BAB ENAM-TKAQ

1.3K 67 0
                                    

“Mau ambil tas lo dulu?” tanya Kendra begitu kedua anggota OSIS tadi keluar.

“Nggak perlu, nanti bisa dibawain saudara gue.” Leyna bangkit dari duduknya dan berdiri layaknya orang sehat.

Kendra menarik Leyna secara tiba-tiba. Nyaris saja Leyna terjatuh, tapi Kendra menahannya. Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Leyna dan berbisik, “UKS ini punya CCTV, jangan ceroboh. Nggak usah sok kuat, lo tanggung jawab gue.”

Akhirnya Leyna menurut untuk dipapah Kendra menuju parkiran. Cukup banyak yang menatap mereka saat keduanya melewati koridor Bahasa. Dalam perjalanan, tidak ada percakapan sama sekali. Kendra hanya fokus mengendarai mobilnya menuju alamat yang tadi sudah disebutkan oleh Leyna.

“Di sini tidak ada penyadap atau apapun itu, kau bisa bicara.” Kendra masih memokuskan pandangannya pada jalanan.

“Kau ... apa kabar?” tanya Leyna.

“Seperti yang kau lihat, Ley. Apa kau merindukanku?” tanya Kendra.

“Hm, tentu. Sudah delapan bulan sejak terakhir kali kita mendapat misi yang sama. Aku juga merindukan yang lain. Apakah Arkan menjadi ayah yang baik?”

“Tidak ada yang berubah. Semuanya sama seperti saat kita masih serumah. Hanya harus berdrama sedikit saat di luar.”

“Menurutmu, apa tujuan Adrian membuat kita terpisah?”

“Entahlah, aku belum tahu pasti tentang yang satu itu.”

“Ken, rumahku hanya tinggal dua rumah lagi.”

“Aku tahu.”

Dan setelah mengatakan itu, Kendra berhenti di rumah mewah bergaya modern, tapi tampak elegan. Leyna lalu turun dari mobil, melambaikan tangan pada Kendra yang akan segera melenggang pergi.

Leyna masuk dan naik ke kamarnya. Ia lalu membuka kotak berukuran cukup besar yang baru saja gadis itu turunkan dari atas lemari. Leyna mengeluarkan beberapa pistol dan pisau dari dalam sana, ia lalu meletakkannya di atas kasur. Beralih dari senjata, Leyna membuka lemari dan mengambil setelan serba hitam. Satu-satunya yang ia gunakan nyaris setiap hari. Setelah mengganti seragam SMALI dengan setelan serba hitam miliknya, Leyna segera menyelipkan pistol dan pisau lipat yang tadi ia siapkan di posisi masing-masing.

Leyna membuka laci meja riasnya, mengeluarkan masker dan topi berwarna senada. Terakhir, gadis itu kembali duduk di atas kasur. Lalu menarik sesuatu dari bawahnya, sebuah kotak yang ketika ia buka adalah senjata kesayangannya. Senapan laras panjang yang tersimpan rapi, gadis itu mengeluarkannya. Setelah menggendong tas berisi senapan miliknya, Leyna turun ke bagasi. Dan langsung masuk ke mobil sport berwarna hitam miliknya.
Dengan kecepatan sedang, mobil yang dikendarai Leyna menyusuri jalanan ibu kota. Mobil tersebut terus saja mengitari Deluxe Sun, sebuah hotel bintang lima di tengah kota. Sampai akhirnya ia berhenti di belakang salah satu gedung yang cukup dekat dengan Deluxe Sun. Gadis itu turun dari mobil, ia menatap gedung yang ia perkirakan memiliki 18 lantai. Leyna lalu berbalik, dan membuka pintu bagian lain pada mobilnya.
Ia mengeluarkan benda yang terlihat seperti tembak. Leyna membidik benda tersebut ke arah rooftop. Saat ia melepaskan pelatuk, sebuah tali keluar dan melesat ke atas sana. Leyna mencoba menarik tali tersebut beberapa kali, saat dirasa kua,t ia mengaitkan tali tersebut dengan sabuk yang ia pakai.

