Asp : #1 Terbangun dan Menjad...

By Adinda-Sp

294K 33.9K 1K

WAJIB FOLLOW Adin sebelum baca‼️ WAJIB LIKE and KOMEN‼️ Jan lupa FOLLOW dulu sebelum baca lalu klik tombol LI... More

Eps. 1
Eps. 2
Eps. 3
Eps. 4
Eps. 5
Eps. 6
Eps. 7
Eps. 8
Eps. 9
Eps. 10
Eps. 11
Eps. 12
Eps. 13
Eps. 14
Eps. 15
Eps. 16
Eps. 17
Eps. 18
Eps. 19
Eps. 20
Eps. 21
Eps. 22
Eps. 23
Eps. 24
Eps. 25
Eps. 26
Eps. 27
Eps. 28
Eps. 29
Eps. 30
Eps. 31
Eps. 32
Eps. 33
Eps. 34
Eps. 35
Eps. 36
Eps. 37
Eps. 38
Eps. 39
Eps. 40
Eps. 41
Eps. 42
Eps. 43
Eps. 44
Eps. 45
Eps. 46
Eps. 47
Eps. 48
Eps. 49
Eps. 50
Eps. 51
Eps. 52
Eps. 53
Eps. 54
Eps. 55
Eps. 56
Eps. 57
Eps. 58
Eps. 59
Eps. 60
Eps. 61
Eps. 62
Curhatan Author
Eps. 63
Eps. 64
Eps. 65
Eps. 66
Eps. 67
Eps. 68
Eps. 69
Eps. 71
Eps. 72
Eps. 73
Eps. 74
Eps. 75
Eps. 76
Eps. 77
Eps. 78
Eps. 79
Eps. 80
Eps. 81
Eps. 82
Eps. 83
Eps. 84
Eps. 85
Eps. 86
Eps. 87
Eps. 88
Eps. 89
Eps. 90
Eps. 91
Eps. 92
Eps. 93
Eps. 94
Epilog
10 April 2021
14 Juli 2022

Eps. 70

1.6K 249 21
By Adinda-Sp

Yu Hui segera beranjak pamit dari kamar Ibu Suri dan berjalan ke ruang makan menemui Jiang Heeng. Ia dapati Jiang Heeng yang duduk sendiri dengan segelas susu di tangannya.
"Keponakan ku tersayang"
"Hm?"
"Kenapa kau tak menyentuh makanan mu sedikitpun? Apa kau tak menyukainya?"
"Aku tidak nafsu makan, hanya susu saja sudah cukup"
"Cobalah pie apel ini"
"Tidak, kurasa mereka sudah selesai membersihkan kamarku jadi aku permisi" ucap Jiang Heeng berpaling pergi.
"Jiang Heeng----hahhh-----bodoh, susu yang kau minum justru yang memiliki racun paling banyak"

"Kurasa dia akan tersenyum saat melihat ku menghabiskan segelas susu yang sudah Ia racuni, tapi aku tak bodoh. Aku sengaja menumpahkan susu itu dan meminta yang baru dengan langsung melihat di dapur" guman Jiang Heeng dalam hati lantas kembali ke kamar.

Benar saja, kini kamarnya yang suram dan gelap berubah menjadi kamar yang terang dan bersih. Ia mengecek keluar jendela apakah barang yang Ia sembunyikan masih ada namun betapa terkejutnya saat barang yang Ia sembunyikan telah menghilang.

"Apa? Dimana?"gumamnya dalam hati terkejut.

Ia segera mencari keseluruhan ruang kamarnya namun juga tak kunjung menemukan dimana barang-barangnya berada. Ia juga berfikir tak mungkin menanyakan pada pelayan karena jika Ia bertanya maka mereka akan curiga dengan isinya dan mungkin diantara mereka juga akan ada yang melapor kepada Yu Hui ataupun Ibu Suri. Ia berlari keluar taman dan mencari disekitar situ namun tak juga ditemukannya.
"Agh"isaknya sakit saat kaki kanannya seperti tertusuk duri. "Eh?"

Dengan cepat Ia menghindari sebuah belati yang akan mengenainya. Ia melihat seseorang berbaju hitam berjongkok diatas pohon dan mengawasinya, dengan cepat Ia segera mengejar orang itu hingga Ia keluar dari pekarangan istana.
"Siapa kau?"teriak Jiang Heeng saat orang itu berhenti di hutan belakang istana.

