BAB SEPULUH-TKAQ

867 50 0
                                    

“Faisal, Monic, kalian yang pertama. Pergilah ke Bandara Soekarno-Hatta, temui seorang pria berkebangsaan Rusia. Dia yang akan membantu kalian menemui client kita. Harganya 100.000 USD.”

Sesuai perintah Adrian, pagi ini keduanya sudah memantau pintu keluar Bandara Soekarno-Hatta. Keduanya sama sekali tidak celingak-celinguk seakan mencari atau menunggu seseorang. Setelah kurang lebih 20 menit menunggu, seorang pria masuk ke jok belakang mobil. Keduanya berbalik, pria itu lalu menyodorkan kertas yang berisi kode.

“Di mana client-nya?” tanya Monic tanpa basa-basi.

“Beliau akan mendarat 10 menit dari sekarang. Kalian harus mengamankan Gilberto Snokv, ilmuan asal Jerman. Yang kuketahui sebagai orang biasa, ada lebih dari delapan orang yang menunggunya.”

Tepat setelah pria itu turun dari mobil, Monic juga turun setelahnya. Gadis itu melangkah menuju tempat penjemputan, lalu duduk di salah satu kursi tunggu. Mengangkat koran di sebelahnya untuk menutupi seluruh wajah, Monic melakukan panggilan ke nomor yang diberikan orang berkebangsaan Rusia tersebut.

“Apakah kau Gilberto Snokv?”
“Yeah.”

“Aku Q1, ikuti aturanku dan kau akan selamat.”

“Sure.”

“Kau berada di pesawat Lion Air yang baru saja mendarat?”

“Yeah.”

“Ambilah sebuah kotak dari seorang pramugari bernama Brianna. Kodenya I2Q101.”

Dipesawat yang penumpangnya mulai turun, seorang pria masih duduk di tempatnya. Tepukan di pundaknya membuat pria itu berbalik, seorang pramugari cantik tersenyum padanya.

“Katakan kodenya.” Monic dapat mendengar ucapan pramugari itu dari sambungan telepon.

“I2Q101.”

Pramugari itu menyodorkan sebuah kotak pada pria tersebut. Ia berpesan, “Buka lebih dulu sebelum turun.”

Pria itu membukanya dan ia justru menemukan topeng wajah pria lain di dalam sana. Tanpa rasa curiga, pria itu menggunakannya lalu turun dari pesawat bersama penumpang lain.

Monic memutuskan sambungan telepon, gadis itu mengenakan kacamatanya dan berjalan kembali ke arah mobil Faisal berada. Hanya berjarak 20m seorang pria mengikutinya. Gadis itu masuk dan duduk di sebelah kursi kemudi. Hanya selisih 30 detik, seorang pria masuk ke jok belakang.

“Kencangkan sabuk pengaman, aku rasa mereka mulai sadar.” Faisal melajukan mobilnya mengabaikan tembakan-tembakan yang dilontarkan dari berbagai arah.

“Mobilnya anti peluru, kau tidak perlu setegang itu,” ujar Monic saat tidak sengaja melirik pria yang ada di belakang.

Faisal terus mengendarai mobilnya, sembilan mobil dan tiga motor sport mengejar mereka. Namun, remaja itu tampak santai, Faisal malah merokok dan mengemudi dengan satu tangan.
Faisal menambah laju kecepatan, membuat orang-orang yang mengejarnya turut melakukan hal yang sama. Ia tersenyum remeh saat dihadapkan dengan sebuah kontainer yang membutuhkan jalannya, ia lalu putar balik ke jalur lain. Membiarkan tiga mobil yang mengejarnya ringsek saling bertabrakan.

Karena berada di jalur berlawanan, tidak sekali dua kali Faisal menabrak mobil orang hingga ringsek. Hanya tersisa lima mobil yang mengejarnya, bukankah harusnya enam? Lalu ke mana semua motor itu?
Saat menyadari sesuatu, Faisal sama sekali tidak berniat putar arah atau pergi ke arah lain. Ia tetap mengendarai mobilnya ke arah yang ia tahu di depan sana akan dicegat. Namun, kenyataannya sepersekian detik sebelum mobil itu sampai dengan kecepatan tinggi, Faisal sudah lewat lebih dulu. Sehingga mobil itu hanya menabrak dua mobil temannya sendiri hingga meledak. Bahkan, setelah enam mobil sudah dibuat hancur oleh Faisal, tiga mobil di belakangnya masih terus mengejar.

THE KING'S AND QUEEN'S [ OPEN PRE ORDER ]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu