50. Flashback (Aren POV): Hello

19.1K 590 5
                                    

Aku selalu menyukai ini. Bau tanah sehabis hujan rasanya sangat mendamaikan. Senang sekali menghirup udara di tempat yang selama ini aku rindukan. Indonesia, negara tercinta dengan penuh kenangan indah.

"Gimana penerbangannya?" suara pria yang tengah mengemudi di sampingku.

"Menurut lu?" ucapku sambil merenggangkan tubuh.

"Hahaha." tawa yang sangat kurindukan akhirnya keluar dari mulutnya.

"Banyak yang gue lewatin selama setahun." pandanganku terarah pada pepohonan dan jalan yang basah di luar sana.

"Yup dan bahkan lu nggak sadar kalo hiasan mobil gue bukan kura-kura lagi." spontan aku menolehkan pandangan pada dashboard mobil. Ya, ternyata benar. Di sana sudah bukan kura-kura lagi seperti terakhir kali aku melihatnya. Kini ada miniatur anjing dengan kepala yang bergoyang-goyang.

"Jadi lu suka sama anjing sekarang?" tanyaku.

"Ya, begitulah."

"Yaelah nggak berubah." aku menghelah nafas malas melihat kendaraan yang bertumpuk di depan.

"Bukan Jakarta namanya kalo nggak macet." aku tersenyum. Reynaldi Halid, sahabatku itu masih sama. Didi, ya itulah dirinya.

"Lu jadi kan kuliah di sini?" tanyanya.

"Iya. Abis gue nggak mau pisah sama lu." tawanya pecah kemudian kembali serius.

"Nggak mau pisah tapi setahun di Jerman."

"Nggak pake nyindir berapa mas?" kami pun tertawa bersama, saling melepas rindu.

Sesampai di apartemen, rupanya tante Lani dan miss Mira sudah menunggu. Seperti biasa, kedua wanita itu menyediakan berbagai macam makanan kesukaanku. Sepanjang makan siang yang menyenangkan itu, tak henti-hentinya tante Lani bertanya mengenai kehidupanku selama di Jerman. Bahkan beliau pun menanyakan tentang nasib asmaraku. Mau tak mau aku pun menjelaskan tentang Luke. Ya, pria itu adalah kekasihku. Biar aku mengoreksinya sedikit. Mantan kekasih, ya itu terasa tepat. Aku mengenal pria itu saat aku mengikuti balapan di Jerman. Balapan liar yang membuat pihak perusahaan Hins Group marah besar padaku. Bagaimana tidak, balapan liar semacam itu digunakan untuk ajang judi, narkoba, seks bebas dan lain-lain. Syukurlah waktu itu aku tidak bertemu dengan polisi dan wartawan. Aku diselamatkan oleh pria. Yah siapa lagi jika bukan Luke. Hubungan kami tak berjalan lama. Hanya sekitar 3 bulan. Aku memergokinya berhubungan badan dengan teman sekolahku sendiri. Rasanya memang sakit. Tapi tak sesakit saat aku melihat Adam dan Tasya bercumbu waktu itu. Setelah aku bercerita, mereka mulai mengajukan pertanyaan.

"Jadi hubungan kamu sama Adam gimana, Ren?" pertanyaan tante Lani cukup membingungkan.

"Nggak tau, tan. Masih belom kepikiran sama Adam."

"Kamu masih cinta sama dia?" kali ini miss Mira yang bertanya.

Lama berselang dan akhirnya aku mengangguk, "tapi mungkin aku udah nggak ada harapan lagi."

"Kenapa?"

"Mungkin dia udah nemuin yang lebih baik dari aku."

"Apa? Dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun sejak kau pergi."

"Benarkah?"

"Iya. Dia bahkan memecat Merry sewaktu kau pergi."

"Hah? Bagaimana mungkin?"

Miss Mira pun menceritakan bagaimana Adam memecat Merry. Waktu itu enam hari setelah kepergianku, Adam mengadakan meeting di kantor. Lagi lagi Merry bersikap murahan. Ya, seperti biasa. Hingga akhirnya ia menggoda CEO dari salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan MLos Corp. Tak tanggung-tanggung, Adam langsung menerbitkan surat pemecatan bagi Merry tepat setelah meeting berakhir. Wanita itu shock dan tak menerimanya. Tapi ia tak bisa berkutik lagi. Keputusan itu tak dapat diubah. Dengan berat hati, Merry mengemas barang-barangnya dan pergi dari kantor MLos Corp. Tak lama kemudian, Adam pun memiliki sekretaris baru. Namanya Feby, wanita yang menjadi kekasih Dion saat ini. Ya, begitulah kronologinya. Aku masih terlalu lelah untuk melanjutkan obrolan. Kuputuskan untuk membersihkan diri dan tidur sejenak.

My Sexy Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang