"Mereka tentu sedang berlatih bersama Jeonghan hyung dan Winwin hyung, Jeno-ya. Hanya aku yang terjebak bersamamu saat ini."

Jeno mengangguk, "Aku paling suka bermain bersamamu, Hyung. Kau lucu."

"Sungguh?"

Mata sipit itu semakin terlihat saat Jeno tersenyum.

Manis.

"Aw, gomawo ... tapi, Jeno-ya ... hyung rasa kau harus minta maaf pada Markeu hyung nanti."

Jeno memiringkan kepala, matanya membulat penuh tanya. Disuguhi begitu, Haechan menggigit bibir. Kenapa? Kenapa bocah ini membuatnya bingung begini?

Kadang menyebalkan, membuatnya lelah ... dan sekarang berubah seimut ini.

Haechan semakin frustasi.

"Markeu hyung sedang bersama Lucas hyung tadi. Mereka pasti sedang membicarakan hal penting. Lalu, kau? Kau tiba-tiba datang dan menggangu mereka."

Haechan menghela napas, duduk di sebuah batu besar , menatap Jeno yang sama memandanginya.

Bocah ini luar biasa tampan -meski menjengkelkan, tapi bibit unggul memang tidak perlu diragukan kualitasnya.

Jeno memiliki segalanya. Ia merupakan serigala kuat juga. Padahal jika dipikirkan lagi, anak kecil ini ...

Tak bisa dipercaya.

Apa itu karena pohon ajaibnya? Seperti yang ia dengar dari ibunya. Jeno lahir karena berkah dan keajaiban. Moon Goddes menyayanginya, semesta memihaknya, dan alam akan memberikan kemudahan padanya.


Haechan tersenyum tipis. Ia tidak iri. Hanya ... merasa cukup bangga karena bocah penuh dengan keberuntungan ini lahir dari packnya.

"Hyung, aku tidak suka melihat mereka berdua berjalan bersama. Jadi, aku sengaja melakukan itu tadi."

Haechan yang saat itu untuk sesaat memejamkan matanya sempat berpikir jika apa yang ia dengar barusan hanyalah sebuah mimpi. Bunga tidur yang aneh sekali.

Namun,

"Hyung kau tahu bagaimana caranya agar aku bisa dekat dengannya?"

-Haechan sungguh tidak habis pikir. Tunggu, bisa jadi ia salah tanggap, 'kan?"

"Jeno-ya ... kau masih kecil-"

"Bagaimana jika aku adalah mate-nya?"

Hah? Mate?

"Jeno-ya ..." -Aish, kenapa dengan anak ini?

"Hyung, apa kau sudah mempunyai mate?"

Astaga!

Sungguh, anak dari kedua alpha ini benar-benar ...

Tidak bisakah Jeno berhenti di satu pertanyaan dan biarkan ia memikirkannya?

Haechan semakin lemas. Berdiri lama pun ia mulai tak tahan.

Lagipula, sebenarnya ia juga tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan bertubi-tubi yang Jeno lontarkan padanya.

Jika ditanya soal seluk beluk hutan, Haechan pasti akan dengan mudah menunjukkan.

Two Alpha✅Where stories live. Discover now