Gelisah

1.9K 248 26
                                    

Perlahan mata Devan terbuka, Devan merasa asing dengan suasana ruangan yang bernuansa berwarna merah muda.

Kepala Devan terasa pusing, saat tangan Devan ingin menyentuh kepalanya, namun tangannya tertahan karena tangannya sudah terikat di sisi tempat tidur.

Sontak membuat Devan bingung. Ketika Devan menghadap ke samping, mata Devan membulat saat melihat Legi yang tertidur di sisi tempat tidur.

Devan melihat kepala Legi yang berdarah seketika teringat bahwa Devan sudah mendorong Legi hingga membuatnya terluka.

“Legi.” panggil Devan, Legi yang mendengar suara Devan yang samar-sama pun membuka matanya.

“Devan! Lo sudah sadar?!” Legi dengan cepat bangun dan menyentuh kening Devan.

“Syukurlah demam lo sudah turun.” gumam Legi.

Akhirnya Legi memutuskan melepaskan ikatan tangan dan kaki Devan.

Devan menatap wajah Legi dengan seksama. Devan bingung harus mengatakan apa pada Legi, Devan selalu membuat Legi terluka tanpa sadar.

Legi dengan hati-hati membantu Devan untuk duduk dan bersandar, Legi juga mengambil segelas air putih pada Devan.

Devan bingung kenapa di saat dirinya hilang kesadaran karena pengaruh obat, Legi lah orang pertama yang menemukannya.

“Maaf, ini pasti karena gue.” ujar Devan seraya mengelus kepala Legi penuh kelembutan.

“Nggak papa, lagi pula hanya luka kecil.” sahut Legi dengan senyuman.

“Maafin gue Legi.”

“Jangan minta maaf lagi, sekarang lo harus makan dulu.”

“Iya-iya tuan putri.” Devan mencubit pipi Legi gemas.

Legi yang mendengar ucapan Devan pun tertawa kecil, setelah itu Legi pergi menuju dapur untuk menyiapkan makanan untuk Devan.

Legi sangat senang melihat Devan yang begitu lembut padanya.

Sedangkan Devan segera mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang saat kepergian Legi ke dapur.

Wajah Devan nampak mengeluarkan aura dingin saat menghubungi seseorang dari handphonenya.

“Gue minta lo awasin Aldi, jangan sampai dia mendekati Salju.” ucap Devan tegas.

“Jangan pernah mencoba memerintahi gue.” ujar orang dibalik sebereng sana.

“Ikuti permintaan gue, atau gue akan bongkar identitas lo.”

“Lo berani ngancam gue?!”

“Ikutin ucapan gue,  bagi gue Salju adalah hidup gue. Jadi apapun caranya gue harus nyingkirin Aldi dari hidup Salju.”  setelah mengucapkan itu Devan memutuskan panggilan tersebut tanpa memperdulikan orang di seberang sana sedang menyumpah serapah dirinya.

Tanpa diketahui Devan di balik pintu kamar, Legi mendengar semua percakapan Devan dengan seseorang yang Legi tidak ketahui.

Air mata Legi keluar saat Devan mengatakan bahwa Salju adalah hidupnya, hati Legi terasa hancur tapi dengan cepat Legi menghapus air matanya.

Setelah memastikan air matanya sudah tidak ada lagi, Legi pun akhirnya masuk membawa nampan yang berisi sepiring makanan dan segelas susu hangat.

Devan melihat Legi datang pun segera memasukkan handphonenya ke celana seraya mengeluarkan senyuman tipis ke arah Legi.

“Sekarang lo harus makan.” Ujar Legi dengan menyuap makanan ke arah mulut Devan.

“Kenapa lo sepeduli ini sama gue?” tanya Devan sontak membuat Legi terdiam mematung.

Tapi sesaat kemudian Legi tersenyum tipis dan meneruskan untuk menyuapkan makanan ke mulut Devan.

“Karena tidak ada alasan untuk memperlakukan seseorang yang kita suka dengan special.” ucap Legi tulus dan seketika jantung Devan berdegub cepat saat melihat senyuman tulus Legi padanya.

*Alsa*

Sepanjang malam ini Aldi hanya berada di dalam kamar Yuda mencoba mencari bukti lain.

Aldi merasa ada yang di sembunyikan Yuda sebelum kecelakaan itu terjadi. Tapi sedari tadi Aldi sudah membongkar lemari dan laci kamar Yuda tidak menemukan apapun.

Aldi sudah berulang kali menghela nafas berat, sekarang Aldi mencoba membuka dokumen yang ada di dalam laptop Yuda.

Alsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang