51. Flashback (Aren POV): Miss and Meet

17.6K 528 0
                                    

Dari pagi hingga siang ini aku tidak menginjakkan kaki keluar dari apartemen. Di luar rasanya panas sekali membuatku tidak tahan. Didi sedang sibuk di butik miliknya. Tante Lani pun sibuk mengurus salon yang baru dibukanya beberapa bulan lalu. Aku ingin sekali pergi ke salon miliknya tapi entah mengapa rasa malas lebih mendominasi diriku sekarang ini. Aku lebih memilih untuk berbaring di sofa, menyalakan televisi dan bermain ponsel. Aku sudah lama tidak menikmati waktu seperti ini. Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang dan aku mulai lapar. Kuputuskan untuk keluar dari apartemen dan mencari makanan di food court. Setelah makan siang rasanya aku ingin makan es krim. Aku menggenggam es krim di tanganku sambil berjalan ke arah pantai. Ah sejuknya. Angin bertiup cukup kencang saat ini. Es krimku hampir habis saat melihat ada balon yang terbang lewat di sampingku. Tampak seorang anak kecil berlari mengejar balon itu. Dengan sigap aku juga ikut berlari untuk menyelamatkan si balon.

HAP!

"Ah tidak!!" teriakku tanpa suara melihat es krim yang aku genggam telah bersatu dengan aspal. Balon itu berhasil aku selamatkan tapi es krimku terkorbankan.

"Kak balonnya!" teriakan bocah kecil terdengar di telingaku.

"Ini." kuserahkan balon itu dengan senyuman. Wah, anak kecil ini lucu sekali dan juga tampan. Bagaimana yah cara membuatnya? Ups. Bodohnya aku. Bisa-bisanya aku memikirkan hal seperti itu.

"Kakak." ujarnya menyodorkan sapu tangan berwarna biru muda.

"Untuk apa?"

"Kakak belepotan."

"Ah benarkah?" batinku sambil meraba bagian bibir, "ah benar juga."

Cepat-cepat kuraih sapu tangan itu dan mengelap bekas es krim tadi, "udah bersih?"

"Udah kak." bocah kecil itu meraih sapu tangannya dan kabur sebelum aku sempat berkata apapun. Untung saja dia tampan, kalau tidak sudah kupecahkan balon yang ia genggam itu. Di tepi pantai seperti ini sangat cocok jika mendengarkan lagu reggae. Bagiku suasana pantai lebih terasa jika mendengarkan musik seperti itu. Disaat sedang menikmati deburan ombak, mataku menangkap seseorang yang tampak familiar. Tapi siapa yah? Aku berjalan mendekati orang itu. Semakin dekat, semakin dekat dan YA TUHAN! Orang itu dia. Dia yang sempat mengisi hari-hariku dulu. Dia orang yang sempat aku acuhkan. Dia Adam Falerion Anderson. Kupakai kacamata hitam dan melangkah makin dekat ke arahnya. Oh Tuhan kuatkanlah aku. Dia dengan tubuhnya yang sangat aku rindukan itu sedang berbaring di salah satu kursi panjang. Di sebelahnya ada kursi yang kosong. Setelah menghembuskan nafas, aku pun membaringkan tubuh di sana. Adam, ya pria itu berada di sebelahku saat ini. Wajah dinginnya, ekspresi yang sangat aku rindukan. Pahatan sempurna Sang Kuasa terpampang padanya. Apakah kau masih mengingatku? Apa kau juga merasakan kerinduan yang aku rasakan sekarang? Aku hanya bisa tersenyum. Aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Aku pun bangkit dan pergi dari sampingnya. Aku takut jika terus berdekatan dengan Adam rasa itu akan datang kembali. Rasa yang sudah aku kubur sejak setahun lalu. Aku sungguh tidak siap bila itu datang kembali. Percuma saja aku pergi jauh jika melihatnya selama beberapa menit membuat rasa itu timbul lagi. Kupercepat langkah menuju apartemen. Aku tak menghiraukan orang-orang di sekitar. Sesampai di sana, aku langsung mendudukkan tubuh sambil meminum air putih. Aku merasa lebih lega sekarang. Setelah beberapa saat kuputuskan untuk membasuh tubuhku. Sehabis mandi, aku bersiap memakai dress hitamku dan menuju ke suatu tempat.

----------

Di sinilah aku sekarang. Di tempat yang tenang. Tempat di mana nisan bertuliskan Vlarentino Dirgantara Kusuma berada. Ya, saat ini aku berada di kawasan pemakaman di mana kakakku, Valen dikuburkan.

"Hai." ucapku meraba ukiran nama itu, "kita udah lama ga ketemu yah."

Cairan hangat terasa mengaliri pipiku. Aku tidak mempedulikannya dan tetap menatap pada nisan di depanku, "kakak apa kabar? Maaf ga sempet dateng ke sini sebelum pergi. Tapi Aren udah pulang, Aren udah ada di sini. Kakak baik-baik aja kan?"

My Sexy Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang