"Masih pagi udah ngelamun aja," ucap Arka menyimpan tasnya di atas meja.

Vonya melirik sekilas Arka, senyuman manis cowok itu membuat Vonya salah tingkah sendiri. Ia ingin tersenyum tapi ia tahan karena tidak mau jika cowok itu semakin yakin kepadanya bahwa ia senang bisa berpacaran dengannya.

"Kenapa kemarin gak angkat telepon dari aku? atau membalas pesan chat dari aku?" tanya Arka lembut kepada Vonya.

"A-aku sibuk," jawabnya.

"Sibuk apa?"

"Sibuk bantuin Ibu di rumah," jawabnya bohong.

"Kamu bisa luangkan waktu kamu sedikit buat aku 'kan?" Arka duduk di mejanya menyimpan tas dan kembali lagi berbicara dengan Vonya, mengangkat sedikit wajah Vonya. Menatapnya. "Liat aku sekarang," Vonya pun langsung menatap wajah Arka dengan penuh keyakinan. Dirinya merasa setelah melihat wajah Arka, hatinya kini menjadi adem, damai, dan tenang disaat dirinya dekat dengan Arka.

"Liat aku," seketika Arka memegang tangan Vonya, menyimpan tangan Vonya di dadanya. "Apa yang kamu rasakan?"

Vonya mengangguk, jujur dirinya malu dengan sikap Arka yang membuatnya baper seketika seperti ini.

"Rasanya seperti apa?" tanya Arka.

Kiara yang melihat mereka hampir romantis kaya gini langsung pergi ke luar kelas, mungkin dirinya hanya dianggap nyamuk di dekat mereka berdua. Jujur keromantisan Arka ke Vonya memang membuat hati semua orang yang melihatnya sesak. Karena saking romantisnya seperti itu.

'Egh, nggak ga guna gue diem di sini. Mendingan gue keluar aja deh.' batin Kiara.

Kiara langsung pergi keluar kelas, hanya ada Arka dan Vonya berdua di kelas.

"Jantung kamu berdetak begitu kencang," jawab Vonya.

"Iya, ini detak jantung kekecewaan. Karena kamu nggak angkat telepon atau membalas chat dari aku kemarin malam."

Vonya menatap wajah Arka, merasa benar-benar bersalah atas sikapnya tersebut tadi malam. Menghiraukan chat atau telepon yang masuk dari Arka.

"Kenapa Von? Kenapa kamu nggak jawab pesan dari aku? telepon dari aku? Apa kamu marah sama aku?" tanya Arka menatap mata lekat wajah Vonya.

"Mm ... Aku udah bilang kalau aku sibuk. Aku nggak bisa jawab pesan atau telepon dari kamu. Maaf Arka, pasti kamu marah 'kan sama aku?"

"Enggak, jika aku marah sama kamu, maka aku nggak bisa hidup lebih lama lagi di dunia ini."

Vonya menurunkan tangannya, tetapi Arka terus memegangi tangannya.

Dimas, dan geng pria lainnya sampai di depan kelas. Masuk dan melihat keromantisan lagi diantara Vonya dan Arka hanya berdua. Di situ ada Ananda yang melihat keromantisan antara Vonya dan Arka, sambil mengepalkan kedua tangannya.

Entah kenapa rasanya tidak suka jika mereka berdua seperti itu. Rasanya seperti ada yang menganggu hidupnya. Kenal sama Vonya pun belum tapi ini tidak bisa di biarkan. Ananda sudah dibutakan oleh ke cantikan Vonya yang manis dan lugu.

Dimas menghela napas panjang, "Hah ...Vonya, Arka, masih pagi udah romantis aja. Bikin orang yang jomblo iri. Iya nggak?" celetuk Dimas kepada Arka dan Vonya. Lalu berjalan menuju mejanya yang berada di meja barisan ke-3.

"Itu mah lo aja yang jomblo," gumam Emil menyimpan tasnya di atas meja lalu pantatnya menempel di singgah sananya dengan gaya slay.

Ya, tetap slay nggak boleh rusuh.

"Halah, emangnya lo dah ada pasangan, hah! Sok- sokan tai kuda," sindir Dimas balik.

Ananda duduk di kursinya dengan keadaan kesal. Namun ia tahan sebisa mungkin.

KIARILHAM【END】 Where stories live. Discover now