Pria berambut hitam panjang dengan mata merah itu berbalik lantas membuka penutup muka dan topengnya.
"Ahhh-----Paman ke-9?"
"Hai ponakanku tersayang"
"Bukankah Paman-----"
"Kau tak merindukan pamanmu?"
"Kau----sungguh paman ke-9?"
"Apa ini cukup untuk membuktikannya?" tanyanya menunjukkan sebuah token emas milik Pangeran ke-9.
"Paman"panggil Jiang Heeng lantas memeluknya. "Paman kemana saja? Kenapa menghilang?"
"Maaf paman, hanya saja saat itu ayahmu berusaha membunuh paman"
"Apa?"
"Ada beberapa hal yang tak kau ketahui selama ini"
"Tapi---"
"Saat ini, paman hanya menjadi orang biasa dan ku lihat kau berusaha melarikan diri"
"Benar, tapi barang-barang ku"
"Paman yang mengambilnya"
"Apa? Bagaimana dengan isinya?"
"Paman tak membukanya sama sekali, saat itu ada pelayan yang diluar dan melihat barang-barang mu maka dari itu dengan cepat paman mengambilnya"
"Ahhhh syukurlah"
"Memang ada apa dengan barang-barang itu?"
"Ada surat wasiat yang ditulis ayah untuk Nona Besar"
"Nona Besar? Nona Yu Huan?"
"Benar, saat ini istana sedang berebut tahta"
"Aku tau, aku tau semua yang ada di istana"
"Benarkah?"
"Iya, kemampuan mu kini semakin membaik"
"Iya begitulah"
"Kau mau bersamaku untuk mencari Nona Besar?"
"Paman ke-9 mau membantuku?"
"Tentu saja, kau kan keponakanku tersayang"
"Paman ke-9 maaf sewaktu itu pernah menuduhmu ingin merebut ibuku"
"Hm? Bukan apa-apa, itu hanya kesalahpahaman"
"Sekarang aku tau, hanya Paman ke-9 yang peduli denganku. Selain itu semuanya hanya menjadikan ku pion untuk menuju tahta"
"Aku mengerti, jadi kau mau ikut dengan paman dan mencari Nona Besar?"
"Tentu"
"Tapi jangan panggil aku Paman"
"Hm? Lalu?"
.
.
Kedai Xiao Yin,
"Nona ada pesanan 5 porsi lagi"ucap Xin Er.
"Okay"jawabku riang.

"Yeah disini aku sekarang, menjadi penjual mie di kedai sederhana namun memiliki pelanggan setia yang cukup banyak. Aku cukup bangga dan senang dengan semua ini namun masih saja ada perasaan yang mengganjal di hati"gumanku dalam hati.

Hari mulai sore dan kedai pun tutup karena mie yang disediakan juga telah habis. Kulihat mereka semua selesai membersihkan kedai dan sedang beristirahat sembari bercanda.
"Yahhh sekali lagi hari yang melelahkan" ucapku seketika.
"Tidak Nona, ini menyenangkan. Melihat mereka makan dengan lahap-"ucap Xin Er.
"Itu berarti mereka menyukai masakan Nona"imbun Annchi.
"Yahh, kurasa uangnya sudah lebih dari cukup untuk membuat kedai yang diminta Annchi"
"Hm? Ahhh tak perlu Nona"
"Kenapa?"
"Aku sudah sangat senang disini membantu Nona dan yang lainnya, jika aku membuka kedai sendiri aku takut tak akan bisa membantu Nona"
"Dasar, jika kau memiliki kedai sendiri maka kau bisa mengatur segalanya yang menjadi milikmu"
"Uang ditabung saja untuk Nona, Annchi sudah tak ingin lagi. Mungkin sesekali ingin buat tapi untuk kita saja"
"Hahh---baiklah, aku ada kejutan untuk kalian"
"Wahh benarkah?"
"Iya, eum dimana Lin Zhao?"

