#20

59.5K 4.6K 84
                                    

Happy reading

Dikehidupan seseorang semuanya menjadi pemeran utama, Namun anehnya semua menganggap aku hanya figuran saja-Hazela Abraham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikehidupan seseorang semuanya menjadi pemeran utama, Namun anehnya semua menganggap aku hanya figuran saja
-Hazela Abraham

Ervan memandang Hazel yang saat ini sibuk makan nasi goreng, memandang Hazel sedekat ini membuat Ervan merasa tenang. Andai saja saat itu bukan Hazel yang diselamatkan oleh bundanya mungkin saja Ervan tak sebenci ini oleh Hazel.

Mungkin saja Ervan bisa memeluk Hazel dan memberikan perhatian tanpa ada rasa malu sedikit pun. Andai semua itu terjadi ia akan menjadi sosok abang terbaik buat adik-adiknya bukan salah satu adiknya.

"Jangan lihatin gue sedalam itu, kenapa? Apa yang mau lo minta sama gue?" Tanya Hazel yang sadar jika sedari tadi Ervan melihat dirinya.

"Gak ada, gue cuman mau lihat lo. Entah kapan lagi gue bisa ngelihat wajah lo."

"Maksud lo?"

"Cerna sendiri, ngapain gue capek-capek jelasin ke lo."

"Lo udah berdamai sama masa lalu ya Van?" Tanya Hazel tiba-tiba.

"Maksud lo?"

"Maksud gue, lo udah bisa nerima kehadiran gue ya? Lo sadar gak kalau lo bawa gue ke warung nasi goreng di depan pantai tepatnya pantai ini tempat yang membawa bunda pergi sampai sekarang dan gak kembali." Ujar Hazel sembari sibuk mengaduk asal-asalan nasi gorengnya.

"Gue makan disini sama lo biar lo selalu ingat tentang kejadian itu."

"Tiap ada yang ngomong gue pembunuh, gue selalu ngingat kejadian itu. Saat orang-orang memaki gue kalau gue ini penyebab bunda meninggal, gue selalu ingat saat bunda selamatin gue dari ombak di pantai ini. Gue gak akan pernah lupa semua itu Van, gue gak akan pernah lupa kesalahan yang telah gue perbuat."

"Lo ngerebut kebahagian gue Zel.."lirih Ervan

"Kebahagian gue semuanya di rebut setelah kejadian itu." Balas Hazel.

"Tapi semua itu masih gak sebandingkan Van?" Lanjut Hazel sembari menatap mata Ervan dengan mata berkaca-kaca.

"Gak akan pernah sebanding sebelum lo ikut pergi Zel. Ngelihat wajah lo sama menyiksanya saat ngelihat bunda yang berusaha minta tolong di tengah-tengah laut itu."

Hazel menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, "gue paham kok, cukup paham sama situasi lo saat ini."

"Apa lo juga akan benci gue kalau saat itu posisi kita di tukar?" Tanya Ervan.

"Enggak, gue gak akan sebenci itu sama lo. Gue juga gak mau berharap kalau posisi gue saat ini posisi lo, gue gak tau lo bisa sekuat gue apa enggak. Cukup gue aja yang nerima posisi ini, yang lain gak usah."

"Apa seberat itu?"

"Seberat itu, gak hanya fisik yang orang-orang rusak tapi mental juga. Lo bisa bilang kalau rumah itu tempat paling nyaman, tapi saat di posisi gue, lo akan bilang kalau rumah ternyaman tuh gak ada, rumah ya rumah gak ada nyaman-nyamannya. Cuman bangunan yang lindungi kita dari panas dan hujan."

"Lo cuman kehilangan satu kenyamanan lo di dunia ini tapi lo sudah sehancur itu, bagaimana dengan gue? Kehilangan kasih sayang orang tua, kehilangan orang yang sudah gue anggap sebagai obat gue dan orang terakhir yang akan selalu ada di sisi gue."lanjut Hazel yang membuat Ervan terdiam menatap Hazel.

