24 | city lights

34 9 7
                                    

"Barang lo cuma ini doang?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Barang lo cuma ini doang?"

Karna pertanyaan Sagara, Aluna jadi menoleh, ikut melihat barang yang akan ia bawa ke tempat tinggal barunya. Memangnya harus bawa apalagi selain buku dan baju yang tersisa? Peralatan rumah yang lainnya pun Aluna lihat kemarin sudah lengkap di sana. Jadi karna barang yang Aluna bawa hanya sedikit, Aluna sekalian membawa barang itu ke sekolah. Ia cuma membawa tas sekolahnya dan juga satu tas kertas yang berisi bajunya yang tak terlalu banyak itu.

Anggukan dari Aluna membuat Sagara juga mengangguk. Tau gitu, Sagara bawa motor saja ke sekolah. Ia kira barang Aluna bakalan banyak, jadi Sagara berjaga-jaga dan membawa mobil agar tak perlu lagi menyewa mobil untuk mengangkut barang. Lagipula, siapa sih yang mau mobil sportsnya dijadikan mobil pengangkut barang, selain Sagara?

Pulang sekolah mereka langsung menuju apartemen kemarin. Jalanan yang mereka lewati tidak banyak belok-beloknya, makanya Aluna langsung hafal. Sagara juga memberi tau kalau ada halte bus di timur gedung, jadi Aluna bisa keluar lewat pintu timur agar tak terlalu jauh jalan kaki. Sesampainya di sana, pintu apartemen terbuka dan di sana ada laki-laki memakai baju seragam apartemen tersenyum lebar pada mereka berdua.

"Sudah dibersihkan semua ya Pak," ucapnya. "mau ganti pin apartemennya juga?"

"Iya," jawab Sagara lalu berbalik pada Aluna, "atur pin apartemen lo."

Pin apartemen lo. Apartemen, lo. Aluna seperti diberi hadiah apartemen dari Sagara kalau laki-laki itu berucap seperti itu.

Setelah selesai mengatur pin apartemen, Aluna disuruh masuk terlebih dahulu oleh Sagara sementara laki-laki itu berbincang dengan kru apartemen di luar. Harum yang Aluna hirup saat masuk ke dalam sana. Berbeda dengan kemarin yang sedikit berdebu. Tak sadar, senyum Aluna mengembang. Ia menaruh barangnya di dekat sofa lalu mendekat ke arah jendela. Dari sana ia bisa melihat pemandangan kota. Pemandangan seperti ini yang Aluna impikan setiap bangun tidur. Kalau bukan karna Sagara, mungkin ia tak pernah bisa melihat pemandangan seperti ini.

"Lo suka?"

Aluna berbalik menatap Sagara. "Suka! Makasih banyak ya Sagara! Gue janji bakalan kerja dengan kompeten!"

"Pemandangannya lebih bagus pas malam," ucap Sagara mengalihkan pembicaraan karna ia tak mau Aluna menyadari kalau ia tersenyum karna reaksi lucu Aluna, "yaudah kalau gitu gue balik. Kalau ada apa-apa hubungin nomor yang ada di meja makan."

"Sagara," panggil Aluna membuat Sagara kembali berbalik, "katanya pemandangannya lebih bagus pas malam."

"Iya," jawab Sagara.

"Kalau gitu, kita liat sama-sama?"

Kini mereka berdua duduk di balkon sembari menyaksikan matahari tenggelam dari sana. Mungkin pemandangan ini menjadi salah satu alasan mengapa biaya sewa di sini berhasil membuat Aluna menganga lebar. Dan karna itu, Aluna sempat bertanya kepada Sagara apa Sagara yakin melepas unit apartemen semewah itu kepadanya secara cuma-cuma? Tanggapannya Sagara sangat santai, membuat Aluna langsung berpikir ia harus kerja keras agar Anaknya nanti seperti Sagara. Maksudnya, punya orang tua yang tajir melintir.

love me wellWhere stories live. Discover now