26 - Butterflies

Mulai dari awal
                                    

"Sialan!" umpat Syaila sambil memberikan snack tersebut pada Inarah. "Makan aja kalo mau."

Menyadari pasti Izora sudah sampai di toilet lebih dulu, mereka segera melanjutkan perjalanan.  Begitu dihadapkan sebuah kaca besar, Syaila segera memoleskan lipbalm merah muda ke bibirnya.

"Udah rapi belum, Lan?" tanya Inarah menghadap Lanie, menunjukkan bandana putihnya. "Udah kok," jawab Lanie mengangguk pasti.

Ceklek!

"Jhavee!" panggil Syaila riang mengetahui Jhavee keluar dari salah satu bilik pintu toilet.

"Sya!" balas Jhavee mendekati tempat wastafel Syaila berdiri, "gimana pelatihannya?"

Gadis itu tak menjawab, melainkan memerhatikan ekspresi dan mata Jhavee lamat-lamat. "Susah banget. Tapi ada yang lebih penting, jauh lebih enak Paskib bareng sama lo, Vee," ujar Syaila murung.

"Harus terbiasa tanpa gue dong," balas Jhavee menyemangati.

"Vee," panggil Syaila pelan. "Lo, gapapa gue dipilih jadi Capaska?" Dengan kerutan di dahi, Jhavee balik bertanya, "Kenapa harus kenapa-napa?"

Syaila segera menjawab, "Ya gapapa, Vee. Cuma takut aja lo gak sen—"

"Enggaklah," potong Jhavee cepat membuat senyum lega Syaila tercipta.

"Anyway, gue mau nanya deh." Syaila mengalihkan topik, "Dari senior kita, siapa aja sih yang dulunya Paskibraka?"

Jhavee terdiam sebentar, "Setau gue sih cuma Kak Naka." Gotcha, beginilah cara main Syaila, mau bahas Tarzan ke orang lain, tapi secara perlahan gak langsung nyebutin nama cowoknya!

"Oh, cuma Kak Naka doang?" ulang Syaila memastikan.

"Ekhem!" Syaila memelototi Izora, Inarah dan Lanie yang melayangkan tatapan menggoda. Mengancam lewat mata, agar mereka tetap tutup mulut, meski sebuah senyum kecil tak bisa disembunyikan.

"Kenapa emangnya?" tanya Jhavee yang segera Syaila balas, "Kalo dia dulunya Paskibraka, kok gak ngelatih Capaska yang sekarang sih?"

"UHUK!" Nih si Izora ketelak bakiak kali, gak bisa diem banget!

"Jadi gini, Paskibraka yang udah selesai jalanin tugas masuk ke dalam Purna Paskibraka Indonesia, disingkat PPI. Itu artinya Kak Naka salah satu anggota PPI. Nah, karena Kak Naka Paskibraka Nasional a.k.a Pasnas, berarti kewajiban dan tanggung jawab dia cuma di Seleksi dan Pelatihan Tingkat Nasional. Tapi, Pasnas punya hak buat turun ke tingkat provinsi dan kota, cuma ya menurut gue ngapain cape-capekin diri ke dua tingkat itu kalo bukan tugas dia," jelas Jhavee panjang.

"Ohhh, begitu." Syaila menelan kenyataan pahit lagi. Perlu diperjelas? Masuk Ekskul Paskib karena Naka, eh dilarang deket sesama anggota Paskib. Dipilih jadi perwakilan sekolah menjadi Capaska, dimarahi dan dijemur setiap waktu, harus merelakan kulit putih susunya, melewati Seleksi Tingkat Kota, dan sekarang udah masuk Pelatihan Tingkat Kota pun tidak akan ketemu Naka. What a great life!

———

"Buruan, jangan kelamaan," ujar Agi. Laki-laki itu sedang menghampiri dan menemani Syaila menaruh seragam di loker sekolah. Mereka ditarik lagi dari jam pelajaran untuk latihan Capaska bersama Paslite.

Memang ada perasaan senang karena tidak mengikuti pelajaran, tapi sebagai gantinya mereka harus berlelah ria, dimarahi, dan dijemur di lapangan yang terik. Belum lagi harus ketinggalan pelajaran dan mengejarnya dalam waktu singkat.

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang