30 | but in time our feelings will show

57 14 11
                                    

Entah sudah berapa lama Aluna menatap box ponsel baru di hadapannya ini sembari memikirkan banyak hal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah sudah berapa lama Aluna menatap box ponsel baru di hadapannya ini sembari memikirkan banyak hal. Apalagi ucapan Sagara tadi. Aluna membutuhkan ponsel karna ia harus mengabari Sagara. Kenapa seperti itu? Sebelumnya tak pernah seperti itu. Bahkan saat Aluna punya ponsel dulu pun, masalah berkabar itu tak pernah jadi masalah bagi mereka berdua. Tapi kini Sagara malah memberinya ponsel baru dengan seri yang terbaru juga. Ini seri yang baru keluar bulan lalu. Bahkan Yania dan Aqila belum memakai seri ini.

Apa yang terjadi kalau nanti tiba-tiba Aluna memakai ponsel ini? Baru terkena musibah dan ia sudah memakai ponsel dengan seri terbaru. Mungkin Merah Putih akan gempar dan akan menuduhnya karna mencuri ponsel milik orang lain.

Ah ya, saking sibuknya memikirkan ponsel baru ini, Aluna sampai lupa kalau malam ini Sagara menginap di sini. Aluna sama sekali tidak keberatan karna ini adalah apartemen Sagara, Sagara bisa datang kapan saja ke sini. Dengan langkah pelannya, Aluna berjalan menuju sofa, tempat Sagara tidur. Aluna tersenyum kecil menatap wajah Sagara yang sedang terlelap. Aluna tak mau munafik, tapi jujur, Aluna suka melihat wajah Sagara yang sedang terlelap ini. Tanpa sadar, tangan Aluna bergerak memperbaiki helai rambut Sagara yang menutupi wajah laki-laki itu.

"Mimpi indah, Sagara."

Pukul 5 pagi, alarm Aluna berbunyi. Dengan mata yang masih tertutup rapat, tangan Aluna bergerak memencet tombol agar alarmnya mati. Aluna meregangkan tubuhnya sebelum bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju dapur. Aluna menatap sofa yang sudah kosong. Sagara sudah pergi, ya. Aluna menghela nafasnya pelan, berjalan menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya sebelum akhirnya kembali ke dapur untuk membuat sarapan dan bekalnya.

Namun suara tombol pin apartemennya yang dipencet itu membuat jantung Aluna berdebar kencang. Apa ada orang yang mencoba untuk masuk ke apartemennya? Apalagi Aluna lihat diberita kalau ada orang yang suka menyelinap masuk ke dalam kost putri dan melecehkan perempuan di dalamnya. Dengan cepat Aluna mengambil pisau lalu mengarahkannya ke arah pintu. Saat pintu itu terbuka, detak jantung Aluna makin berdebar kencang.

"Ngapain lo nodong pisau gitu?"

Dengan gelagapan, Aluna menaruh pisau itu kembali ke tempatnya lalu tersenyum kikuk. "Kirain maling," ucap Aluna asal membuat Sagara tersenyum geli, "darimana?"

"Gym."

Aluna diam, ia memperhatikan punggung Sagara yang tak tertutup oleh selembar kain pun. Wah, seperti tubuh model iklan protein otot. "O-okey. Nggak pake baju?"

"Kenapa emangnya?" tanya Sagara sembari berjalan menuju dapur—ke arah Aluna juga. Berhenti tepat di hadapan Aluna, membuat Aluna langsung mundur hingga tubuhnya menyentuh lemari pendingin di belakangnya. Tapi bukannya menjauh, dengan senyum jahilnya, Sagara malah semakin mendekat ke arah Aluna.

"Sagara," panggil Aluna pelan sembari berusaha untuk menjauhkan tubuhnya dari Sagara. Jangan terlalu dekat, Aluna takut kalau Sagara bisa mendengar detak jantungnya yang berdebar sangat kencang sekarang.

love me wellWhere stories live. Discover now