"Semua orang menjadi pemeran utama dalam hidupnya tapi nyatanya di hidup gue, gue cuman figuran. Jika orang-orang merasa gue di butuhin gue akan dijadikan pemeran setelahnya gue akan di buang sampai orang-orang gak tau kalau gue tuh sebenarnya ada apa tidak." Sambungnya.

•••

"Abang darimana sama pembunuh itu?" Tanya Bianca setelah membuka pintu rumahnya.

"Dari beli makanan Bi."

"Ngajak Hazel? Abang lupa sama apa yang dia sudah perbuat?" Tanya Bianca, Hazel yang mendengar itu hanya berlalu pergi tanpa berniar mendengar kelanjutannya. Saat ia masuk ia di sambut dengan kehadiran sang ayah dan mantan pacarnya yang saat ini duduk di ruang tamu.

"Makin hari tingkah kamu makin diluar nalar ya Van, pakai segala beri makan anak gak guna itu." Saut Abraham yang membuat Hazel menghentikan langkahnya dan menatap Abraham, Ervan yang melihat langkah kaki Hazel terhenti langsung segera masuk kerumahnya.

"Ervan capek yah, udah."

"Kamu kasihan sama dia? Apa yang dia ceritakan ke kamu sampai kamu berubah seperti ini? Apa dia cerita tentang kesusahannya hidup di dunia ini? Apa dia ceritain betapa sakitnya luka-luka di badannya, atau apa Van?" Tanya Abraham.

"Ayah gak enak sama Samudra.." saut Ervan.

"Jawab ayah, apa kamu sudah melupakan apa yang anak gak guna ini lakukan?! Apa kamu sudah lupa jika anak ini adalah penyebab bunda kamu meninggal?! Anak bodoh ini yang membuat bunda kamu hanyut di laut!" Bentak Abraham sembari berdiri dan menunjuk kearah Hazel.

"Ervan sama sekali gak lupa itu semua! Ervan masih ingat betul, tapi apa kesalahan Ervan jika mau berbuat sedikit kebaikan ke dia?! Ervan sama sekali gak maafin dia ayah, Ervan masih ingat atas tindakan dia." Balas Ervan tak kalah kerasnya.

"Kebaikan, sedikit kebaikan untuk dia sama saja memberikan satu harapan untuk dia bertahan hidup, apa kamu bisa melihat dia lebih lama?" Tanya Abraham yang membuat Ervan terdiam, Hazel menatap perdebatan itu hanya meremas ujung bajunya.

"Maka dari itu ayah gak pernah berbuat kebaikan untuk Hazel dan hanya luka? Karena ayah gak mau membuat Hazel mendapatkam sebuah harapan? Ayah cukup paham ya, apa yang bisa buat Hazel bertahan lebih lama di dunia ini. Apa kepergiaan Samudra juga salah satu skanario yang ayah buat?" Saut Hazel dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya.

"Benar, karena saya tau jika sebuah kebaikan adalah bentuk harapan kamu, maka dari itu saya merampas segala kebaikan itu."

Hazel menatap mata Abraham dengan dalam sebelum memutuskan tatapan itu. "Tidak ada harapan di mata ayah, tidak ada kebaikan untuk di berikan ke Hazel. Tidak ada rasa yang membuat ayah ingin Hazel selalu berada di dunia ini."

"Dari kejadian itu, saya sama sekali tidak pernah mengharapkan kehadiran anak seperti kamu, kehadiran Ervan dan Bianca adalah sebuah anugerah tapi kehadiran kamu di dunia ini adalah sebagai dosa. Dosa apa yang saya perbuat bersama Amanda sampai diberikan anak seperti kamu."

"Dosa apa yang Hazel berikan di kehidupan yang lalu sampai mendapatkan sosok ayah seperti ayah, tetapi kebaikan apa yang Hazel berikan sampai mendaptakn sosok permata seperti bunda. Jika ayah menyesal memiliki anak seperti Hazel, Hazel juga menyesal bisa lahir di keluarga ini dan mendapatkan sebuah orang tua seperti ayah." Ujar Hazel sebelum pergi dari sana.

Bersambung....

 HAZELA || REVISI!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang