58. The Boys

20.6K 622 6
                                    

Seorang gadis sedang duduk sambil mengaduk jus jeruknya. Di sekitarnya begitu ramai dengan orang-orang sesama penghuni kampus. Ya, saat ini dirinya sedang berada di kantin usai mengikuti kelas beberapa saat lalu. Aren, gadis itu kembali terbayang dengan kejadian antara dirinya dan Adam semalam. Rasanya begitu seru duduk di pantai sambil mengobrol. Ia pun akhirnya mengetahui seluk beluk pria yang pernah menjadi kekasihnya itu.

"Ngelamun aja lu," ujar pria berkemeja flanel yang baru saja datang dan langsung duduk di depan Aren.

"Engga tuh. Eh, bagi dong," Aren mengambil bungkus makanan ringan yang dibawa oleh pria yang tak lain adalah Didi.

"Kalo makanan aja langsung nyosor!" komentarnya sambil meminum jus jeruk milik Aren.

"Lu mau ke mana abis ini?" tanya si gadis yang sibuk mengunyah keripik kentang.

"Kayanya sih gue langsung ke butik. Emang kenapa?"

"Gapapa nanya aja. Bukannya tadi lu ama Sena yah, Di?"

"Iya, tapi dia pamit pulang duluan. Katanya ada urusan."

Aren mengangguk paham, "ah gila, udah jam 11 aja. Gue duluan yah, Di mau ke Hins nih! Babay."

"Yah Ren, makanan gue woi!!" teriak Didi melihat sahabatnya yang sudah berlari keluar dari kantin sambil membawa sebungkus keripik kentangnya.

"Waduh, ini sape yang bayar nih? Dasar tuh cewek, suka banget bikin gue bangkrut. Hadeh," keluh Didi menatap gelas jus yang isinya baru berkurang setengah.

***

Dengan langkah cepat, Aren melangkah ke parkiran menuju mobilnya. Sesampai di sana, gadis itu membuka pintu bagasi dan mengambil baju serta high heels-nya. Setelah itu Aren menutupnya dan berpindah ke jok depan untuk mengganti baju kaos dan celana jeansnya dengan baju formal. Tak lama kemudian, mobil gadis itu perlahan meninggalkan kampus. Kira-kira 20 menit kemudian, sampailah ia di basement kantor Hins Group. Sebelum keluar dari mobil, Aren mengganti sneakers-nya dengan high heels. Si gadis mengambil tas lalu menaiki lift khusus untuk mencapai ruangannya. Sesampai di lantai tujuan, wajah Mira yang pertama kali terpampang di indera penglihatannya.

"Mengapa kau lama sekali?" tanya wanita itu bangkit dari sofa yang didudukinya.

"Maaf, aku lupa dan malah duduk manis di kantin. Apa klien kita sudah datang?" ujar Aren sambil berjalan menuju ruangannya.

"Iya, sudah setengah jam ia menunggu di ruanganmu," penjelasan Mira membuat Aren semakin mempercepat langkahnya.

CEKLEK

Aren membuka pintu dengan tergesah, membuat orang yang sedang menatap ke keramaian ibukota di jendela besar membalikan tubuh padanya.

"Maaf membuat anda menunggu
lama," ujar gadis itu dengan senyuman. Tak ia sangka, ternyata klien yang akan bertemu dengannya hari ini adalah pria muda dengan tubuh yang atletis. Sungguh 360 derajat kebalikan dari apa yang Aren pikirkan.

"Tak apa, nona. Saya paham kesibukan anda," kata pria itu dengan ramah.

"Silahkan duduk. Apa anda ingin minum sesuatu atau makan kue, mungkin?" tawar Aren ingin membuat kliennya senyaman mungkin.

"Tak perlu, tadi sekretaris anda sudah menyiapkan kopi untuk saya," mendengar kalimat itu membuat Aren menoleh pada meja di dekat sofa. Ya benar, di sana ada cangkir yang isinya sudah habis.

"Maafkan saya membuat anda menunggu terlalu lama," ucap Aren benar-benar menyesali keterlambatannya.

"Saya mengerti, nona. Justru saya sangat salut pada anda. Di usia belia, anda mampu memegang dua tanggung jawab, sekolah dan bekerja. Siapa yang menyangka kalau anda adalah CEO?"

My Sexy Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang