33 | we lost a lot of things in the fire

56 14 15
                                    

"Aluna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aluna."

Setelah mengetuk pintu dua kali, Yania masuk ke dalam kamar Aluna, duduk di samping perempuan itu. Dari kemarin, Aluna sama sekali belum menyentuh makanan yang sudah tersaji untuknya itu. Bahkan minum air pun tidak. Yang Aluna lakukan sepanjang hari hanya berbaring di ranjang sembari menatap ke luar jendela. Yania tau betul Aluna sedang menyembuhkan dirinya sendiri dengan caranya sendiri. Tapi di sisi lain, Sagara juga butuh disembuhkan oleh Aluna. Karna memang Aluna yang Sagara inginkan saat ini. Berada di posisi ini itu serba salah bagi Yania. Aluna sedang terluka, begitu juga Sagara.

"Gue anter lo pulang ya?"

Ucapan Yania membuat Aluna mengalihkan pandangannya, menatap Yania dengan mata bengkaknya. Jujur saat itu, Yania seperti tak bisa melanjutkan ucapannya. Tapi perkataan Sagara kemarin dan Dicky tadi, membuat Yania benar-benar berada di posisi yang serba salah.

"Sagara butuh lo, Aluna," ucap Yania membuat air mata Aluna menetes lagi, "Nesya udah nggak ada."

Perjalanan ke apartemennya terasa begitu cepat bagi Aluna. Perasaannya kini campur aduk. Sedih, takut dan khawatir semua bercampur sampai Aluna harus duduk di lobby apartemen cukup lama untuk memikirkan apa yang harus ia perbuat saat itu. Tapi akhirnya, Aluna memutuskan untuk naik ke atas dan membuang pikirannya untuk kabur ke Bundanya jauh-jauh. Ia tak mau membuat Bundanya khawatir dan Aluna juga tidak bisa meninggalkan Sagara sendirian dengan kondisi yang seperti itu. Sagara membutuhkannya.

Aluna membuka pintu apartemennya dengan pelan. Gelap. Tapi dalam kegelapan itu, Aluna masih bisa melihat Sagara yang sedang duduk di depan sofa sembari memeluk dirinya sendiri. Aluna mengigit bibir dalamnya kuat lalu duduk di hadapan Sagara.

"Sagara," panggil Aluna pelan.

Perlahan Sagara mengangkat pandangannya, menatap kedua bola mata Aluna yang bengkak, menandakan bahwa Aluna habis menangis dalam waktu yang lama. "Aluna."

"Turut berduka cita, Sagara," ucap Aluna sembari melingkarkan kedua tangannya, mendekap Sagara erat.

Sagara diam, ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Aluna, mendekap Aluna erat dan menenggelamkan kepalanya di lekukan leher Aluna. Rasanya hangat, Sagara merasa aman dan tenang saat dipeluk oleh Aluna. Sama seperti dipeluk oleh Bundanya.

"Aluna, jangan pergi lagi."

Pagi ini Sagara bangun dengan terkejut lagi. Aluna tak ada di sampingnya. Jantung Sagara berdebar dengan kencang, ia keluar dari kamar, mencari Aluna di sana, tapi tak ada. Sagara yang baru saja memakai jaketnya dan hendak keluar mencari Aluna mengurungkan niatnya saat pintu terbuka lebih dulu dari luar. Sagara menghela nafasnya saat melihat Aluna masuk dengan rambut yang basah.

"Mau kemana?"

"Nyari lo," jawab Sagara sembari memperhatikan Aluna yang sibuk menaruh baju renangnya di wadah khusus, "kirain lo pergi lagi."

love me wellWhere stories live. Discover now