🌊22. Perasaan

39 39 0
                                    

  >Fery
Jam 7 malam gue jemput |
Kita Diner |

Lea tersenyum kala membaca pesan dari Fery, padahal ia baru saja pulang setelah mengantar Lea pulang. Bahkan Lea baru saja menutup pintu dan masuk kerumahnya.

Tunggu
Kenapa Lea tersenyum, seharusnya dia mengernyitkan keningnya kan??

Ahh sudah lah..

Ia mengetikan pesan pada grub ketiga kawanya.

  >Lea
Diner teh kaya gimana?? |

.
.
.

"Ini gimana??"  Lea bertanya pada Dea dan Dwi lewat vidio call.

"Udah lo nurut aja," jawab Dea.

"Cantik udah yaa," Dwi berteriak histeris, "Aaa... Gue rasanya pengen foto sama lo sayang nya gue nggak boleh pergi sama Babe oppa gue."

"Yang ada lo bikin gue nerves tau nggak."

"Pokoknya lo harus anggun yaa," pesan Dea.

"Gue ngga-"

"Oke dah.."

Dwi dan Dea menutup vidio call-nya, Lea berdecak sesaat, menatap pantulan bayanganya dicermin.

Ia memakai dres biru selutut dengan sepatu sneakersnya, ditambah rambutnya yang ia gerai sesuai arahan Dwi.

"Anggun sih," Ia menundukan pandanganya, "Nggak pa-pa lah pakai sneakers," gumamnya.

Bel rumahnya berbunyi, ia cepat-cepat mengambil tasnya bergegas menuruni tangga ia berhenti tepat diujung tangga kala tak sengaja melihat Rizal yang tengah sibuk dengan laptopnya.

"Gue pamit," lirinya namun Rizal tak mendengarnya.

Ia tersenyum sesaat lalu pergi untuk membuka pintu, keningnya mengerut kala mendapati Arjuna dan Ujang berdiri didepan pintu.

"Assalamualaikum dan selamat malam, " keduanya memberi se bucket bunga pada Lea.

"Mari kita antar menuju.." Ujang berfikir sejenak, "Mari.."

Lea menaiki mobil Ujang dan Arjuna, ketiganya bergegas melajukan mobilnya.

"Untuk mengisi kegabutan anda selama perjalanan," kata Arjuna yang tengah menyetir mobil dengan Ujang disampingnya.

"Silahkan dinikmati martabak manis semanis senyummu yang mampu membuatku diabetes," sambung Ujang mengundang tawa dari Lea dan Arjuna.

Dia membuka kotak martabaknya, mengambil sepotong lalu menawarkanya pada kedua ajudan dadakan itu.

"Nih."

"Maaf kami tidak bisa memakanya," kata Ujang.

"Sebab martabak tersebut telah diracuni," sambung Arjuna, "Racun cintaa.."

"Eaa.. "

Mereka tertawa lagi dan lagi, sampai tak menyadari bahwa mereka sudah sampai ditempat tujuan, Arjuna membukakan pintu untuk Lea lalu meninggalkan Lea dengan mobilnya melaju entah kemana.

Ia mengernyitkan keningnya, kala mengetahui bahwa ia berdiri dihalaman markas komunitas  motor yang sering ia kunjungi bersama Fery. Didepan halaman banyak motor berbaris bak barisan upacara.

Kakinya melangkah menuju pintu yang berhiaskan bunga dan balon beraneka warna, sampai seseorang datang menghampirinya, itu Eka.

"Selamat malam," kata Eka dengan hormat.

Lea terkekeh sesaat, "Malam."

Ia menuntun Lea berjalan menuju taman yang sudah dihiasi banyak lampu hias dan dekorasi yang didominasi warna biru dan putih. Garden diner, mungkin itu konsepnya.

Dive your Sky [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang