54. Flashback (Aren POV): Love the way You Lie

16.2K 529 3
                                    

Ting nong ting nong

Apa pemencet bel itu tidak tahu kalau aku masih tidur? Siapa yang datang sepagi ini? Dengan mata yang masih setengah tertutup aku keluar kamar dan membukakan pintu.

"Hoaam." aku menguap di depan orang yang memencet bel tadi. Ternyata orang itu adalah Adam. Untuk apa ia ke sini? Aku ingin bertanya tapi rasanya aku masih sangat mengantuk.

Aku pun berjalan ke kamar sedangkan dia duduk di sofa ruang tengah. Jujur saja, aku tak bisa menahan kantuk yang melandaku. Akhirnya aku kembali ke tempat tidur dan melanjutkan aktivitas tertundaku.

.

.

Entah sudah berapa lama aku tidur, yang jelas sekarang jam sudah menunjukan pukul sebelas lebih. Sinar matahari terlihat sangat terik di luar sana. Aku cukup kaget saat melihat ada pria yang tidur di sofa kamarku. Adam? Bagaimana bisa? Oh sial, aku lupa. Ternyata tadi ia datang bertamu dan aku mengacuhkannya karena mengantuk. Aku pun mendekat ke arahnya. Oh Tuhan, entah sudah berapa lama aku tidak berdekatan seperti ini dengan Adam. Wajahnya terlihat polos saat sedang tidur begini. Aku ingin menyentuh wajahnya tapi kuurungkan. Bagaimana nanti jika ia tersadar dan bangun? Aku bisa malu berat jika terpergok menyentuh wajah orang sembarangan. Maka dari itu, kuputuskan untuk melepas sepatu yang ia kenakan. Kaki kiri, kaki kanan dan yeah aku berhasil. Sekarang aku melihat bagian tubuhnya. Tampak dasi dan jas itu sangat mengganggu tidurnya.

"Maaf yah Adam." Pelan tapi pasti aku mengeluarkan dasi itu dari lehernya. Aku takut dia akan terbangun tapi nyatanya tidak. Inilah bagian tersulit dan terberat. Ya, melepas jas itu akan sama dengan membangunkannya. Tapi tidak, aku akan mencobanya. Perlahan-lahan aku menyibakan jas bagian depan dan menarik bagian lengannya. Oh tidak ini sangat sulit! Aku pun memutuskan untuk mengangkat lengan Adam agar terpisah dengan baju itu. Oh astaga lengan macam apa ini? Mengapa terasa berat? Setelah bersusah payah akhirnya aku berhasil. Tapi masih ada satu lengan lagi. ASTAGA!!!

.

Sekarang aku bisa bernafas bebas setelah tadi harus berjuang sedemikian rupa hanya untuk mengeluarkan jas dari tubuh gorila ini. Mengapa aku menyebut Adam gorila? Karena aku rasa berat badannya setara dengan hewan itu. Tadi saat aku berhasil mengeluarkan lengan satunya lagi, aku bingung harus bagaimana mengeluarkan jas yang keadaannya ditindih oleh punggung Adam. Dan mau tak mau aku mencoba mengangkat bagian punggung pria itu. Rasanya aku ingin mati dia sangatlah berat. Tapi syukurlah dia tak terbangun. Tidurnya pun semakin pulas. Seketika ruangan yang tenang ini menjadi ramai akibat ponselku yang berdering.

Luke calling...

"Halo." sapaku.

"Hai. Kamu ada waktu ga siang ini?" suara beratnya terdengar dari seberang.

"Ada. Kenapa?"

"Kita makan siang bareng yuk."

"Boleh."

"Kamu lagi di mana?"

"Di apartemen."

"Oke aku jemput ke sana yah."

"Okay, bye."

Kuputuskan sambungan telepon dan beralih ke kamar mandi. Setelah mandi aku bersiap-siap. Adam masih belum bangun sedangkan aku harus pergi. Bagaimana yah?

AHA!

Aku punya ide. Segera aku mencari kontak Dion di ponsel dan ketemu. Kutelepon orang itu dan menjelaskan bahwa Adam terdampar di apartemenku dan ia sedang tidur pulas.

.

.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya orang yang kuhubungi pun datang.

My Sexy Little GirlWhere stories live. Discover now