12 | stupid feelings

54 12 4
                                    

"Nanti sore jalan-jalan sama gue mau nggak?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nanti sore jalan-jalan sama gue mau nggak?"

"Boleh."

Hanya dua hari Aluna berhasil menghindari Darel. Setelah malam itu, mereka kembali baik-baik saja dan semuanya berjalan seperti biasanya. Malah setelah malam itu mereka jadi lebih dekat. Aluna ke Darel dan Darel ke Bunda Aluna. Darel juga sering main ke rumah Aluna walau hanya untuk melakukan hal yang tidak jelas seperti menemani Aluna mengerjakan tugas Sagara dan mengerjakan pekerjaan rumah. Darel juga sering membantu Aluna dalam pekerjaannya itu walau sudah berkali-kali dilarang oleh Aluna.

Tentang masalah hutang Aluna pada Sagara, Darel tak mau ikut campur lagi. Ia takut salah langkah dan berakhir seperti kemarin. Sagara juga tidak aneh-aneh. Selama ini Sagara hanya menyuruh Aluna untuk mengerjakan tugasnya dan mencuci baju taekwondonya. Di luar itu, Sagara tak pernah menyuruh Aluna.

"Mau kemana emangnya?" tanya Aluna sembari menatap Darel yang sedang memakan siomaynya, "ke Mall lagi?"

Darel menggeleng. "Bosen. Ke danau mau?"

"Ngapain?" Aluna mendelik, "nanti kalau ada buaya gimana?"

"Nggak akan ada," balas Darel, "mau ya?"

"Iya, terserah lo."

Padahal Aluna sudah membayangkan apa yang akan ia dan Darel lakukan di danau nanti. Apakah mereka akan piknik dan makan di pinggir danau, atau malah naik perahu sembari menunggu matahari terbenam. Hal-hal menyenangkan yang entah akan terjadi atau tidak itu sudah Aluna pikirkan setelah Darel mengajaknya. Tapi semua pikiran itu sudah lenyap lebih dulu sebelum Aluna sampai di danau.

Sagara menghancurkan haluannya karna menyuruhnya untuk menemani laki-laki itu berlatih sore ini.

Dan kini Aluna sedang menekuk wajahnya kesal sembari menggambar asal di sketch booknya. Walaupun sudah meminta maaf pada Darel karna rencana mereka hari ini gagal, tapi Aluna masih merasa bersalah. Latihan telah selesai lima menit yang lalu tapi Aluna belum juga sadar. Sagara juga sedari tadi hanya menatap Aluna kesal karna perempuan itu hanya diam di tempat duduknya tanpa menghampirinya seperti kemarin.

Sagara menghela nafasnya, berjalan menaiki tangga tribun dan berhenti di samping tubuh Aluna, menyenggol pelan kaki perempuan itu. "Beliin gue minum."

"Makanan juga?" tanya Aluna setelah memasukan sketch booknya ke dalam tas, "roti atau apa?"

"Air."

Aluna mendengus. "Yaudah tunggu."

Sejak menyuruh Aluna menemaninya latihan pulang sekolah tadi, Sagara sudah tau bahwa Aluna kesal padanya. Aluna menunjukannya dengan sangat jelas lewat raut wajahnya. Dan dengusan Aluna tadi, berhasil membuat suasana hati Sagara tambah tak baik. Saat latihan tadi temannya tak sengaja menendang rahangnya dan kini rahangnya terasa nyeri walaupun bekasnya tak kelihatan.

Di siis lain Aluna berjalan masuk ke dalam sekolah dengan sebotol air di tangan kanannya dan raut wajahnya kesalnya. Padahal Sagara bisa beli air sebelum latihan, kenapa harus memintanya untuk tinggal kalau tugas Aluna cuma untuk membelikan air? Kalau hal kecil seperti itu kan Sagara bisa melakukannya sendiri. Kenapa repot-repot mempekerjakannya hanya untuk pekerjaan gampang seperti ini?

love me wellWhere stories live. Discover now