20 | not fair

36 8 9
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang akhirnya datang juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang akhirnya datang juga. Semua orang berteriak memberi semangat kepada perwakilan sekolah masing-masing. Di sisi kanan, ada Sagara dari Merah Putih yang kini sedang memasang pelindung kepalanya. Dan di sisi kiri, ada lawan Sagara dari SMA Cita Harapan yang bernama Kifli. Tinggi mereka sama dan berat badan mereka juga tak jauh beda. Ini adalah pertarungan yang sengit, tapi entah kenapa Sagara sama sekali tidak menunjukan wajah khawatirnya. Laki-laki itu sangat tenang, tak seperti kemarin. Padahal ini adalah Finalnya.

Di satu sisi, Sagara tak khawatir mau ia menang atau kalah. Tapi di sisi lain, Sagara ingin sekali menjadi nomor 1. Walaupun sudah menginjak bangku SMA, pikiran Sagara yang itu tak akan pernah hilang dari dirinya. Harus jadi nomor 1, harus jadi yang terbaik dari yang terbaik. Dari kecil, Sagara sudah dibentuk menjadi pribadi yang keras oleh Ayahnya. Walaupun tak selalu di rumah, dulu Ayanhnya selalu menyempatkan diri untuk mengobrol bersama Anak semata wayangnya. Tapi yang dibahas bukan tentang bagaimana hari-hari Sagara atau Sagara berteman dengan siapa.

Melainkan tentang nilai, lomba, kompetisi ataupun turnamen. Ayahnya selalu menyuruh Sagara untuk ikut lomba ini itu, kompetisi ini itu, begitu pula dengan turnamen. Tak heran bila banyak penghargaan, piala maupun piagam terpajang di lemari kaca di rumah Sagara. Karna hal itu, nilai Sagara memang selalu bagus. Kepintarannya memang bisa diacungi jempol tapi tidak dengan sikapnya. Dengan sikap seperti itu, dulu Sagara hampir tidak punya teman di sekolahnya.

Ayahnya selalu bilang padanya, "harus menang."

Sementara dulu Bundanya mengatakan, "menang atau kalah nggak ada bedanya bagi Bunda. Sagara tetap jadi anak Bunda yang paling keren."

Tadi malam, Sagara berbincang kecil dengan Aluna mengenai Final besok. Makin diingat, makin membuat Sagara tidak tenang. Tapi dengan entengnya Aluna mengatakan: "nggak usah khawatir. Ini bukan cuma tentang menang atau kalah, tapi tentang gimana proses lo sampai bisa di titik ini. Lagian, mau menang atau kalah, lo tetep bisa makan mie ayam kesukaan lo itu, kok."

Karna itu Sagara kini bertanding dengan tenang dan tidak gampang terpancing emosi seperti kemarin. Tapi kali ini lawan Sagara lebih berat daripada kemarin. Sagara berusaha mati-matian agar poinnya lebih unggul, tapi lawannya ini selalu berhasil membuat poin mereka jadi seimbang. Ini sudah ronde ketiga tapi poin mereka masih imbang. Bahkan Sagara hampir ketinggalan dua poin karna energinya sudah hampir terkuras habis.

Karna sudah lelah, emosi Sagara sudah tidak bisa terkontrol lagi. Apalagi saat lawannya dengan sengaja memukul bagian wajahnya dengan tangan. Sabeum Sagara terlihat tidak terima, ia meminta untuk Kifli diberikan gam-jeom atau pemotongan poin. Tapi wasit mengatakan bahwa Kifli hanya diberikan peringatan saja. Sagara menarik nafasnya panjang lalu menghelasnya perlahan. Waktu yang tersisa tinggal 1 menit lagi, tapi Kifli masih saja mencoba untuk menaikkan emosi Sagara agar Sagara terpancing dan jadi Sagara yang melakukan pelanggaran itu. Kifli juga menghindar terus, mengulur waktu.

love me wellWhere stories live. Discover now