6. Prepare to Go

246K 8.3K 138
                                    

Setelah menandatangani beberapa dokumen sore itu, Valen segera mengendarai mobilnya menuju sekolah Aren.

"Damn it!" maki pria itu saat jalan menuju tempat tujuannya terhalang macet. Ia melihat pada jam tangan yang bertengger di tangan sebelah kiri, membuat Valen sadar kalau ini sudah jam pulang kantor. Tak ingin membuang waktu, kakak dari Aren itu pun segera menghubungi adiknya yang masih berada di sekolah.

Tut...tut...tut...

"Halo kak." sapa Aren dari seberang sana.

"Les nya udah selesai, Ren?"

"Iya kak, gue barusan ngambil ponsel pas lu nelepon." Sekolah Aren memang membebaskan siswa/i nya membawa telepon genggam, tapi apabila jam pelajaran berlangsung alat elektronik tersebut harus dinonaktifkan dan dikumpulkan pada wali kelas sebelum jam pertama dimulai. Ponsel boleh diambil saat jam istirahat lalu dikembalikan lagi setelahnya dan kemudian diserahkan kembali pada siswa/i saat jam sekolah telah usai.

"Kakak lagi di jalan pengen jemput kamu, tapi macet. Paling nyampe disitu sekitar setengah jam lagi. Nunggu bentar nggak papa kan?"

"Kalau gue pulang sama Didi aja gimana, kak?" Reynaldi Halid, kerap disapa Aldi, tapi Aren lebih senang memanggil pria itu Didi. Didi adalah sahabat Aren dari TK. Mereka sering pulang bersama karena satu tower apartemen. Bisa dibilang Didi itu adalah pria yang melambai, kadar ke-gentle-annya hanya berkisar 25-50% saja.

"Kamu nggak ingat? Kita kan mau ke Bandung. Makanya kakak jemput kamu biar nggak usah balik ke apartemen lagi."

"Iya yah, Aren lupa kak. Tapi kak baju buat ke Bandungnya gimana?"

"Udah kamu tenang aja, Mira udah nyiapin mulai dari daleman sampai luaran. Jadi kamu mandi dan siap-siap di kantor aja."

"Yeilah kak, daleman luaran apa banget deh kata-katanya. Yaudah kalau gitu. Gue ama Didi mau makan dulu di kantin. Bye" sambungan telepon pun dimatikan. Valen kembali melajukan mobilnya karena sudah ada pergerakan di depannya.

@Global High School...
"Ren, ke kantin yuk. Gue udah laper banget nih. Rasanya otak gue keperas, abis les matematika barusan. Mana gue kaga ngarti lagi dari awal. 2 jam tadi rasanya kaya 2 abad bagi gue." kata Didi panjang lebar setelah Aren selesai menelepon dengan kakaknya.

"Kita sehati, Di. Sumpah gue ngantuk banget tadi, malah laper pula. Yah, meskipun udah makan siang tapi tetap aja kan?" Aren menimpali.

"Makanya sekarang kita ke kantin yuk."

Sesampai di kantin, mereka berdua langsung memesan mie bakso dan batagor seperti biasa. "Eh ngomong-ngomong lu ngapain ke Bandung sih?" tanya Didi.

"Kata kakak gue ada undangan buat peresmian gitu dari investor perusahaannya. Mumpung weekend jadi ya dia ngajak gue." Sahabat Aren itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penuturan gadis didepannya.

"Terus kapan balik?"

Aren mengangkat bahunya "nggak tau. Abis acara langsung balik kali".

"Berarti malam ini gue sendiri dong, nggak ada lu. Yaah... Aren, lu mah gitu orangnya, suka ninggalin gue. Emang gue pernah gitu ninggalin lu? Nggak kan? Aduh Ren, disitu kadang saya merasa sedih, hiks."

"Lebay lu. Gue aja nggak merasa sedih tuh, ya walaupun kadang-kadang"

"Lu mah enak, pergi buat senang-senang. Dan pasti di acara-acara kek begituan banyak CEO-CEO temen kak Valen yang ganteng kan? Yah, sekalian cuci mata gitu deh. Ngaku lu, Ren. Gue sering kok baca-baca cerita kek gitu di wattpad! Hiks, sedih hati gue Ren menerima kenyataan itu. Huaaahh!!"

My Sexy Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang