26 | step on up

46 9 8
                                    

"Cepet banget lo udah pulang aja? Minimal sehari lah di sana biar nggak terlalu buang-buang duit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cepet banget lo udah pulang aja? Minimal sehari lah di sana biar nggak terlalu buang-buang duit."

Sagara baru terbangun dari tidurnya itu di jam 9 pagi. Setelah itu ia memutuskan untuk pulang ke rumah, mandi lalu pergi ke sekolah dan masuk lewat gerbang belakang. Sebenarnya ada yang menjaga gerbang belakang Merah Putih, tapi penjaganya juga adalah teman Dicky, makanya mereka bebas keluar masuk lewat sana dengan sogokan rokok satu bungkus. Bisa saja Sagara bolos sekolah dan melanjutkan tidurnya di rumah. Tapi entah mengapa Sagara ingin datang ke sekolah.

"Sore ini jadi survei tempat Ric?"

Eric yang sedang mendongak, menatap layangannya yang sudah sukses terbang ke langit, mengalihkan padangannya ke Sagara. "Gue ngikut. Emang lo nggak capek?"

Seperti tak kenal lelah, Sagara menggeleng. Selama tubuhnya masih sanggup berjalan dan otaknya masih bisa berpikir normal Sagara bakalan tetap jalan. Tadi pagi Sagara juga sudah survei di internet penghasil biji kopi terbaik di Indonesia. Dan pilihannya jatuh di Bali dan Lampung. Mungkin sabtu dan minggu ini ia bisa pergi ke sana.

"Siapa yang mau ikut—"

"Gue!" potong Dicky langsung, "please ajak gue Gar! Kemana pun itu bakalan gue temenin lo."

Sagara mendengus. "Tiket bayar sendiri."

"Anjing, kalau gitu mah sama aja—"

"Hotel sama makan biar gue yang tanggung."

"Oke, deal!" sambar Dicky langsung menjabat tangan Sagara semangat, "btw kita mau kemana? Kapan?"

"Minggu," jawab Sagara, "siap-siap."

Dicky menganga mendengarnya. "Kemana?" tanya Dicky sekali lagi yang tak dijawab oleh Sagara yang kini sudah pergi meninggalkannya, "kemana anjing? Kalau ke luar negeri pasport gue mati su!"

Louis menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Gercep banget tuh orang. Kayak lagi ngejar sesuatu."

"Iya, apa sih yang Sagara kejar?"

Pulang sekolah, Aluna menunggu di depan lapangan indoor—tempat biasa yang dipakai oleh Sagara latihan Taekwondo. Sore ini jadwal rutin latihan Taekwondo, tapi laki-laki itu belum juga kelihatan batang hidungnya. Karna ia merasa lapar dan belum makan, Aluna memutuskan untuk menunggu Sagara di warung bakso depan Merah Putih langganannya. Ia menikmati baksonya sembari menatap murid Merah Putih yang kebanyakan pulang dijemput oleh kendaraan mewah. Kapan ya Aluna bisa merasakan hal seperti itu.

Bahkan sekelas Aqila pun juga dijemput oleh mobil mewah dan sopir. Padahal Aqila bilang kalau Ayahnya itu direktur utama di perusahaan kecil saja. Tidak sebesar perusahaan Ayahnya Sagara.

Pukul 5 lewat, anak-anak Taekwondo sudah mulai keluar melalui gerbang utama Merah Putih. Hal itu membuat Aluna berlari kecil masuk ke dalam sekolah, menuju lapangan indoor. Tapi saat sampai di sana, Aluna sama sekali tidak melihat Sagara. Aluna mengernyit bingung, perasaan ia melihat Sagara masuk ke kelasnya siang tadi, deh. Aluna mendengus kesal, kalau begini, mending Aluna pulang daritadi. Salahnya juga sih, mengapa tidak memeriksa terlebih dahulu.

love me wellWhere stories live. Discover now