[13] Cowok Dingin Berwajah Ketus

Start from the beginning
                                    

Emil menghela napas berat, menggeser jusnya ke pinggir sedikit, “Heh Aldi, jangan kek orang cacingan deh. Makan kok sedikit-dikit,” ujar Emil yang kesal saat melihat cara Aldi makan seperti apa.

“Kalau segitu mulu, kapan habisnya!” lanjutnya protes.

Dimas berdesis, “Kok lu yang sibuk sih.”

Emil melirik Dimas tajam, begitu pula dengan sebaliknya yang nampak julid. Matanya berputar 180 derajat, hingga mengeluarkannya sedikit.

••••

Saat telah selesai, Ananda keluar dari toilet laki-laki yang di mana toiletnya bersebalahan dengan toilet perempuan. Vonya pun sama baru keluar dengan mata yang sembab. Mereka berdua berpapasan, betapa senangnya hati Ananda saat melihat wajah cantik Vonya. Yang menurutnya sangat manis.

Ananda tersenyum simpul, betapa malu-malu saat Vonya mendekatinya. Menyapa pun ragu, saking cantiknya perempuan itu.

“Hai,” sapa Vonya seraya menyeka mata sebelah kanan yang perih.

Ananda memicingkan matanya, “Kamu habis nangis, yah?” tanya Ananda. Melihat mata sembab, dan hidungnya yang merah merona membuatnya tahu jika Vonya habis menangis.

Vonya langsung menyangkal perkataan Ananda. “Enggak kok.”

“Gak usah bohong,”

Vonya pun tak dapat bicara apapun lagi, ia hanya diam sambil memandang papan nama cowok di depannya.

“Vonya, cerita aja sama aku,” ucap Ananda seraya tersenyum tipis.

Vonya mengernyit, “Kok kamu tau nama aku? Padahal kita belum kenalan,” gumamnya menatap bingung mimik wajah Ananda.

“Tau dong,” Ananda menatap anggun wajah Vonya. Menjulurkan tangan kanannya, “Kenalan mau? Nama aku-”

“Iya Ananda.” ucap Vonya lalu berbalik dan melangkahkan kakinya berat menuju kelas. Ia jadi tak nafsu untuk pergi ke kantin, karena pasti banyak yang akan membicarakannya dan memperhatikannya.

Ananda terkekeh, lalu berjalan menyusul Vonya. Dasar cowok ini, memang genit tapi dari kedua mata Ananda. Cowok ini setia sama Vonya meskipun baru bertemu rasa jatuh cinta sudah tumbuh sedikit demi sedikit.

••••

Taakk!

Bintang menyimpan semangkok bakso komplit di depan Bella, satu mangkok lagi ia simpan di depannya dengan senyuman tipisnya itu. Bau aroma bakso yang menyengat membuat perut Bella berbunyi dan ingin langsung menyantapnya. Bella mengambil saus pedas, kecap, dan tiga sendok sambal dituangkan di mangkok baksonya itu.

“Bintang, btw semangkok komplit ini harganya berapa?” tanya Bella, matanya fokus mengaduk baksonya menjadi satu dengan bumbu yang sudah ia tuangkan tadi. Kuah yang merah kecoklatan karena ada kecap sedikit membuat selera makan Bella bertambah.

“Ini nagih banget, coba foto Bin.” Bella menggeser mangkok baksonya di tengah-tengah meja. Lalu mengeluarkan handphone-nya itu dari dalam saku roknya. Kemudian merapihkan meja tersebut supaya lebih menarik di pandang.

Emang seperti itu kan? Kalau mau makan harus di foto dulu?

Bintang pun sama ikut-ikutan sepupunya yang selalu hits di media sosial miliknya, ia menggeser mangkoknya yang sudah dibumbui sambal dengan kecap—saus yang belum di aduk merata. Kamera pun menangkap hasil gambar lalu di-posting lah di Instagram miliknya.

“Udah di fotonya?” tanya Bintang.

“Sekali lagi,” jawab Bella.

Dimas menghela kecil saat melihat tingkah laku dua cewek di meja sebelah, ia hanya geleng-geleng kepala kecil.

KIARILHAM【END】 Where stories live. Discover now