47. Someone else Baby

20.9K 759 1
                                    

Adam baru saja menyelesaikan meeting di luar kantornya. Jam sudah menunjukan pukul setengah dua siang saat lift terbuka dan menampakan tubuh atletis yang terbungkus oleh jas berwarna hitam.

"Selamat siang, Sir." sapa Feby menghentikan pekerjaannya sejenak.

"Selamat siang." kata Adam dan terus berjalan masuk ke dalam ruangannya. Saat ia membuka pintu, perhatiannya langsung tertuju pada sebuah tas wanita berwarna merah yang terletak di sofa berwarna hitam. Pria itu terlihat bingung, ditambah dengan kursi kebesarannya yang menghadap ke kaca besar. Dibalik kursi itu, ia bisa melihat tangan seorang wanita dengan cat kuku merah di ujung jarinya.

"Siapa kau?" tanyanya dingin. Tak ada respon, wanita itu hanya mengetuk-ngetukan kukunya di lengan kursi.

"Siapa kau, jalang?" tanya Adam sekali lagi dengan intonasi yang lebih keras dan tajam.

"Waw, bicaramu sangat sopan Tuan Anderson." wanita yang duduk di kursi kebesaran Adam itu memutar kursinya.
Kacamata hitam yang melekat di wajah wanita itu membuat Adam tak mengenalinya.

"Siapa kau?"

"Siapa aku?" perlahan wanita tersebut melepas kacamatanya.

"A..Aren?" ya, jawabannya YA. Adam menatap wanita itu dengan tatapan kerinduan. Perlahan wanita tadi yang diketahui adalah Aren berjalan menghampiri si pria yang mematung di seberang meja.

"Kau tidak menerimaku menjadi sekretarismu, kan?" tanya Aren dengan senyum miringnya.

"Sekretaris?" jujur saja Adam terpanah melihat Aren. Gadis kecil yang dulu masih lugu dan polos kini berubah menjadi wanita dewasa dengan penampilan yang semakin menarik serta tubuhnya yang menggiurkan (baca: short sexy girl).

"Ya. Ngomong-ngomong sekretarismu cantik juga. Walau dia lebih tua dariku, aku yakin kinerjaku lebih bagus darinya."

Adam tak mempedulikan apa yang Aren katakan. Ia sudah bersiap untuk memeluk si 'gadis jauh' itu tapi...

"Stop! Jangan coba-coba mendekatiku!" perintah Aren dengan nada dingin dan sinis.

"Kenapa?"

"Kau tidak ada hak menyentuhku, Tuan. Kau tahu, aku sudah tak ada urusan lagi di sini jadi sebaiknya aku pergi."

BRUK

Dengan sangat tiba-tiba, Adam menahan tangan Aren dan menarik gadis itu ke pelukannya.

"Aku sangat merindukanmu. Sangat-sangat merindukanmu." kata si pria sambil memejamkan matanya. Adam bisa menikmati wangi melon dari tubuh Aren. Wanginya masih sama seperti dulu. Ia benar-benar merasa bahagia. Penantiannya selama ini tak sia-sia. Di dalam pelukan, Aren dapat mendengar detak jantung Adam yang tak beraturan.

"Apa kau sudah selesai, Tuan Anderson? Aku harus segera pergi." ujar gadis itu.

"Pergi? Kenapa? Kau bersamaku sekarang." kata Adam.

"Tidak." Aren melepaskan pelukan itu dan mengambil tasnya.

"Kenapa?" Adam terlihat bingung.

"Aku harus pergi."

"Benarkah?"

"Ya. Apa aku terlihat seperti seorang pembohong?"

"Baiklah, kuantar kau sampai ke lobby."

"Kau serius?"