"Dia keluar, katanya ingin membeli sesuatu"
"Ah begitukah? Kenapa dia tak bilang padaku?"
"Entahlah"
"Kalian mandi dan bersih-bersih diri dulu, setelah itu aku ingin menunjukkan sesuatu"

Mereka segera beranjak dari duduknya sedangkan aku berjalan keluar menunggu kepulangan Lin Zhao. Tak butuh waktu lama, sosoknya datang dari kanan kedai. Ia tersenyum riang padaku dan segera berlari kearahku.
"Dari mana saja kau?"
"Apa Nona menunggu ku sedari tadi?"
"Kau ini enak-enak pergi sedangkan yang lain sibuk mengurus kedai"ucapku menjitak kepalanya.
"Aww ampun Nona, saya sedang membeli ini"ucapnya menyodorkan sekantong plastik kearahku.
"Ini-----"
"Mungkin tak seberapa, tapi Selamat Ulang Tahun yang ke-23 tahun Nona"ucapnya tersenyum tampan.
"Kau----ingat?"
"Tentu saja"jawabnya riang.

Sebuah liontin bunga berwarna merah nampak sangat cantik walau sederhana.
Sontak aku pun memeluknya dan menenggelamkan wajahku ke dadanya yang bidang.
"Nona?"
"Makasih----terimakasih"ucapku.
"Tentu Nona"jawab Lin Zhao membalas pelukan ku dengan erat.

"Maaf jika lancang Nona, tapi sekali saja aku juga ingin memelukmu erat. Tapi tak hanya saat kau merasa senang tapi juga saat merasa duka"guman Lin Zhao dalam hati yang menundukkan wajahnya hingga menyentuh pundak kananku.

"Ehem"suara seseorang membuat kami melepaskan pelukan dan merasa saling canggung.
"Siapa?"tanya Lin Zhao.
"Ouh, Hong An"
"Nona mengenalinya?"
"Dia temanku, kau bisa masuk"
"Baiklah, saya permisi"

Lin Zhao segera berpaling meninggalkan ku berdua dengan Hong An. Aku mengikutinya sedikit menjauh dari kedai menuju hutan.
"Ada apa?"
"Aku ingin berbicara sesuatu"
"Tentang apa?"
"Sebenarnya-----aku-----"
"Pangeran ke-9?"
"Kau-----tau-----"
"Hahhh-------sudah ku duga, kalian memiliki aura yang sama. Walau samar tapi tatapan kalian sama"
"Bukan hanya itu----"
"Apa lagi?"
"Aku-----sebenarnya----"
"Paman"panggil seseorang seketika.

"Ouh, Jiang Heeng?"tanyaku terkejut.
"Nona Besar Yu Huan?"
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Aku ingin minta tolong untuk menjaganya" ucap Hong An seketika.
"Apa? Kau pikir aku buka panti asuhan?"
"Panti asuhan?"
"Ayahku------sudah tiada"ucapnya menyela.
"Aku tau"
"Nona tau?"tanyanya terkejut.
"Aku tau, berita sudah menyebar luas"
"Kenapa Nona justru memilih untuk pergi dari kekaisaran?"tanya Jiang Heeng.
"Entahlah, semua terasa semakin rumit"
"Apa Nona Besar tau kalau Nona ke-7 yang datang?"
"Aku tau, semua wewenang yang ku pegang semuanya ku serahkan padanya"
"Nona Besar"
"Hm?"
"Maaf"ucapnya menunduk hormat.
"Untuk----apa?"
"Maaf atas kesalahan ayahku, dan maaf atas sifatku yang terakhir kali"

"Kau tak perlu seperti itu, tak apa"jawabku yang menyentuh pipinya dengan lembut.

Kulihat air mata yang sedari tadi membasahi pipi mungilnya, bahkan aku dapat merasakan bagaimana dia yang begitu tertekan.
"Aku malu"ucapnya.
"Kenapa? Walau aku berat hati, tapi aku tak bisa menolak"
"Hm?"
"Aku sekarang hanya memiliki sebuah kedai kecil. Kau yakin akan tinggal denganku?"
"Eumm-----"

Aku membawanya masuk, Xin Er dan yang lain pun kini sudah bersih dan kami saling duduk bersama. Mereka menatap aneh kearah Hong An dan Jiang Heeng, karena sosoknya yang mencurigakan bagi mereka.
"Aku tinggal dengan mereka semua" ucapku.
"Maksud Nona, aku juga akan-----"
"Memang kenapa? Jika kau tak ingin disini, maka pergilah"bentak Zhu Ji.
"Zhu Ji"ucap Xin Er menutup mulutnya.

"Aku ingin mengajaknya tinggal denganku, tapi aku tinggal di sebuah gua. Dia lebih tidak terbiasa"ucap Hong An.
"Ah begitu"

"River juga belum selesai dalam pemindahan dan Beowulf juga belum selesai dalam pembuatan jalan pintas, aku tak yakin apakah anak manja ini bisa hidup di tempat yang sempit seperti ini" gumanku dalam hati.

Pada akhirnya, aku pun setuju dengan adanya Jiang Heeng yang ikut tinggal di rumah Xin Er itu. Namun beda halnya dengan Zhu Ji yang justru terlihat begitu membencinya.
"Ini kamarmu"ucapku yang membuka sebuah pintu.
"Aku--satu kamar dengan mereka berdua?" tanyanya terkejut.
"Masih untung kau diijinkan tinggal disini dan masih untung aku mau berbagi tempat tidur denganmu"ucap Zhu Ji ketus.
"Maksudnya----aku tidur dengannya?"
"Aku tak mau tidur di lantai, kau yang pendatang jika tak mau maka kau bisa tidur di lantai"ketus Zhu Ji sekali lagi.
"Hahh-----Annchi, kau akan tidur dengan Xin Er sedangkan ranjangmu sementara akan di pakai Jiang Heeng. Okay?"
"Baik Nona"
"Kenapa begitu? Kenapa tidak suruh dia saja yang tidur dengan Kak Zhaizhai atau Kak Lin Zhao?"
"Zhu Ji, kau mau tidur di luar?"
"Tidak Nona"
"Maka menurut saja. Beristirahatlah, aku dan Xin Er akan menyiapkan makan malam"

Aku berpaling meninggalkan mereka bertiga di kamar, Jiang Heeng tampak berjalan ke arah meja yang cukup usang dan mengelilingi kamar kecil itu.
"Ini-----sebaiknya kau mandi dan berganti lah pakaian"ucap Annchi yang memberikan sepasang baju milik Zhu Ji.
"Itu baju ku----"
"Kak Zhu Ji, jangan seperti itu"
"Kenapa? Lagi pula aku lebih tua darinya"
"Aku tak ingin memakai baju lusuh seperti itu, aku mau baju tidurku"ucap Jiang Heeng seketika.
"Baju tidur?"
"Dasar tak tau diri, ku sarankan jangan meminta hal yang aneh-aneh dan mahal ke Nona kami. Aku tak ingin Nona kesulitan karena mu, ayo Annchi kita keluar dan membantu Nona memasak" ucap Zhu Ji menarik Annchi lantas berpaling pergi.

"Ayah-----kenapa hidupku sekarang menjadi seperti ini?"guman Jiang Heeng menahan tangisnya.

Tak berselang lama, 6 porsi Spaghetti hangat tersaji di meja. Mereka segera berkumpul sembari menghadap ke piring masing-masing.
"Apa ini?"tanya Jiang Heeng terkejut.
"Spaghetti, kau tak tau?"tanya Annchi.
"Ini tidak mirip seperti Spaghetti yang ada di tempat asalku"
"Jangan banyak protes, jika tak mau kau bisa pergi!!"ketus Zhu Ji.

"Kenapa hanya 6 porsi?"tanya Hong An.
"Aku tadi hanya menyisakan 6 porsi, karna tak tau akan kedatangan 2 tamu. Kalian makan saja, aku dan Lin Zhao sudah sering tidak makan"jawabku.
"Aku akan menimba air untuk mengisi bak mandi"ucap Lin Zhao berpaling.

"Kau makanlah"ucap Hong An memberikan.
"Tak perlu, aku tahan lapar. Cobalah, semoga kalian suka"ucapku tersenyum.
"Aku tak mau makan"ucap Jiang Heeng berpaling menuju kamar.
"Jiang Heeng---"

"Kalian lanjutkan saja, kau Hong An disini dan makan. Aku akan berikan itu pada Jiang Heeng"ucapku mengambil piring Jiang Heeng lantas menyusulnya.

