55. Confuse

19.5K 654 3
                                    

Adam hanya tertegun melihat Aren. Ia telah mendengar semuanya, rencana konyol Aren yang sangat tidak penting.

"Untuk apa sebenarnya semua ini, Aren?" tanya Adam menatap gadis yang sedang menunduk itu.

"Aku tak tau." jawab Aren.

"Apa? Ckck." Adam menggeleng-gelengkan kepalanya, "you just wasting your time."

"Aku tau."

"Lalu untuk apa semua itu? Perlakuanmu yang konyol tidak ada gunanya sama sekali."

"Ya, kurasa juga begitu."

Hening, tak ada yang memulai pembicaraan.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" sontak Aren mengangkat wajahnya saat mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh Adam.

"Apa?"

CEKLEK

Pintu yang dibuka secara tiba-tiba itu langsung membuat keduanya mengarahkan pandangan ke sumber suara.

"Oh, maaf aku tak bermaksud untuk mengganggu." Feby yang baru membuka pintu berniat untuk menutupnya kembali tapi tertahan oleh suara Adam.

"Tidak, tidak sama sekali. Ada apa?"

"Tadi ada telepon dari sekretaris Pak Ferdy, katanya beliau ingin mengajak Bapak makan malam bersama untuk membahas kerja sama. Berhubung besok beliau sudah berangkat ke Tokyo."

Penjelasan Feby membuat Adam menghelah nafas panjang. Ia menatap Aren, "kau ingin pulang bersamaku?"

"Ah, mm.. Aku bawa mobil sendiri." gadis itu tampak bingung saat Adam menanyakan hal itu.

"Aku tak bisa berlama-lama, ada pekerjaan yang menungguku." pria dengan setelan suit itu bangkit dari tempat duduk.

"Oh baiklah, aku tau." Aren pun mengikuti Adam menuju pintu dan keluar bersama pria itu dari ruangan tersebut.

"Ayo," ajak Adam pada Aren saat pintu lift sudah terbuka. Si gadis hanya mengangguk dan mereka berdua pun masuk. Suasana yang sangat awkward terjadi. Hening. Tak ada yang berani membuka suara. Aren memperhatikan pantulan dirinya di kaca lift. Entah mengapa pantulan tubuh Adam menarik perhatiannya hingga ia tertangkap basah oleh orang yang ia perhatikan itu. Sontak Aren menundukkan wajahnya. Perasaan malu dan sebagainya menyerang tiba-tiba.

Ting

"Fiuh," Aren menghelah nafas lega. Lift yang terbuka menandai berakhirnya kebersamaan dengan Adam yang terasa sangat canggung. Kini basementlah yang terpampang di depan pandangan.

"Mobilku berada di sana. Aku duluan," kata Aren menunjuk ke arah kiri. Saat sudah melangkah tiba-tiba...

"Aren," Adam menahan tangan gadis itu.

"Ada apa?"

"Hati-hati."

"Oh iya. Kau juga. Sampai jumpa." Adam melepas genggamannya dan Aren pun melanjutkan langkah menuju mobilnya.

Saat di perjalanan, Aren terus memikirkan pertanyaan Adam yang belum sempat pria itu lontarkan tadi. Traffic light menghentikan mobilnya sekarang. Gadis itu mengecek ponselnya, kalau kalau ada pesan dari Adam. Ia hanya menghelah nafas, melihat tidak ada sama sekali notifikasi dari orang yang dirinya harapkan.

"Ah bodoh, mengapa aku berharap dia akan menghubungiku?" lontar gadis itu membuang ponselnya ke jok samping. Saat lampu hijau sudah menyala, gadis itu pun kembali melajukan mobilnya.

Hampir sama dengan Aren, Adam pun masih terngiang dengan kejadian di kantor tadi. Pria yang juga sedang menyetir itu menyesal, mengapa tadi ia tak melontarkan isi pikirannya. Saat di lift sebenarnya ada waktu untuk menanyakan hal yang secara tidak langsung dipotong oleh Feby.

My Sexy Little GirlWhere stories live. Discover now