PERFECT DEMON || Day and Nigh...

By NihaOsh

4.6M 407K 176K

[17+] Kim Ara, gadis 20 Tahun yang terperangkap di Mansion mewah milik Jung Jaehyun, ketua Mafia yang bersemb... More

DEMON || 00
DEMON || 01
DEMON || 02
DEMON || 03
DEMON || 04
DEMON || 05
DEMON || 06
DEMON || 07
DEMON || 08
DEMON || 09
DEMON || 10
DEMON || 11
DEMON || 12
DEMON || 13
DEMON || 14
DEMON || 15
DEMON || 16
DEMON || 17
DEMON || 18
DEMON || 19
DEMON || 20
DEMON || 21
DEMON || 22
DEMON || 24
DEMON || 25
DEMON || 26
DEMON || 27
DEMON || 28
DEMON || 29
DEMON || 30
DEMON || 31
DEMON || 32
DEMON || 33
DEMON || 34
DEMON || 35
DEMON || 36
DEMON || 37
DEMON || 38
DEMON || 39
DEMON || 40
DEMON || 41
DEMON || 42
DEMON || 43
DEMON || 44
DEMON || 45
DEMON || 46
DEMON || 47
DEMON || 48
DEMON || 49
DEMON || 50
DEMON || 51
DEMON || 52
VOTE COVER
INFO PO
SHOPEE (TERBATAS!!)
SHOPEE MALAYSIA
READY STOCK TERBATAS!
[NEW COVER] OPEN PO KUOTA TERBATAS
Link Shopee Perfect Demon

DEMON || 23

72.8K 7.7K 2.2K
By NihaOsh

Kuy spam komen! Jangan lupa Vote juga ya. Makasih 🤗

.
.
.

Pagi-pagi sekali Ara kembali dari apotek, ia tanpa menyapa teman-temannya langsung memasuki kamar dan menguncinya dari dalam.

Sesekali ia tersandung kakinya sendiri karena terburu-buru.

Ara mengeceknya pagi itu menggunakan tespack. Jantung berdebar ketika menunggu gari itu terlihat nyata.

Jantung semakin sakit ketika berdebar semakin keras, sampai akhirnya ia terduduk di atas closet yang tertutup melihat garis dua muncul di testpack tersebut.

"G-gak mungkin" lirih Ara dengan suara gemetar. Ia merasa malu pada dirinya sendiri, ia makh ketika mengandung anak dari pembunuh keluarganya. Bagimana reaksi orang tuanya jika mereka tahu

"Astaga Ara hks.. lo memang bodoh" Ara menangis lirih, mengabaikan rasa peningnya yang sejak tadi berkeliaran di kepalanya.

**

Ara keluar dari kamarnya untuk makan siang, sebab ia telah melewatkan sarapan pagi karena merasa mual. Sungchan sudah pergi kuliah, menyisakan ia, Jaemin, dan Jeno di rumah itu.

"Aku kuat gak makan seharian, tapi karena ada kamu, aku rela maksain makan siang ini" gumam Ara hanya ia yang dapat mendengar.

Ara terpikirkan soal bayinya, bahkan ia terus berfikir bagaimana kehidupannya dan bayinya jika sudah lahir? Ia takut hidup dalam kesengsaraan, atau mungkin jika Jaehyun tau pria itu akan marah dan memukulnya lagi.

Entahlah, pikiran Random Ara terus tertuju pada hal buruk. Pikiran itu tak baik untuk kesehatannya.

Ara melihat hanya ada soup ayam disana, ia pun memakan Soup ayam dengan nasi. Ara memaksakan makan walau hanya beberapa suap.

"Ra, hari ini gue harus pulang" ujar Jeno seraya menghampiri Ara.

"Kenapa? Ada hal mendesak?"

"Gak terlalu penting buat gue, tapi nyokap gue minta anter ke rumah sakit, adik gue sakit"

Ara mengerutkan dahinya. "Adik?" Tanya Ara, sebab yang ia tahu adik laki-lakinya Jeno telah meninggal dunia karena karena kecelakaan mobil bersama ayahnya.

Jeno terdiam sejenak, lalu ia tersenyum kecil. "Nyokap gue adopsi anak, dia seumuran Dean" sahut Jeno, Dean adalah adiknya yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu.

"Oh bagus kalau gitu, biar nyokap lo gak kesepian lagi" ujar Ara, dan Jeno mengangguk.

Jeno memperhatikan wajah Ara dari samping, wajah yang sendu dan mata yang sembab. Tidak ada pewarna bibir, yang ada hanya kulit pucat.

Jeno menaruh punggung tangannya di dahi Ara, membuat Ara menyingkirkan tangan itu.

"Gue baik-baik aja"

"Lo demam" ujar Jeno.

"Ini bakal sembuh"

"Gue antar ke rumah sakit sekarang"

"Gak perlu, lo pergi aja" ujar Ara seraya beranjak dari kursi, ia membawa mangkukmya denan tangan gemetar.

Nafasnya mulai memburu hebat, ketika ia sampai di wastafel, tubuhnya tiba-tiba limbung dan terjatuh, menyebabkan mangkuk itu pecah menimbulkan suara nyaring.

Jeno yang melihat itu terkejut, ia menghampiri Ara dan berusah membangunkan Ara, namun hasilnya nihil.

Jeno segera membawa Ara kerumah sakit dengan mobilnya, bahkan ia mengabaikan Jaemin yang bertanya ada apa dengan Ara.

Dan siang itu, Jeno membawa Ara ke rumah sakit seorang diri.

Ara di periksa oleh dokter di UGD, sementara dirinya menunggu di luar dengan raut wajah cemas.

Tak lama seorang dokter keluar dan meminta Jeno untuk menemuinya di ruangan khusus yang terpisahdengan UGD.

Kini, Jeno dan dokter Jang sudah duduk berhadapan di ruangan tersebut.

"Sebelumnya Saya mau mengabari, bahwa Pasien tengah mengandung. Usianya baru dua minggu. Selamat ya pak" ujar dokter Jang seraya tersenyum ramah, namun membuat Jeno terdiam tanpa kata.

"Sayangnya, kandungan Pasien cukup lemah. Pasien juga memiliki luka dalam yang belum sepenuhnya pulih. Apa sebelumnya Pasien melakukan kerja dengan keras dan sering?"

Jeno menggeleng kecil.

Dokter Jang menghela nafasnya. "Pasien mengalami dislokasi di beberapa tulang, namun belum sepenuhnya pulih. Dislokasi itu disebabkan oleh pukulan atau benturan, terutama di bagian jemari kanan, tulang bahunya, dan pergelangan kakinya"

"A-apa? Separah itu?"

"Semua itu dalam proses pemulihan, hanya saja memang prosesnya lama. Saya menyarankan agar Pasien banyak beristirahat di rumah, karena kandungannya yang lemah" ujar Dokter Jang seraya menuliskan resep di sebuah kertas.

"Dan tolong jangan banyak pikiran untuk pasien, pasien mulai stress dengan pikirannya sendiri. Dan itu tidak baik untuk kesehatan dirinya dan janinnya" lanjut Dokter tersebut.

"Ini obat-obat yang harus anda tebus" dokter Jang memberikan selembar kertas pada Jeno, dan Jeno menerimanya.

"Baik, saya permisi" gumma Jeno, lalu beranjak dari kursi dan keluar dari ruangan tersebut.

Raut wajahnya terlihat dingin, ia menghampiri Ara di ruang UGD yang sudah tersadar.

Ara duduk di pinggiran brankar seraya memegang kepalanya sendiri. Lalu matanya bertemu tatap dengan Jeno.

"Ayo pulang" ujar Jeno, dan Ara mengangguk kecil.

Jeno pun berjalan lebih dulu, membuat Ara berusaha menyeimbangkan langkahnya. Jeno terlihat dingin dan menyeramkan, membuat Ara yakin bahwa Jeno sudah tahu akan kehamilannya.

Kini Jeno dan Ara sudah berada di dalam mobil, Jeno tak kunjung melajukan mobilnya.

"Anak siapa?" Tanya Jeno tanpa menatap Ara, membuat jantung Ara berdebar kencang.

Ara menunduk memainkan jemarinya, ia merasa malu dan takut.

"Anak Jaehyun?" Tanya Jeno seraya memandang Ara, tiba-tiba Ara meneteskan air matanya dan mengangguk kecil.

"Oh, ternyata selama sebulan ini lo jadi jalangnya Jaehyun?"

Ara sontak membalas tatapan Jeno. "Kenapa ngomong gitu?"

"Lo pulang ke rumah ketika lo udah hamil, apa lagi kalau lo bukan jalangnya Jaehyun?"

"Kenapa lo ngomong gitu Jen? Harusnya lo tanya apa yang terjadi sama gue" ujar Ara yang mulai terisak.

"Lo sendiri yang bilang, kalau lo gak mau bahas soal lo yang di rumah Jaehyun selama kurang lebih sebulan ini" desis Jeno yang membuat Ara tak menyahut lagi. Ia semakin terisak lirih.