"Ya tentu saja." Adam dan Aren pun keluar dari ruangan itu. Mereka menaiki lift untuk turun ke lantai dasar. Sesampai di bawah, Aren setengah berlari keluar dari lift meninggalkan Adam di belakangnya.  Dapat Adam lihat, Aren menghampiri seorang pria dan bercipika-cipiki dengan pria itu. Beberapa detik terakhir, rasa panas menghampiri tubuh sang CEO. Melihat gadis yang selama ini ia tunggu bersama dengan pria lain yang seumuran dengan si gadis. Pria bule yang entah memiliki hubungan apa dengan Aren. Yang jelas mereka terlihat begitu akrab.

"Bye Adam." Aren melambaikan tangan dan dengan terpaksa Adam menyunggingkan senyum. Gadis itu masuk ke dalam mobil dan pergi dengan pria bule tadi.

"Siapa dia? Ada hubungan apa pria itu dengan Aren?" batin Adam dan masuk ke dalam lift untuk kembali ke ruangannya. Sesampai di lantai yang ia tuju, Adam langsung bertemu Dion.

"Kau dari mana, Sir?" tanya Dion.

"Aku dari bawah." jawab Adam lalu berjalan masuk ke dalam ruangannya. Dion yang masih ingin bertanya, mengikuti atasannya itu dari belakang.

"Jadi, dia sudah pulang?" tanya Dion.

"Maksudmu?"

"Aren, tentu saja."

"Ya, dia sudah kembali."

"Lalu apa masalahnya?"

"Sepertinya dia sedang dekat dengan seorang pria. Tadi saat aku akan memeluknya, dia menolak."

"Walau itu pelukan selamat datang sekalipun?"

"Ya, aku memaksanya tadi."

"Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

"Aku tidak tahu. Kita lihat saja nanti." Dion mengangguk mendengarnya. Ia pun pamit keluar, meninggalkan Adam sendirian.

Beberapa hari kemudian...
"Kalian duluan saja ke kantor, aku masih ingin di sini." kata pria berjas cokelat pada dua orang di depannya.

"Baiklah, Sir." ujar Dion, salah seorang yang berdiri di depan Adam, pria jas cokelat tadi. Sepeninggalan dua orang rekan kerjanya, sang CEO hanya duduk sambil menyeruput kopinya. Ya, saat ini Adam sedang berada di cafe. Ia baru saja menyelesaikan meeting dengan klien.

KLING

Lonceng di pintu berbunyi menandakan ada orang yang masuk. Dengan malas Adam melihat siapa gerangan yang datang. Pria itu terlihat bahagia. Orang yang datang itu ternyata adalah Aren. Tapi sayang kebahagiaan itu berlangsung beberapa detik saja saat ia melihat pria yang menjemput Aren di kantornya waktu itu. Ya, si gadis datang bersama pria itu. Tak disangka, Aren melihat Adam dan langsung menghampirinya. Mau tak mau Adam menyunggingkan senyum padahal hatinya terasa panas.

"Senang bertemu denganmu di sini. Kau sedang apa?" tanya Aren saat sukses mendudukan tubuhnya di sofa depan Adam.

"Aku baru saja menyelesaikan meeting. Kau?"

"Aku menemaninya mengunjungi cafe ini." tunjuk si gadis pada pria yang sedang berbincang dengan manager cafe di sudut ruangan. Adam mengernyitkan keningnya, bingung.

"Dia pemilik cafe ini." pria itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Jadi, apa saja yang kau lakukan di Jerman?"

"Tentu saja aku belajar dan bersekolah. Apa lagi yang bisa kulakukan?"

"Kau semakin dewasa."

"Ya, aku tahu."

"Dan semakin cantik."

Hening.

1 detik

2 detik

5 detik

"Terima kasih." kata Aren dengan tulus.

"Berbahagialah. Sampai jumpa." ucap Adam lalu pergi dari hadapan Aren. Tak lama kemudian, si pria bule pemilik cafe datang menghampiri gadis itu.

"You okay?" tanyanya.

"Yeah, I'm okay."

"Let's go." Aren dan pria yang diketahui bernama Luke itu beranjak meninggalkan cafe.

Tbc...

My Sexy Little GirlTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon