedua mulut yang selalu cekcok itu.

"Banyak bacot, cepat. Ayo." Laki-laki itu menarik Dio. Ia akan memeras laki-laki ini, pikirnya.

"Aaaaaa tolong aku mau di culik," teriak Dio, membuat kedua gadis itu menahan tawa.

Setelah kepergian dua manusia yang selalu ribut itu kos mulai tampak tenang. Angeli dan Amel bisa memasak dengan nyaman tanpa kericuhan.

"Mereka benar-benar kayak Tom and Jerry kan, Angel. Telinga aku sampai sakit dengerin mereka,"

"Jujurly, aku juga ngerasa gitu. Tapi kalau dibilangin nanti malah makin runyam masalahnya. Mending main aman aja aku tadi,"

"Hehe, kok Dio bisa tahan ya temenan sama Teungku yang kayak selalu gak suka sama kehadirannya,"

"Dio kan memang orangnya lembut, mau di apain aja dia sanggup, kadang kasihan sih dia kayak babu kalau sama Teungku. Tapi mau gimana, Teungku kalau udah nyaman kan gitu, rasa nyamannya malah nonjokin orang,"

Keduanya tertawa karena kalimat Angeli. Tidak lama kedua manusia riweh itu kembali ke kos, dalam keadaan tidak akur tentunya. Kini masalahnya ada di Dio. Laki-laki itu membeli sosis mahal padahal ada yang seribuan tapi ini malah beli sosis yang satunya 10 ribu. Gimana Amel gak marah-marah?

"Kok beli yang ini sih, Di, mahal tau ini,"

"Dapetnya cuma itu, tukang bakso udah pada tutup,"

"Emang belinya dimana?"

"Indomaret sana," Jawaban Dio membuat Amel naik pitam bisa-bisanya ia belanja di Indomaret, itu kan mahal banget.

"Warung sebelah kan buka, Ku. Kok gak ke situ aja?" Kali ini Angeli yang bertanya kepada laki-laki yang tidak minat pada pertengkaran yang menurutnya aneh itu.

"Dia gak nanya,"

"Kan kamu bisa nawarin ke situ, ini mahal banget loh, harusnya dia hemat beberapa ribu kalau aja kamu nawarin ke sana"

"Bela aja terus si Dio kamu itu, mentang mentang bawa makanan terus kalau ketemu, gak kayak aku yang cuma numpang makan,"

Rasanya Angeli ingin memukul kepala laki-laki ini sampai amnesia, padahal hanya menasehati sedikit tapi ngawur sampai kemana-mana. Angeli memilih bungkam, ia potong kecil-kecil bakso dan sosis itu dan memasukkannya ke dalam kuali kecil berisi seblak yang hampir matang itu. Beberapa menit kemudian ketika seblak sudah masak, Amel menyendoki ke beberapa mangkok. Totalnya ada 6, 4 mereka dan dua lagi teman Amel yang mereka sebenarnya sedang kerja kelompok.

Makan kali ini tidak ada keributan, tenang, dan hanya ada candaan. Seperti tidak ada masalah yang terjadi sebelumnya. Dio menyelesaikan makannya terlebih dahulu, laki-laki itu tidak terlalu tahan pedas.

"Guys, ada yang bisa anterin gue gak ke sekre?" Itu Reva, manusia yang paling tidak disuka Angeli, bukan karena apa, hanya tidak suka saja. Sama saja dengan Sekar, teman satu kamar gadis itu. Gak suka banget.

Dio yang telah selesai makan itu ditawarkan oleh Sekar padahal mereka tidak cukup dekat hingga bisa minta tolong seperti hal ini. Tadinya mau Teungku tapi laki-laki itu lebih memilih makan dengan tenang tanpa menoleh sedikitpun.

"Sama dia aja, udah selesai makan, ada motor pula," kata Sekar tanpa bertanya lebih dulu pada Dio. Dio hanya memandang lembut, laki-laki itu tidak akan menolak. Pastinya.

"Kemana emang?"

"Deket kok, Angel ayo, lo masih makan aja, ntar Kak Suci marah, tau rasa lo,"

"Jadi mau lo dia gak usah habisin makanan ini? Emang ntar kalau dia laper, lo atau kakak lo itu sediain makanan buat dia?" Itu Teungku, laki-laki itu menatap tajam perempuan yang hanya mendelik sinis.

"Apa sih, gue cuma ingetin aja. Ayo, mau telat nih," kata Reva sembari menarik tangan Dio, laki-laki itu tidak protes sama sekali. Kok ada ya orang kayak gitu?

Kos Deverio (End)Where stories live. Discover now