Krietttttt--------------
"Pergi, aku ingin sendiri!"ucapnya ketus.
"Begitukah sifat dari Putra Mahkota?"
"Aku ingin sendiri"ucapnya meringkuk.
"Jiji-si"
"Jangan memanggilku seperti itu karena kita tidak akrab sama sekali"
"Makanlah, jika kau sakit kau tak bisa balas dendam untuk ayahmu"ucapku sembari menaruh sepiring Spaghetti di tempat tidurnya lantas berpaling keluar.

Pagi hari,
"Ouh, kau sudah bangun?"ucap Xin Er saat melihat Jiang Heeng yang berdiri didepan pintu dapur.
"Aku seorang Putra Mahkota, kenapa kau berani berbicara informal padaku!"
"Eh?"

"Tak ada kasta disini!! Berhentilah berlaga bahwa kau seorang Putra Mahkota, cukup nikmati saja apa yang ada"ucapku yang baru saja masuk ke dapur.
"Dimana paman Hong?"
"Dia pergi, sebaiknya kau bantu aku mengelap meja dari pada hanya berdiri seperti itu" ucapku yang melempar sebuah kain lap.
"Tidak! Aku tak akan melakukannya"
"Lalu kau hanya ingin menumpang? Maka pergilah dan pikir saja sendiri bagaimana cara balas dendam atas kematian ayahmu" ucapku berpaling keluar menuju kebun di belakang.

Kamar Zhu Ji,
"Hoamm, eh? Kemana perginya anak manja itu?"tanya Zhu Ji yang terbangun dan tak melihat keberadaan Jiang Heeng.

Ia segera keluar dari kamar dan mendapati Jiang Heeng yang sedang mengelap beberapa meja.
"Apa yang kau lihat?!"ucap Jiang Heeng ketus.
"Baguslah kau akhirnya sadar diri dan mau membantu"
"Diam kau!"

Kedai pun dibuka.

Disisi lain,
Istana Kekaisaran Tianlu,

"Yang Mulia, bagaimana ini? Rakyat menuntut penurunan pajak dan----"ucap Kasim Xuan.
"Aku sudah dengar, ini yang aku takutkan. Jika sembarangan memberikan tanggung jawab ke orang yang tidak tepat"ucap Sang Raja melirik Permaisuri yang duduk di sampingnya.
"Maaf Yang Mulia, karena kesalahan saya-"

"Yang Mulia, sudah beberapa hari ini saya meminta beberapa prajurit untuk mencari keberadaan Nona Besar. Mungkin Nona Besar akan segera di temukan dan dapat memperbaiki kekacauan yang terjadi" ucap Selir Pertama.
"Saya juga mengirim orang untuk mencari keberadaan Nona Besar, namun masih belum ada kabar Yang Mulia"imbun Selir ke-2.
"Hahh---kirim surat untuk anak ke-7, minta dia segera kembali untuk membantuku menyelesaikan permasalahan di Tianlu"
"Maaf Yang Mulia, tapi hal itu tidak bisa" jawab Kasim Xuan.
"Jika anak ke-7 kembali sebelum menyelesaikan permasalah di Zitian, takutnya Zitian justru akan memandang rendah kerajaan kita Yang Mulia"ucap Selir ke-2.
"Hah----benar, tapi aku sendiri pun juga tak bisa menyelesaikan tanpa adanya bantuan---"

"Ayahanda, ijinkan saya mengambil alih semua permasalahan di Tianlu ini. Saya yakin akan bisa menyelesaikan semuanya"

Jangan lupa vote dan komennya ya gaes ❣️
Aku butuh dukungan kalian 🤗

Bau-baunya ada tokoh baru nih, hayo tebak cowok ato cewek?

Komen di bawah,

Next?

Continue Reading

You'll Also Like

85.8K 13.3K 30
Queen itu goblog dan ceroboh. Kingsley itu gampang marah Bagaimana jika si pangeran angkuh itu harus terjebak bersama gadis penyihir yang membuat kep...
6.3K 640 102
Hidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan p...
318K 19K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
60.1K 8.7K 30
Jauh-jauh dari Daegu ke Seoul cuma buat masuk ke kandang buaya. #bxb #taegyu Ini lapaknya taegyu ya. Ceritanya ga jelas.