"Sekarang lo hamil anak pembunuh orang tua lo, Ra. Apa lo gak sadar?! Pantes Jaehyun kasih lo uang sebanyak itu!"

"Gue bukan jalang, Jeno. Itu semua masih uang Jaehyun"

"Terus kalau bukan jalang apa? Sampe lo hamil kayak gini, Ara!" Bentak Jeno lagi.

Ara menatap Jeno dengn mata basahnya, tangisan lirihnya berubah menjadi tersedu-sedu.

"Gue pikir lo bakal nenangin gue, g-gue pikir lo bakal tetep nerima gue, tapi nyatanya lo malah ngatain gue sekasar itu. Gak apa-apa kalau lo kecewa, gue emang bego. Tapi gue masih punya hati, nerima kata jalang itu sulit buat gue" ujar Ara di sela tangisannya.

Jeno hanya diam, tatapannya menajam.

"Gue harus pulang ke rumah nyokap, lo tebus sendiri obatnya" gumam Jeno seraya melempar asal kertas itu pada Ara, membuat Ara merasa sakit hati.

Ara pun meraih kertas itu dan keluar dari mobil Jeno, menutup pintu mobil Jeno dengan keras. Dan mobil itu melaju dengan cepat meninggalkannya di parkiran depan rumah sakit.

Harusnya ia tidak terkejut dengan respon orang-orang yang akan kecewa padanya. Ia hanya tak menyangka Jeno benar-benar mengatainya jalang.

Ara mengusap air matanya, ia berjalan menuju halte bus yang agak jauh dari rumah sakit.

Tubuh ringkihnya begitu lemas jika dipandang, Ara sedang tidak baik-baik saja. Mendapat siksaan dari Jaehyun membuat rasa sakit di tubuh dan hatinya terus kembali.

Ara tersentak ketika seseorang menarik tangannya menuju ke belakang toto.

Ara terkejut melihat kehadiran Jaehyun di hadapannya, pria itu baru saja menurunkan maskernya, dan menatapnya dengan tajam.

"Apa yang kamu lakuin disini? Kenapa kamu nangis?"

Ara memasukan kertas itu ke dalam kantung kardigannya tanpa menimbulkan kecurigaan.

"Aku dari rumah sakit"

"Kenapa pergi sendirian?!" Bentak Jaehyun yang terlihat kesal, dan Ara tak menyahut, ia mengusap air matanya yang sejak tadi menetes.

"Udah aku bilang, buat selalu diam di rumah atau jangan pergi sendiri!"

"Aku gak ada masalah sama siapapun, kenapa aku harus sembunyi?"

"Bukan masalah itu, tapi aku khawatir uang yang kanu pegang, Ara. Orang-orang disana berusaha buat ambil alih semua itu"

Ara meremat samping kardigannya, hatinya bertambah sakit dengan perkataan Jaehyun.

Ara meringis ketika Jaehyun mencengkram bahunya dengan keras. "Jangan pernah keluar sendirian lagi" desis Jaehyun, dan Ara kembali meneteskan air matanya.

"Iya"

Jaehyun menghela nafasnya, lalu melepaskan cengkramannya. "Pulang naik taksi aja, ayo" ujar Jaehyun seraya menarik tangan Ara, dan Ara hanya pasrah.

Jaehyun memberhentikan taksi, lalu membukakan pintu untuk Ara.

"Kamu mau kemana setelah ini?" Tanya Ara ketika ia sudah duduk di dalam sana.

"Bukan urusan kamu, jaga diri baik-baik" gumam Jaehyun, lalu menutup pintu taksi.

Taksi itu pun melaju menjauh, Ara kembali menangis lirih. Ia tidak tahu dosa apa yang ia perbuat di masa lalu hingga mendapatkan hal semenyakitkan ini.

**

Jam menunjukan pukul 11 malam, Jaehyun nampak keluar dari toilet sehabis membersihkan diri.

"Paman, biarkan aku tinggal disini untuk sementara. Akan kubayar nanti biayanya" gumam Jaehyun seraya memakai kaos milik seorang pria yang ia panggil paman.

Pria itu adalah Shim Changmin, teman dekat Jung Yunho sekaligus direktur perusahaan J-group 4 Tahun yang lalu.

Kini Changmin tinggal di sebuah rumah kecil yang agak jauh dari pemukima kota. Ia benci orang-orang mengenalnya sebagai koruptor, sebab kasusnya sempat menghiasi berita di korea.

