BAB SEBELAS-TKAQ

1K 66 0
                                    

“Putrimu, Alyra Zavanka? Apakah dia dulu bersekolah di SMP Cendana?” tanya Faisal dengan nada terburu-buru.

“Bagaimana kau tau? Setidaknya itu yang kudengar dari orang suruhanku,” jawab ilmuan itu yang kini penasaran dengan kedua pembunuh bayaran di hadapannya.

Tubuh Faisal dan Monic seolah kembali ke kejadian di misi pertama mereka. Menyelamatkan seorang anak SMP yang disekap oleh pria pedofil sekaligus buronan. Dua belas anak berusia sekitar tiga belas tahun menjelajahi sekolah yang cukup asing untuk mereka. Saat itu waktu menunjukkan pukul dua belas malam, seharusnya jam tidur untuk mereka. Tetapi kenyataannya mereka di sini, di SMP Cendana. Setelah menyusuri sekolah sejak pukul sepuluh malam, mereka sampai di kelas terakhir. Ruang kelas 9J yang katanya sudah kosong dua tahun terakhir. Namun, jika dilihat dari struktur bangunan ini tidak terlalu buruk. Dan rasanya seolah sering dikunjungi oleh manusia.

“Mereka bilang ini kelas terbengkalai, tapi anehnya plafon kelas ini jauh lebih baik dibanding kelas-kelas lain,” ujar Savea yang meneliti keadaan kelas tersebut.

“Ya, aku rasa juga begitu,” timpal Archell menyetujui pernyataan Savea.

“Plafon ini terlihat lebih tebal.” Leyna mengambil sebuah batu berukuran genggaman anak-anak, ia lalu melemparkan ke atas plafon.

“Aaaa!”

Teriakan yang berasal dari atas plafon itu membuat anak-anak ini meringsut mundur karena terkejut.

“Ada orang, di atas sana!” seru Kendra sambil menunjuk ke atas.

Egler langsung mencari-cari sesuatu di lantai. Melihat itu, teman-temannya bertanya-tanya, “Kenapa mencari-cari dilantai? Kan suaranya berasal dari plafon.”

“Aku tahu ada orang di atas sana, aku hanya sedang mencari akses untuk naik,” jawab Egler tanpa menghentikan pekerjaannya.

“Apa mungkin itu ada di bawah, sementara gadis itu ada di atas,” sergah Devan dengan tatapan bingung.

“Mulailah sesuatu dari yang paling tidak mungkin. Itu yang kudengar dari Arkan,” ujar Egler yang langsung dibantu Faisal mencari di setiap sudut ruangan ini.

Akhirnya mereka semua mencari akses untuk naik di semua sudut ruangan tanpa takut berisik. Karena mereka sudah mengamankan lokasi ini.

“Ini sudah satu jam, tapi aku tidak menemukan apa pun.” Leyna duduk bersandar pada dinding.

Bersamaan dengan suara benda bergeser. Suara itu berasal dari dinding yang ada di belakang Leyna dan plafon di atasnya. Dinding di belakang Leyna membuka sebuah tangga untuk naik ke lubang yang terbuka bersamaan dengan tangga. Leyna segera berdiri, dan naik lebih dulu ke plafon. Saat dirasa aman, ia memanggil teman-temannya untuk naik satu per satu.

“Di sini sangat gelap,” ujar Leyna setelah ia menekan tombol untuk menutup akses naik ke atas.

Mereka semua lalu mengeluarkan handphone dan menyalakan senter. Dua belas anak berusia tiga belas tahun itu terkejut bukan main saat melihat sosok di pojok sana. Mereka mencoba mendekati sosok yang mereka yakini perempuan. Sepertinya, dia yang tadi berteriak saat Leyna melempar batu.

Kondisi sosok itu benar-benar mengenaskan. seorang gadis dengan tubuh kurus—bahkan sangat kurus—hingga tulangnya tercetak jelas. Rambutnya yang benar-benar berantakan dan mereka mulai merasakan bau yang sangat menyengat. Saat Vera mencoba mendudukkan gadis itu dari posisi meringkuk, ia berteriak ketakutan.

THE KING'S AND QUEEN'S [ OPEN PRE ORDER ]Where stories live. Discover now