37 | this feeling's all we know

53 10 10
                                    

"Lo kemana aja bangsat?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo kemana aja bangsat?!"

Tubuh Dicky ditahan oleh Louis saat Dicky hendak melayangkan tinjunya untuk yang kedua kali di pipi Sagara. Sagara menatap Eric yang terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan banyak luka-luka di tubuhnya. Ternyata mereka diserang oleh teman-teman Yuda, tapi Sagara tak ada untuk mereka di sana.

Seperti malam-malam biasanya, Dicky, Louis, Sultan dan Eric nongkrong di salah satu coffee shop. Tiba-tiba segerombolan orang datang dan langsung menghajar mereka tanpa ampun. Untungnya sebelum itu Dicky sempat mengajak Logan untuk gabung bersama mereka. Jadi kedatangan Logan dan teman-temannya sedikit membantu mereka dan mereka semua tidak babak belur seperti Eric sekarang. Dari semuanya, memang Eric yang langsung diserang menggunakan balok, makanya Eric tak bisa melawan dan hanya pasrah menerima semua pukulan itu.

Saat perkelahian itu terjadi, Dicky masih sempat untuk mengirimi Sagara pesan agar datang dan membantu mereka. Tapi Sagara tak membalas, bahkan saat Eric masuk UGD pun belum ada balasan dari Sagara. Pesan tak dibalas, telfon juga tak diangkat, bagaimana Dicky tidak emosi sementara orang-orang itu datang karna ingin balas dendam pada Sagara.

Kini Sagara duduk di taman rumah sakit sembari menyesap rokoknya, menatap kosong ujung sepatunya. Malam ini, Sagara yang mengajukan diri agar menemani Eric. Mereka juga sudah menghubungi kedua orang tua Eric, dan kedua orang tua Eric baru bisa datang besok pagi. Karna mereka malam ini masih ada di Qatar. Dicky, Louis, Sultan dan teman-teman Logan yang lain sudah pulang. Meninggalkan Sagara dan Logan berdua di sana. Rasanya, sudah lama ia tidak berbincang berdua sama Sagara, makanya Logan tinggal.

"Abis darimana sih Gar? Ditelfon berkali-kali sampe nggak diangkat," Logan duduk di samping Sagara, "tulang bahu Eric diperkirain retak, tapi mereka baru mau mastiin besok. Eric juga sempet sadar tadi, tapi mungkin karna efek obat jadi tidur lagi."

"Tapi dia baik-baik aja Gan?"

"Ya gitu, lo liat sendiri kondisinya gimana," jawab Logan, "mereka semua marah karna lo nggak ada di sana buat mereka, Gar. Sementara ini masalah lo, tapi Eric korbannya."

Logan menghela nafasnya kasar. "Bukan nyalahin, tapi kalau lo bisa dihubungin, Eric mungkin kondisinya nggak akan separah ini."

Tak ada jawaban dari Sagara, membuat Logan memperhatikan Sagara dari atas sampai bawah. Pakaian Sagara rapih sekali, sahabatnya ini habis darimana? Biasanya kalau keluar biasa seperti nongkrong atau keluar makan, Sagara tak akan memakai kaos polo seperti ini. Mungkin hanya kaos biasa, kalau mau lebih mungkin pakai jaket. Kalau yang ia dengar dari Dicky, Sagara akhir-akhir ini jarang ingin ikut keluar nongkrong bersama mereka lagi. Entah apa alasannya. Dicky juga katanya pernah datang ke rumah Sagara, tapi Asisten Rumah Tangganya mengatakan bahwa akhir-akhir ini Sagara juga tak pernah di rumah. Jadi, kalau bukan ke rumah, Sagara pulang ke rumah yang mana?

"Lo sibuk apa akhir-akhir ini Gar?" tanya Logan, "ngurusin coffee shop lo ya?"

Sagara menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, menghela nafasnya pelan. "Bahas yang lain aja Gan."

love me wellWhere stories live. Discover now