BAB ENAMBELAS-TKAQ

950 44 0
                                    

“Kalian yang terakhir, Avriell dan Mirza. Kalian harus mencuri mobil Ferarri milik Cedric Gervais. Mobil Ferrari yang diberikan oleh mendiang ayahnya sebagai peninggalan terakhir.”

“Untuk siapa ini?” tanya Avriell kebingungan.

“Robert Lewasky, kakak beda ibu. Cedric adalah anak dari selingkuhan ayah Robert.”

“Kapan kami harus pergi?” tanya Mirza belum tertarik untuk gerak.
“Terserah, harganya 100.000 USD.”

Sekitar pukul enam pagi, Avriell dan Mirza sudah bersiap sekitar seratus meter dari sebuah rumah mewah bernuansa Eropa. Keduanya lalu turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah tersebut. Mereka melompati tembok yang memagari rumah tersebut. Saat sampai di dalam, keduanya di sambut oleh tiga orang yang berjaga lengkap dengan senapan di dada mereka.

Wajar saja, ini rumah seorang mafia. Avriell dan Mirza lalu mengangkat senapan mereka dan baku tembak pun terjadi. Avriell dan Mirza terus menembak sembari berlari ke arah kanan. Karena menurut peta yang mereka teliti malam tadi, garasi berada di sebelah kanan.

Tembakan demi tembakan terus dilontarkan oleh anak buah mafia tersebut. Mirza dan Avriell sama-sama tersenyum saat menemukan sebuah garasi, tapi senyum itu luntur ketika seseorang berdiri di sana bersama sebuah granat. Pria itu tersenyum dan bersiap melempar granat tersebut.
Bukannya berlari mundur, Avriell dan Mirza sama-sama berlari maju saat granat tersebut sudah melambung di udara. Dan sesuai perkiraan keduanya, mereka selamat dari ledakan granat di belakang mereka, meski terpental beberapa meter.

Mirza lalu mendekati pria yang tadi melempar granat dan langsung menembakinya dengan membabi buta. Setelah pria itu tewas, keduanya lalu mencoba membuka pintu garasi. Pintu itu hanya bisa terbuka dengan kombinasi angka yang tepat. Dan keduanya memilih membawa pemiliknya untuk membuka garasi tersebut. Keduanya masuk ke rumah dan mulai mencari-cari ruangan tempat mafia itu berada.

Sementara di tempat lain, mafia tersebut sedang memandangi keduanya dengan senyum remeh. Hanya sepersekian detik setelahnya, kedua remaja tersebut hilang dari semua CCTV.

Pria itu nampak mencari-cari di mana keberadaan keduanya. Suara knop pintu yang terbuka membuatnya berbalik. Di sana terdapat Avriell dan Mirza yang sudah mandi darah. Mungkin hasil sedikit baku tembak saat menuju ke sana.

“Senyum yang bagus, untuk akhir napasmu,” tukas Avriell diiringi senyuman remeh.

Avriell lalu mendekat dan langsung menodong pistol di kepala pria tersebut. Pria itu berdiri dan mengikuti langkah Avriell serta Mirza menuju garasi.

Saat tiba di garasi, pria itu membalikkan posisi Avriell. Ia lalu menodong kepala Avriell lalu mengatakan, “Jika kau menembak maka. gadismu akan tewas.”

“Dia bukan gadisku.”

Dor!

Dor!

Mirza menembak kedua kaki pria itu dan terkekeh saat pria itu menyadari bahwa pistol Avriell kosong.

“Aku bahkan meragukan kredibilitasmu sebagai mafia,” sergah Mirza diakhiri decihan.

“Buka garasinya, sebelum aku memisahkan kepala dan tubuhmu!” sentak Mirza tidak sabaran.

Pria itu tidak punya pilihan lain. Ia lalu menekan beberapa angka dan garasi pun terbuka. Tepat setelah garasi terbuka, Mirza menembaki pria tersebut tanpa menatapnya.

Mirza dan Avriell lalu masuk ke dan langsung membuka tempat semua kunci tersimpan. Keduanya menaiki mobil Ferarri yang harus mereka curi. Dan langsung mengendarainya keluar dari sana.

Di tengah-tengah perjalanan, rupanya anak buah mafia itu mengejar. Mirza mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

Saat sampai di jembatan, orang-orang mafia tersebut melemparkan sebuah peledak. Itu membuat jembatan yang akan disebrangi Mirza dan Avriell hampir roboh.

Dengan nekat, Mirza melewati jembatan yang sudah akan hancur tersebut. Bodohnya orang-orang tersebut, dengan begini mereka justru tidak bisa mengejar Avriell dan Mirza. Syukurnya bagi kedua pembunuh bayaran itu, mereka berhasil lolos dari robohan jembatan tersebut.
Mirza lalu membawa mobil tersebut ke salah satu lapangan terbengkalai lalu meledaknya di sana. Setelah itu Mirza dan Avriell kembali dengan menaiki taksi. Mereka sama sekali tidak memperdulikan apa yang sopir itu pikirkan saat melihat tampilan keduanya.


***

“Kalian bisa pergi dari sini sekarang,” ujar Adrian begitu semua anak sudah selesai dengan tugas mereka.

“Kau sedang mengusir kami?” tanya Kendra, ia mengangkat salah satu alisnya menunggu jawaban Adrian.

“Ya, aku sedang mengusir kalian.”

“Pria aneh, beberapa hari lalu kau meneriaki kami untuk datang dan sekarang kau mengusir kami?” sentak Leyna sembari memutar bola matanya malas. Entahlah, pria itu cepat sekali berubah-ubah. Selalu memerintah datang dan mengusir seenaknya sendiri, dasar Adrian.

“Sudahlah, ayo pergi. Bukankah sejak awal Adrian memang tidak waras?” tukas Savea sembari bangkit dari duduknya.

“Aku yang tidak waras ini sudah merubah hidup kalian semua.” Adrian berujar dengan bangga.

“Ya, kau membuat kami menjadikan membunuh orang sebagai keseharian,” sergah Egler dengan wajah datar, sebelum akhirnya menjadi yang pertama kali keluar dari ruangan ini.
_______________________________

VOTE+KOMENNYA MAN TEMAN!

THE KING'S AND QUEEN'S [ OPEN PRE ORDER ]Where stories live. Discover now