25 | i gave into the fire

50 11 11
                                    

Semua yang berhasil masuk di Merah Putih itu bukan cuma yang lulus dari jalur berprestasi, jalur tes dan juga jalur kemitraan saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semua yang berhasil masuk di Merah Putih itu bukan cuma yang lulus dari jalur berprestasi, jalur tes dan juga jalur kemitraan saja. Melainkan ada jalur satu lagi yang sengaja disembunyikan dari permukaan demi menjaga nama baik sekolah dan juga posisi Merah Putih agar tetap di atas. Namanya jalur orang dalam, hanya Anak-Anak dari petinggi, pejabat dan orang-orang penting lainnya yang dapat membantu Merah Putih tetap berada di atas yang bisa masuk lewat jalur ini. Tak perlu repot datang ke sekolah untuk antri mengambil formulir, desak-desakan kumpul formulir dan juga berjuang mati-matian belajar untuk tes.

Tak ada yang perlu mereka lakukan selain hanya duduk diam dan menunggu lalu semuanya akan lancar. Nama anak mereka sudah terpampang di papan kelulusan penerimaan Merah Putih. Bahkan bukan anak-anak itu yang mengejar Merah Putih, melainkan sebaliknya karna orang tua mereka sangat berpengaruh di kota ini. Mereka sangat diperlakukan dengan spesial di sini, kalau bisa Merah Putih akan menyediakan kursi yang terbuat dari emas untuk mereka. Tapi Merah Putih tak mau terlalu menampakkan hal itu.

Merah Putih ingin rahasia itu tetap menjadi rahasia. Walaupun saat ini rahasia itu hampir menjadi rahasia umum.

Kalau ingin melihat 'mereka' yang diperlakukan dengan spesial itu caranya gampang. Cukup pergi ke kantin saja dan amati semua orang. Laki-laki yang kini sedang bermain gitar di meja ujung sana? Bukan, ia peraih nilai Ujian Nasional tertinggi di kotanya, pasti Merah Putih meluluskannya. Lalu, perempuan yang kini sedang bercermin menatap make upnya yang hampir luntur karna udara yang panas? Bukan juga, ia atlet balet kesayangan kota ini. Kalau begitu siapa?

Jawabannya adalah laki-laki yang kini sedang duduk diam membaca buku di meja kantin.

"Gar! Lagi baca apa sih lo?" tanya Eric sembari menaruh semangkuk rice bowl dengan toping daging yang melimpah di hadapan Sagara. Sagara memutuskan untuk memilih makanan itu sebagai makan siangnya.

"Berita," jawab Sagara singkat dan mengalihkan fokusnya pada makanannya.

"Nih lagi ni. Gue liat daritadi baca buku mulu," Eric beralih pada seseorang di samping Sagara. Tapi laki-laki itu tidak terganggu, matanya masih fokus menatap tulisan yang tercetak di buku, "woy Dick! Baca apa sih lo?"

"Anjing gue pusing banget," Dicky menutup buku yang ia baca lalu memejamkan matanya erat, "lama-lama gila gue kalau begini."

Louis menatap buku yang Dicky baca tadi. "Anjing, buku filsafat. Gimana nggak pusing lo!"

Ponsel Sagara berdering, membuat Eric juga ikut berbalik, menatap nama yang terpampang di sana. Sagara pergi dari sana, mengangkat telfonnya di tempat yang sepi.

"Gue kira lo belajar buat kuis nanti."

"Gampang itu mah," jawab Dicky enteng, "jawab asal aja, santai."

"Santai-santai," ejek Louis, "nilai anjlok aja baru ngadu ke Papi."

"Anjing lo," umpat Dicky lalu beralih menatap Louis, "siapa yang nelfon Sagara?"

love me wellWhere stories live. Discover now