Ilham menghela kecil, ia pun segera duduk di bangkunya di ujung dekat tembok. Kiara masih kesal, ia hanya menatap punggung tegap Ilham sinis.

Arka yang sedang mengelus tangan lembut Vonya kini menarik kembali tangannya dan menjauh. Arka membalikkan tubuhnya ke depan, karena tatapan Bintang yang tajam sedari tadi membuat perasaan Arka campur aduk.

"Sial!"

••••

Waktunya mereka diperkenalkan oleh wali kelas yang akan membimbing mereka di kelas 10 ini.

"Hai anak-anakku," sapa guru yang bernama Rina. Dia guru yang muda disekolahan ini, dia baru berusia 25 tahun, Rina guru yang banyak diminati oleh siswa lain bahkan sampai guru lain juga. Karena kecantikan dan keramahan saat mengajar Rina banyak menjadi apresiasi bagi semua orang.

Saat Rina memasuki kelas jaya raya, Rina langsung dilirik oleh semua muridnya. Mereka semua heran, kok bisa mereka mendapatkan guru secantik ini. Mereka pun lagi-lagi saat Rina tersenyum manis sambil berjalan menuju mejanya.

Huuuhh ...

Sorakan anak cowok menggema seisi ruangan kelas sampai terdengar keluar kelas juga, Rina seolah-olah di buat terkejut dengan tingkah mereka yang lucu.

Rina menjentikkan jari telunjuknya ke atas untuk menandakan kepada semua muridnya agar berhenti untuk berbicara, suasana pun seketika hening kembali setelah mendapat intruksi itu.

"Hai anak-anakku, perkenalkan nama ibu, Rina. Sekarang ibu adalah wali kelas kalian, jadi ibu harap kalian bisa hormat dan mematuhi guru kalian. Bukan ibu saja yang harus kalian hormati, tapi semua guru yang ada disekolahan ini. Siap!" jelasnya seraya tersenyum tipis.

"SIAP BU!" kompak semuanya bersemangat.

"Masyaallah ibu, cakep banget sih, beruntung yah kita punya guru secantik ini," celetuk Emil dari bangkunya. Matanya pun berbinar.

Sontak semua sorot mata mengarah kepada meja Emil.

"Heh Emil kagak sopan!" Ananda menyahuti.

"Ga apa-apa, terimakasih atas pujiannya. Tadi siapa yang bicara?"

Saat merasa dirinya dipilih, Emil pun berdiri begitu percaya dirinya dengan wajah genit kepada semuanya.

"Saya bu, Emil Markous." jawab Emil, membusungkan dadanya dengan wajah menyebalkan.

Dimas berdecih kesal, "Idih! Dasar!"

Rina tersenyum tipis, "Wah Emil, salam kenal. Pasti kamu murid paling heboh di kelas kan?"

Mendengarnya, membuat semua orang tertawa dengan tatapan mengarah padanya.

"Iya bu, Emil itu kan artis di sekolah ini pantas aja dia itu heboh orangnya," ujar Dimas tertawa terbahak-bahak. Membuat Emil yang melihatnya kesal.

Emil hanya tersenyum tipis kepada semuanya, lalu dia pun mengangkat tasnya ke atas meja dan mengeluarkan produk skincare yang ia gunakan.

"Nih bu, ibu mau skincare yang mana? Saya kasih ke ibu, ibu mau berapa skincare 1 atau 2 atau 3 yang penting jangan 5," ucapnya lalu tersenyum sumringah.

"Gila Mil, itu skincare banyak banget, mau dibuat apa?" tanya Ananda. Begitu bingung kepada Emil yang membawa sebanyak itu produk skincare yang ia pakai.

"Mau di buat pamer lah, tapi boong. Yah dipake buat muka lah," Emil merapikan skincarenya di atas meja, "Buat pamer dikit juga ga apa kali."

Rina tersenyum simpul kepada Emil lalu menyuruhnya untuk memasukkan kembali skincare ke dalam tas, karena Rina tidak suka jika ada muridnya yang membawa begitu banyaknya produk skincare ke sekolah.

KIARILHAM【END】 Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