13. The ICU Room

155K 5.8K 32
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang tapi Aren masih berada di ruangan ICU. Gadis itu terlelap di sofa karena dari dini hari tadi ia terus terjaga dan menangis. Setengah jam yang lalu, Mira datang membawakan bantal dan selimut untuk Aren. Tentu saja ia dikawal oleh bodyguard saat meninggalkan rumah sakit untuk mengambil kedua benda tersebut, kalau tidak wanita itu pasti sudah diserang berbagai pertanyaan oleh wartawan yang terus berjaga di depan rumah sakit demi mendapat kabar terbaru tentang CEO Hins Group, perusahaan yang terkenal itu.
Sekarang, Mira sudah kembali ke kantor membantu wakil direktur mengurus pekerjaan yang ditinggalkan CEO mereka. Di gedung perusahaan Hins Group pun terdapat wartawan, tapi tak sebanyak yang berada di rumah sakit.

•••••

"Eh, ada yang dateng tuh" ucap seorang wartawan suatu televisi swasta saat melihat mobil sport mewah memasuki area parkir rumah sakit.

"Itu kan CEO MLos Corp. Kok dia ke sini sih?" ujar seorang lagi.

"Kayanya jengukin pak Kusuma, deh. Dari subuh dia di sini dan baru balik sekitar jam 10 tadi. Eh, taunya ke sini lagi" kata rekan yang lain. Mereka pun segera berlarian, melontarkan berbagai pertanyaan tapi Adam hanya diam menampakkan wajah dingin dibalik kaca mata hitamnya sambil berjalan dikawal oleh security dan bodyguard. Sesampai di ruangan tempat Valen dirawat, mata pria itu langsung menemukan seorang gadis yang tengah terbaring di sofa. Nafasnya tampak teratur menandakan si gadis sedang tertidur. Ruangan itu terasa begitu sepi, hanya bunyi alat detektor jantung Valen yang memenuhinya. Sepersekian detik, Adam hanya terpaku di tempatnya memperhatikan gadis yang tak lain ialah Aren itu. Getaran ponsel di saku celananya membuat si pria tersadar dari lamunannya dan beralih mengangkat telepon yang ternyata dari Dion.

"Selamat siang, sir" suara pria itu tersengar dari seberang sana.

"Siang. Ada apa?" tanya Adam.

"Anda sekarang berada di mana, sir?"

"Saya sedang di rumah sakit."

"Apa anda memerlukan sesuatu?"

"Ah, ya. Tolong bawakan makan siang"

"Untuk berapa orang?"

"Dua orang"

"Baik sir. Secepatnya saya akan ke sana"

"Ya, terima kasih" Adam pun memutuskan sambungan telepon dan duduk di sofa yang sedang ditiduri Aren. Sofa itu sedikit besar apalagi tubuh gadis itu mungil jadi sofa tersebut masih bisa diduduki oleh pria itu. Tak berapa lama, Aren menggeliat sadar dari tidurnya. Penglihatannya masih belum terlalu jelas. Gadis itu menyibakkan selimut yang ada di tubuhnya, tak menyadari keberadaan Adam yang duduk di depan kakinya. Dengan cepat ia memakai sendal jepit hitamnya dan berjalan ke arah toilet yang berada di ruangan tersebut. Adam memperhatikan gadis itu. Baju kaos putih yang tidak terlalu ketat dan hotpans hitam membalut tubuh mungil tersebut. Aren pun menutup pintu toilet saat dirinya sudah berada di dalam dan sontak membuat Adam langsung memalingkan pandangannya dari si gadis.

CEKLEK

Pintu ruang ICU terbuka menampakkan wajah Dion, bersamaan dengan keluarnya Aren dari toilet.

"Om, lu sejak kapan ada di sini?" tanya gadis itu heran saat melihat Adam duduk di sofa yang ia tiduri tadi.

"Sejak kamu masih tidur" jawab Adam acuh tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.

"Hah? Masa sih? Kok gue nggak liat? Boong lu yah?"

Mendengar perkataan tersebut, Adam langsung menatap Aren dengan tatapan dingin dan tajamnya yang sukses membuat gadis itu menelan ludahnya masam. Segera adik dari Valen itu berjalan menghampiri sofa, melipat selimut yang dipakaikan oleh Mira saat ia tidur tadi. Setelah selesai, Aren langsung menghempaskan bokongnya ke benda empuk itu lalu mengecek ponselnya dan ternyata sudah banyak notification dari sosial media miliknya, terutama twitter dan instagram. Saat mengecek twitter, banyak ucapan bela sungkawa dan doa dari beberapa orang yang dikenal dan selebihnya berasal dari orang-orang luar yang bisa disebut fans dari kakaknya.

My Sexy Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang