PERFECT DEMON || Day and Nigh...

By NihaOsh

4.6M 407K 176K

[17+] Kim Ara, gadis 20 Tahun yang terperangkap di Mansion mewah milik Jung Jaehyun, ketua Mafia yang bersemb... More

DEMON || 00
DEMON || 01
DEMON || 02
DEMON || 03
DEMON || 04
DEMON || 05
DEMON || 06
DEMON || 07
DEMON || 08
DEMON || 09
DEMON || 10
DEMON || 11
DEMON || 12
DEMON || 13
DEMON || 14
DEMON || 15
DEMON || 16
DEMON || 17
DEMON || 18
DEMON || 19
DEMON || 20
DEMON || 21
DEMON || 23
DEMON || 24
DEMON || 25
DEMON || 26
DEMON || 27
DEMON || 28
DEMON || 29
DEMON || 30
DEMON || 31
DEMON || 32
DEMON || 33
DEMON || 34
DEMON || 35
DEMON || 36
DEMON || 37
DEMON || 38
DEMON || 39
DEMON || 40
DEMON || 41
DEMON || 42
DEMON || 43
DEMON || 44
DEMON || 45
DEMON || 46
DEMON || 47
DEMON || 48
DEMON || 49
DEMON || 50
DEMON || 51
DEMON || 52
VOTE COVER
INFO PO
SHOPEE (TERBATAS!!)
SHOPEE MALAYSIA
READY STOCK TERBATAS!
[NEW COVER] OPEN PO KUOTA TERBATAS
Link Shopee Perfect Demon

DEMON || 22

73.7K 7.8K 2.1K
By NihaOsh

Jangan lupa Spam Komen, dan juga Vote.

Terimakasih...

💚💚💚

.
.
.

Pukul 8 malam, Jaehyun dalam perjalanan entah kemana, tangannya diikat dan dihimpit dua penjaga di samping kanan kirinya. Wajah Jaehyun terlihat babak belur, kemeja putihnya kotor.

"Ingatkan aku untuk memenggal kepala kalian setelah aku kembali dengan semua hartaku" gumam Jaehyun tak berharap disahuti, ia hanya ingin mereka tahu. Dan Jaehyun diam-diam menghafal wajah-wajah itu.

Jaehyun berdecih ketika mobil berhenti karena lampu merah. Benar-benar bodoh pikirnya, mana ada orang mencukik melewati jalanan penuh cctv.

Jaehyun menggerakan lehernya sejenak. Otak cerdasnya mulai bekerja, sejak tadi ia menggenggam kayu runcing seukuran jari telunjuknya yang ia ambil dari gudang tempat ia disekap.

Jaehyun beruntung kedua tangannya diikat di depan tubuh, membuatnya mudah untuk menancap salah satu mata orang di sampingnya.

"Aaarghhhhh" teriak penjaga di samping kanan Jaehyun, Jaehyun dengan sigap kembali menancapkan ujung kayu itu di mata penjaga di samping kirinya.

Orang di depan Jaehyun terkejut, dengan sigap Jaehyun meraih pistol di saku celana orang di samping kirinya, menembak kepala dua orang di depannya, dan kemudian menembak dada dua orang di samping kanan kirinya.

Jaehyun memandang mereka dengan pandangan tidak percaya.

"Ohh kalian benar-benar bodoh, dimana Minho memungut sampah-sampah ini untuk dijadikan penjaga?" Gumamnya.

Jaehyun mengambil beberapa lembar won dari saku mereka setelah melepaskan ikatan tangannya dengan pisau lipat disana, lalu membuka pintu dan keluar dengan agak tertatih.

Jaehyun tersenyum kecil ketika suara klakson mobil terdengar bersahut-sahutan, sebab mobil yang ia tumpangi tadi tidak berjalan ketika lampu hijau menyala.

Jaehyun mengerang kecil merasakan sakit di tubuhnya, namun ia tetap berjalan gontai. Tidak ada tujuan pasti untuknya saat ini, sebab Minho akan kembali menemukannya jika ia tidak pergi sejauh mungkin dari daerah sini.

**

Ara bersyukur masih menyimpan ponsel lamanya. Kini Ara baru sampai di parkiran stasiun kereta, ia menggunakan mobil Jeno untuk sampai disini.

Ara berjalan menuju lantai 1 sesuai petunjuk pada kertas yang ia temukan di dompetnya.

Setelah sampai, Ara bingung dengan maksud nomor 94, apakah ia harus menaiki kereta dengan kursi nomor 94? Lalu?

"Huh... berfikir Ara" gumamnya pada diri sendiri, ia mengelilingi lantai 1 ini, pandangannya mengedar keseluruh lantai 1 yang ramai dan luas.

Ara melangkahkan kakinya menuju deretan loker di pojok sana, Ara tersenyum kecil melihat angka 94 yang menempel di salah satu pintu loker.

Ara memasukan angka tanggal, bulan, dan tahun lahirnya. Seketika pintu loker itu terbuka, memperlihatkan satu dompet kartu berwarna hitam.

Ara memasukannya ke dalam tas, lalu menutup lokernya seperti semula. Ia pergi menuju toilet d stasiun.

Ara memasuki salah satu biliknya dan mengeluarkan kartu yang ternyata berisi 2 black card dan satu kartu debit biasa. Dan secarik kertas lagi.

Winsle County Town House, Gyeonggi-do, Seoul. No. 23.

Ara mendengus kecil, ia tidak mengerti kenapa sekarang kertas ini berisi alamat rumah di sebuah komplek mewah.

Ara memandang blackcard di tangannya, ia yakin isinya tidak main-main.

"Oh apa yang harus gue lakuin" gumamnya dengan lirih, sementara kakinya sudah terasa sakit, padahal hanya berjalan sebentar saja.

Ddrrtt
Ddrrtt

Ara menjawab panggilan Jeno.

"Ya?"

"Lo dimana?!"

Ara terkejut ketika Jeno terdengar marah, mengingat ia pergi tanpa sepengetahuan Jeno, bahkan mencuri kunci mobil Jeno di atas nakas.

"Dijalan, mau pulang"

"Lain kali jangan pergi sendiri"

"Iya, Jeno"

Pip

Ara memustuskan sambungannya, lalu segera pergi dari sana. Tanpa ia sadari, ada orang lain yang mencari keberadaannya, namun beruntungnya ia pergi dengan sigap.

**

Sesampainya di rumah, Ara berkumpul dengan ketiga temannya di kamar Sungchan. Ara mengeluarkan dua blackcard dan satu kartu debit biasa, membuat ketiganya terkejut.

"Lo meres si Jaehyun?" Celetuk Sungchan yang membuat Ara mendengus kecil.

"Darimana semua ini, Ra?" Tanya Jeno.

"Isinya gak kosong kan?" Tanya Jaemin.

"Jadi, sebelum Jaehyun pergi dia bilang gue harus pake coat kalau gue keluar tanpa dia. Nah coatnya tadi pagi gue pake buat pulang kesini. Gue dapet secarik kertas ini" ujar Ara seraya menaruh kertas itu di atas meja pendek.

"Gue berhasil buka lokernya, dan isinya ada dompet dan kartu ini" ujar Ara lagi menunjuk kartu-kartunya.

"Dan, alamat rumah" Ara menaruh kertas lagi di atas meja.

"Biar gue liat isinya" ujar Jaemin seraya meraih black card dan ponselnya.

Jaemin memasukan nomor kartu tersebut, entah bagaimana caranya ia mampu mengecek siapa pemilik kartu tersebut.

"Huh? Ini atas nama lo Ra" ujar Jaemin seraya menunjukan nomor rekening dan tertera nama Kim Ara disana, membuat Ara mengerutkan dahinya.

"Buat apa Jaehyun bilin rekening atas nama gue" gumam Ara.

"Coba cek saldonya" ujar Sungchan, dan Jaemin pun mengangguk.

"Eh tapi pinnya berapa?" Tanya Jaemin yang terlihat bingung.

Ara terdiam sejenak, lalu meraih ponsel Jaemin, memasukan pin yang sama dengan loker. Lalu menekan ok, sontak mata Ara terbelalak melihat nominal yang tertera di ponsel Jaemin.

"S-sebentar, kenapa angkanya banyak banget?" Lirih Ara, lalu teman-temannya ikut melihat.

Mereka memicingkan mata untuk membaca nominal tersebut.

"15 triliun?!" Pekik Sungchan.

Mereka tampak kembali terkejut.

"Banyak banget anjng! Lo ngerampok?" Celetuk Jaemin.

"Enggak ish. Kayaknya ini uang Jaehyun, tapi gue gak paham kenapa dia bikin rekening atas nama gue"

"Coba cek kartu lain" ujar Jeno, dan Jaemin pun mengecek dua kartu tersebut secara bergantian. Setelah itu menatap Ketiga temannya secara bergantian.

"Sumpah, ini banyak banget" ujar Jaemin.

"Iya berapa?!" Tanya Ara yang penasaran.

"Black card ini 15 Triliun lagi, dan yang kartu debit biasa ini 200 juta"

"Lo kaya sekarang!" Ujar Sungchan secara menepuk bahu Ara dengan keras.

"Sakit Chan" keluh Ara, dan Sungchan mengusapnya.

Ara meraih kartu-kartu itu, dan memasukannya kembali ke dalam dompet.

"Gue gak mau pake uang-uang ini, terlebih ini uang Jaehyun" ujar Ara.

"Mungkin dia ngasih ke lo" balas Jaemin.

"Gak mungkin sebanyak ini, kalau gue pake duit ini, dan dia tiba-tiba dateng nagih gimana?"

Ketiganya terdiam mendengar ucapan Ara.

"Kalau gitu simpan dulu, kita gak tau maksud Jaehyun kasih Ara uang itu buat apa" ujar Jeno, dan Ara mengangguk.

"Dan rumah ini, nanti gue ke alamat itu" ujar Ara.

"Gue ikut" sahut Jaemin, dan Ara hanya mengendikan bahunya.

"Lo pucet banget" celetuk Sungchan, dan Ara menggeleng kecil.

"Kayaknya gue sakit, tapi bakal sembuh sih" sahut Ara dengan santai. Ia juga merasa tubuhnya tidak enak.

"Apa perlu ke rumah sakit?" Tanya Jeno dengan tatapan cemas.

"Gak perlu, karena badan gue pegel hari ini, pijitin ya, Sungchan" ujar Ara seraya tersenyum pada Sungchan, dan Sungchan mengangguk.

Jaemin berdecak kecil lalu beranjak dari tempatnya, dan keluar dari kamar Sungchan, begitupun dengan Jeno.

Setelah kepergian kedua temannya, Sungchan kembali menatap Ara.

"Ra, tau gak? Jeno marah-marah terus waktu lo gak pulang. Padahalkan gue sama Jaemin juga berusaha buat bebasin lo dari sana, walau gak tau caranya" ujar Sungchan yang membuat Ara terdiam sejenak.

"Kayaknya Jeno suka sama lo, jangan mau sama dia, dia itu bipolar. Suka diem, tiba-tiba baik, tiba-tiba jutek, tiba-tiba marah" racau Sungchan, dan Ara tertawa pelan.

"Jangan ngomong sembarangan, pijitin kaki gue sekarang" ujar Ara seraya menaiki kasur Sungchan dan duduk menyandarkan punggungnya di kepala Ranjang.

Hal ini sudah sering terjadi, karena hanya Sungchan yang tak pernah mengeleuh ketika Ara yang menyuruh.

Sungchan menghampiri Ara dan memijat kaki Ara.

"Ra, upahin gue ya" ujar Sungchan.

"Sejak kapan lo minta upah?"

"Upahin aja"

"Panggil gue kakak dulu, nanti gue upahin" ujar Ara seraya menahan tawa. Sebab Sungchan sangat anti menyebut kakak pada Ara, Jaemin, dan Jeno.

Sungchan merengut sebal, membuat Ara tertawa lepas.

"Cepet, panggil gue kakak"

"Iya, kak Ara" ujar Sungchan seraya senyum dipaksakan tanpa menghentikan pijatannya.

"Bagus bagus" sahut Ara yang masih tertawa.

"Tapi kak, badan lo panas. Harusnya lo minum obat"

"Gue cuma sakit biasa, nanti juga sembuh sendiri. Asal lo tau gue gak suka minum obat" sahut Ara.

"Dicemasin tuh malah kayak gitu" dumal Sungchan.

"Gue cuma sakit kayak demam, terus pusing, mual, ohya setiap pagi gue muntah muntah, tapi yang keluar air aja. Badan gue sering pegel"

Sungchan meraih ponselnya. "Gue searching aja"

"Jangan, nanti yang keluar kanker, tumor, yang parah-parah semua" ujar Ara yang membuat Sungchan tertawa lepas.

"Biar taulah, nanti gue beli obatnya gak salah" sahut Sungchan.

Sungchan pun mengetikan ciri-ciri yang Ara sebutkan. Ia berdecak kecil. "Kenapa yang keluar yang ciri-ciri wanita hamil semua?" Gumamnya yang masih terdengar oleh Ara.

"Apa?"

"Artikel yang paling atas tulisannya, kalau ciri-ciri kayak gitu tuh lagi hamil. Masa lo hamil? Anak siapa? Anak kambing?" Ujar Sungchan seraya merengut sebal.

Sementara Ara tampak terdiam dengan tatapan cemas.

"Hm Chan, gue ke kamar dulu. Mau tidur" gumam Ara dengan suara pelan, lalu ia keluar dari kamar Sungchan dan memasuki kamarnya.

Ara mengunci pintunya dan duduk di pinggiran kasur, ia menyentuh perutnya sendiri.

"Ya Tuhan, jangan sampai aku hamil" lirih Ara dengan cemas.

Ara tidak mau mengandung semuda ini, Ara tidak mau megandung anak Jaehyun. Lagi pula, Jaehyun tidak akan menginginkan bayi darinya. Jaehyun tidak menginginkan ia hamil.

Ara menghela nafas lirih, ia mengusap surainya kebelakang, dahinya mendadak berkeringat.

Ddrrtt
Ddrrtt

Ara meraih ponselnya, dan mengerutkan dahi ketika nomor tak dikenal tertera disana.

Ara pun memutuskan untuk menjawabnya.

"Halo?"

"Kamu dimana?"

Mata Ara terbelalak ketika mendengar suara Jaehyun disebrang sana, suara yang serak dan dalam.

"Kamu dimana, Kim Ara?" Desis Jaehyun, namun Ara tak kunjung menyahut, membuat Jaehyun mendengus kecil disebrang sana.

"Aku harap kamu udah gak di rumahku. Aku gak akan marah"

Kini Ara mengerutkan dahinya mendengar ucapan Jaehyun.

"Aku tau kamu gak bisu" gumam Jaehyun.

"A-aku dirumah, di rumah aku dan teman-temanku"

"Bagus, jangan berpergian sendiri"

"Aku gak ngerti" gumam Ara.

"Apa yang gak kamu ngerti?"

"Tengang Coat, dan isinya"

"Kamu udah liat semua itu? Kamu udah ambil kartunya?"

"Iya, uanganya banyak banget. Kenapa kamu lakuin itu?"

"Sembunyikan uang itu, kalau perlu cuma kamu dan aku yang tau. Itu semua aku, tapi kalau kamu mau pakai, pakai aja"

"T-tapi, apa yang terjadi? Kenap kamu kayak gini?"

"Kamu gak tau? Minho, Lucas, dan Ibunya udah ngambil semua harta ayah dan hartaku. Cuma itu yang bisa aku sisihkan"

Raut wajah Ara berubah menjadi cemas. "Kamu dimana?"

"Ingat, jangan pergi kemana-mana sendirian"

"T-tapi Jae, aku-"

Pip

Jaehyun memutuskan sambungannya sepihak, bahkan Jaehyun tak mengatakan dimana ia berada sekerang.

Segenting itukah situasi saat ini? Apa kesibukan yang Jaehyun alami akhir-kahir ini adalah menyisihkan uang miliknya agar tidak jatuh ke tangan saudara tirinya?

Ara menghela nafas lirih, ia masih tidak mengerti kenapa Jaehyun mempercayakan semua uang itu padanya? Padahal ia yakin masih banyak orang terdekat Jaehyun di luar sana.

**

Jaehyun menghela nafasnya, tatapannya begitu dingin seperti biasa.

"Sudah kubilang pada ayahmu, untuk tidak menikahi wanita itu. Tapi kau lihat sendiri, dia malah memecatku, dan bahkan menunduhku korupsi dengan bukti yang nyata"

Jaehyun tak menyahut ketika mendengar ucapan pria di depannya. Ia hanya memandang langit-langit disana tanp berniat membahas apapun dengan pria itu.

"Sekarang anak kandungnya sendiri yang menanggung kecerobohan Ayahnya. Malangnya, Jung Jaehyun"

.
.
.
.
Tbc

Next?

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 168K 54
Lingga Paramitha dikenal sebagai biang gosip paling top di bagian divisi pemasaran. Semua gosip dari golongan A sampai golongan Z, ia tahu sepenuhnya...
1M 166K 82
| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masi...
11.6M 958K 68
[DINOVELKAN] [TERSEDIA DI GRAMEDIA] Jeon Jung Kook. Tukang paksa. Kejam. Keji. Seingatku, dia adalah orang yang suka sekali menjadikanku target kekej...
68.6K 4.3K 28
Bagaimana perasaanmu saat tinggal bersama idolamu,satu sekolah,bahkan satu kamar dengannya.. Siapa yang tidak kenal Cha eun woo?Aktor yang terkenal k...