Changmin tidak dikenai hukuman karena dijamin oleh Yunho sendiri, hanya saja dengan syarat Changmin dipecat dan disita seluruh hartanya.

"Pergi, jika Minho menemukanmu disini yang ada aku mati lebih dulu" sahut Changmin seraya berkutat dengan laptopnya sendiri. Pria berumur yang masih terlihat tampan itu bekerja dari laptopnya, entah apa yang pria itu kerjakan nampaknya Jaehyun tidak peduli.

"Minho tidak akan tahu tempat sempit ini, jangan coba-coba mengusirku, atau kulempar kau ke kandang Axton" gumam Jaehyun, dan Changmin hanya diam.

"Akan kupikirkan cara mengambil kembali harta ayahku" ujar Jaehyun lagi.

"Terserah"

Jaehyun pun pergi, ia terlihat rapi dengan Jeans hitam, kaos putih polos, jaket kulit, dan topi serta masker.

Kaki panjangnya melangkah menjauh dari rumah itu, sampai akhirnya ia menaiki bus untuk pergi menemui seseorang terdekat ayahnya selain Changmin.

Sebab Jaehyun masih berkabar dengan Lee Minhyuk, dan Minhyuk bilang bahwa Jung Yunho hanya memberikan 50% hartanya pada Minho, Lucas, dan Qian. 50% lagi entah berbentuk apa, Yunho nampaknya menyembunyikan semua itu dari keserakahan istri barunya.

Langkah turun di pemberhentian selanjutnya, namun alngkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang wajahnya tak asing untuknya.

Jaehyun mengerurkan dahinya bingung, ia tidak mungkin salah lihat, matanya masih normal.

Jaehyun pun berjalan mendekati orang itu yang baru saja berjalan melewatinya dengan kantung plastik di tangannya.

Jaehyun mengikuti orang itu, hingga akhirnya Jaehyun menarik tangan orang tersebut dan membawanya ke tempat sepi.

Gadis itu terkejut ketika melihat Jaehyun di hadapannya, sontak ia memundurkan langkahnya, namun Jaehyun lebih dulu mencengkram leher gadis itu dan membenturkan punggungnya ke dinding.

"Ahk! T-tuan, maafkan saya hks. Maaf. Tolong jangan bunuh saya" ujar Gadis itu yang mulai terisak lirih.

"Bagaimana bisa kamu masih hidup, Kim Minjeong?" Desis Jaehyun.

"A-ahk! T-tuan. Hks maaf" kim Minjeong terlihat kesakitan ketika Jaehyun semakin mencengkram lehernya.

"Jawab pertanyaanku, sialan!"

"T-tuan Lucas" sahut Minjeong dengan suara gemetar, membuat Jaehyun mengendurkan cengkramannya.

"Kau telah membunuh Ayahku, kau tidak pantas untuk hkdup" desis Jaehyun dengan tatapan tajam.

"B-bukan saya hks, bukan saya Tuan. Saya hanya diperintahkan Tuan Minho untuk memasukan bubuk putih yang katanya vitamin ke dalam kopi Tuan besar" ujar Minjeong disela tangisan ketakutannya.

"Jangan berbohong!"

"Saya berani bersumpah! Ampuni saya, Tuan. Hks Nona Ara" ujar Minjeong yang membuat Jaehyun mengerutkan dahinya.

"Saya pikir saat Tuan Minho memberikan bubuk putih itu terekam kamera milik Tuan Lucas, saat itu Tuan Lucas bersama saya di dapur untuk membuat kue. Dan memorinya saya berikan pada Nona Ara untuk berjaga-jaga"

Jaehyun terdiam sejenak.

"Saya bersumpah Tuan, bukan saya hks. Maafkan saya" Minjeong begitu ketakutan, tangannya gemetar hebat.

Jaehyun mendorong bahu Minjeong lagi. "Jika kau berbohong, bersiaplah untuk mati yang kedua kalinya"

.
.
.
.
.
Tbc

Next?

Continue Reading

You'll Also Like

200K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
BIG BOSS By SenjaOen

Teen Fiction

93.1K 11.5K 82
Bagaimana rasanya kalau elu dicium musuh bebuyutan elu? Bahkan itu adalah ciuman pertama elu. Elu membencinya selama dua tahun ini, karena keberadaan...
117K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
38.6K 3.9K 9
Pada awalnya Mereka hanya saling memanfaatkan satu sama lain, Hingga persaan asing mulai tumbuh di antara mereka. Ini hanya kisah 2 orang adam yang...