Leyna naik kerooftop dengan menjadikan jendela-jendela gedung tersebut sebagai pijakan. Ia tidak tahu pasti, aktivitas apa yang ada di dalam gedung itu. Hanya saja, semua jendela tertutup gorden putih.
Gadis itu sama sekali tidak ingin ambil pusing. Saat sampai di rooftop, ia langsung mengeluarkan dan mempersiapkan senapan laras panjang miliknya. Ia melihat menggunakan teropong khusus miliknya. Di seberang, tepatnya di salah satu kamar Deluxe Sun hotel, terlihat bayangan sekitar delapan orang termasuk target.
Dua orang pria berusia sekitar setengah abad duduk berhadapan di meja bundar. Keduanya tengah lunch untuk membahas sebuah kesepakatan bisnis. Leyna membidik salah satu dari mereka, tanpa laser. Gadis itu hanya menunggu saat yang tepat. Leyna memokuskan pandangannya, dan gadis itu akhirnya melepaskan pelatuknya. Peluru 45 cal menembus kepala pria tersebut. Setelah menyaksikan tuan mereka terkapar dengan luka tembak, para pengawal yang berada di ruangan tersebut segera mencari sumber tembakan. Jika dilihat dari arah peluru berasal, para pengawal tersebut meyakini bahwa orang yang menjadi dalang tewasnya tuan mereka bersembunyi di rooftop bangunan seberang. Sekitar enam orang menembaki ke arah Leyna berada. Setelah membereskan senapannya dengan tembok pembatas sebagai tameng, gadis itu menarik pengaman granat yang tadi ia siapkan.  Tepat setelah ia melempar granat tersebut, Leyna berlari ke sisi lain rooftop untuk turun kembali ke mobilnya.

Boom!

Ledakan besar terjadi di salah satu kamar hotel Deluxe Sun. Di dalam sebuah mobil sport berwarna hitam tanpa plat nomor, gadis itu membuka maskernya dan memakai kacamata hitamnya. Ia tersenyum smirk saat mendengar beberapa ledakan susulan. Tentu saja, ia tidak pergi hanya untuk melempar granat dan melubangi kepala pria gila itu. Sesuatu yang besar terjadi bersama ledakan susulan tersebut. Gadis itu mencari handphonenya yang ia simpan di dashboard.

“Savea, bisakah kau bersihkan jejak kecilku?”

“Di mana kau meninggalkannya?”

“825DSH.”

Breaking news!

Ledakan besar terjadi di Deluxe Sun hotel. Tidak hanya sekali, sekitar empat ledakan terjadi dengan selisih waktu sekitar 3-5 menit. Untuk saat ini, korban jiwa mencapai 23 orang dewasa dan sembilan anak-anak. Jonathan Baskara, salah satu kandidat Gubernur DKI Jakarta 2021 mendatang menjadi salah satu korban ledakan Deluxe Sun hotel Senin, 27 Juli 2020.

“Kenapa dia tidak menyinggung tentang penembakan? Jangan bilang kau langsung meledakkan tanpa menembak?” tanya Dion, laki-laki itu segera mengalihkan tatapannya ke arah Leyna.

“Aku menggunakan peredam,” balas Leyna acuh tak acuh.

“Aku tidak ingin orang di dalam gedung keluar dan mengacaukan semuanya,” imbuh Leyna sembari memainkan kukunya.

“Oh ya, apakah kau sudah mencari tahu gedung apa itu, Monic?” Leyna menatap Monic, sembari menunggu jawaban.

“Gedung itu bahkan tidak ada di peta, saat aku melintasinya gedung itu seperti tidak berpenghuni,” ujar Monic menjelaskan.

“Gedung itu salah satu milik R2A, kau beruntung, Leyna. Karena hari ini gedung itu sedang kosong,” ujar Savea sembari menegakkan punggungnya yang semula bersandar pada kursi.

“Darimana kau tahu itu?” Leyna berpikir, memang bangunan tersebut tidak seburuk itu. Mungkin karena baru di kosongkan kurang dari setahun.

“Saat aku membersihkan jejakmu, aku meretas beberapa CCTV. Termasuk CCTV gedung yang kau tempati tadi. Aku melihat beberapa agen R2A di dalam sana. Hanya sekitar 2-3 orang, dan sepertinya mereka hanya menjaga brangkas yang ada di lantai 15,” papar Savea.

“Aku tidak menginjak jendela lantai 15, mungkinkah karena itu mereka tidak menyadari keberadaanku?” gumam Leyna pelan.

“Aku rasa sekalipun kau menginjaknya mereka tidak akan sadar. Karena mereka berada di ruangan rahasia, brankas itu terletak di tempat yang sangat tertutup.” Savea meraih remot televisi dan mematikannya.

“Aku tidak perduli tentang semua itu.” Leyna bangkit, ia lalu mengeluarkan satu ember ice cream di kulkas lalu membawanya naik ke kamar.

“Apakah Faisal dan Devan belum kembali?” tanya Dion pada Monic dengan mengedarkan pandangannya.

“Mereka baru berangkat tiga jam yang lalu. Mungkin akan kembali tengah malam nanti.” Monic menyusul Savea yang baru saja naik ke lantai dua.

______________________

SEE YOU NEXT PART GUYS!

THE KING'S AND QUEEN'S [ OPEN PRE ORDER ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz